Laporan Ni Wayan Pariatni
Di pengujung tahun 2018, Badan Penyiaran Hindu (BPH) Sulawesi Tengah menggelar workshop dengan tema: “Melalui Pembinaan, Penguatan Dharma Duta dan Pengisi Siar Agama Hindu Pada Media Elektronik Kita Tingkatkan dan Kembangkan Sradha Bhakti serta Nilai-nilai Ajaran Agama Hindu pada Masyarakat Hindu Sulawesi Tengah.”
Ketua Panitia Pelaksana Workshop, I Made Wiranadi, S.Pd.H., dalam laporannya mengatakan bahwa workshop BPH dilaksanakan pada hari Jumat, 21 Desember 2018 bertujuan untuk meningkatkan kualitas siar agama Hindu secara keseluruhan dengan jumlah peserta 39 orang. Hadir pada kesempatan ini adalah pengurus PHDI Sulawesi Tengah dan Kota Palu beserta jajarannya, Krama Adat Kerthawinangun Kota Palu, WHDI Provinsi Sulawesi Tengah dan Kota Palu. Peserta yang hadir meliputi perwakilan BPH dari Kota Palu, Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala, Poso, dan Parigi Moutong.
Ketua PHDI Provinsi Sulawesi Tengah, Drs.I Nengah Wandra, M.Si., usai menyampaikan sambutan dan membuka acara sekaligus didaulat menjadi pemateri dengan tema “Peran Parisada dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Agama Hindu di Masyarakat.” Wandra mengatakan bahwa di era teknologi saat ini banyak sekali sarana siar agama yang tersedia. Mulai media sosial, media cetak dan media elektronik. Sumber daya manusia dalam menyampaikan siar dharma pun saat ini mengalami peningkatan dari segi kualitas dan kuantitas. Dengan adanya BPH melalui workshop yang rutin dilaksanakan setiap tahun ini diharapkan mampu melahirkan kader- kader duta dharma yang siap melayani umat sedharma. “Kesiapan tenaga siar ini sudah selayaknya didukung dengan wahana atau wadah penyiaran seperti radio yang dikelola oleh lembaga Hindu yang menjangkau seluruh daerah kabupaten di Sulawesi Tengah. Semoga ke depannya hal ini bisa direalisasikan,” tegas Wandra yang juga mantan Ketua PHDI Kota Palu dua periode ini.
Workshop juga menghadirkan dua narasumber profesional dari lembaga penyiaran TVRI dan RRI. Ir. Agus Kismadi Kepala Stasiun TVRI Sulaweai Tengah dalam materinya yang berjudul “Tehnik Penyiaran Elektronik” bahwa tidak ada media yang paling hebat.Televisi sebagai media penyiaran mainstream yang terus berkembang dari era analog ke era digital masih digemari hingga saat ini dalam menyampaikan pesan interpersonal communication atau tatap muka langsung dengan pemirsa dimana dalam satu kali siaran bisa jutaan orang yang menyaksikan.
“Badan Penyiaran Hindu yang selama ini telah bekerja sama dengan TVRI Sulawesi Tengah terus kami dorong dan beri ruang untuk menyampaikan pesan dharma melalui Mimbar Agama Hindu. Sebagai media yang glamor, para presenter harus tampil rapi, cantik, tampan dan elegan serta tidak menoton baik dari segi penguasaan materi, pemateri dan presenter yang tidak hanya itu- itu saja,” imbuh Wandra. Ia menambahkan bahwa penampilan harus santun sesuai dengan tema serta harus disiplin waktu, sehingga baik presenter maupun narasumber dapat mempersiapkn diri dengan baik dan menguasai kamera dengan baik pula.
Mimbar Agama Hindu dari segi kemasan materi agar tetap menarik dan dinanti oleh pemirsa, maka perlu merubah metode dialog dengan visualisasi yang maknanya lebih mudah dipahami oleh pemirsa. Sebelum mengakhiri sesi dialog, Kepala Stasiun TVRI yang baru saja bertugas di Palu bersamaan dengan waktu gempa bumi yang melanda kota Palu, Sigi, dan Donggala ini ingin menjalin kerjasama yang lebih profesional dengan pihak BPH untuk melahirkan presenter- presenter andal yang akan dididik oleh presenter kondang yang dimiliki TVRI. “Berikutnya, agar terikat secara moral, maka presenter yang sudah kami training hingga profesional kami kontrak secara profesi di TVRI Sulawesi,” ucapnya.
Materi yang sama menariknya adalah “Dasar dan Teknis Penyiaran Radio” yang dibawakan oleh penyiar dan produser senior lembaga penyiaran RRI Palu, Roy Job Runtukahu. Radio sebagai jembatan udara yang menghubungkan Nusantara dari kota hingga pelosok pedesaan keberadaannya dari waktu ke waktu tetap dinantikan mengingat pesan yang disampaikan dengan cara didengar lebih lebih mudah dicerna dari pada pesan yang dilihat. Oleh karenanya, radio sebagai media yang didengar suaranya penting sekali penyiar yang mampu membawa pesan. Kelebihan Radio dalam menyampaikan suatu pesan atau kasus lewat transmisi lebih cepat sampai kepada pendengar meskipun terkadang terdapat kelemahan dalam menyampaikan pesan publik melalui frekuensi radio. Penyampaian materi jadi semakin menarik karena sang penyiar senior ini mengajak peserta workshop untuk terlibat langsung dalam praktik menyiar. Semua peserta terlibat aktif dalam praktik langsung tersebut.
Pembina Lembaga Penyiaran Hindu, I Ketut Winaya,S,Sos.M.Si., yang tampil sebagai pemateri pamungkas lebih menekankan pada peran BPH sebagai wadah yang dibentuk oleh Pembimas Hindu Kementerian Agama Sulawesi Tengah ini, agar lebih aktif menyiapkan kader- kader duta dharma yang siap mendampingi umat baik di Kota Palu maupun dikantong-kantong umat pedesaan. Sebagai pengurus Parisada juga diharapkan peran sertanya terlibat di dalam wadah BPH, ikut andil dalam siar dharma baik sebagai pendharmawacana, penyuluh maupun narasumber di berbagai media sebagaimana diamanatkan dalam bimtek BPH yang diikutinya di NTB.
Tweet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar