Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Sabtu, 23 September 2017

Krishna yang Menarik Hati

Oleh Ketut Winaka
Nama Krishna harus diketahui maknanya dengan tepat. “Krish” + “Na” = “Krishna.” Kata ini berarti bahwa Ia yang menanam dan mengolah (Krish) kedalaman hati. “Krish” + “Na” adalah turunan kata yang memberi arti kata Krishna sebagai seorang yang menarik hati “Karshathi-ithi-Krishnah.” Krishna bukan saja menarik hati orang dengan keelokan badaniahNya yang tak tertandingi, namun Dia juga menarik hati orang lewat musikNya yang indah dan merdu, tarianNya dan pula tutur-kataNya. Sri Krishna yang menawan-hati dapat merubah amarah para Gopi terhadap diriNya, menjadi canda yang penuh suka-cita.

Cerita tersebut belumlah seluruhnya. Sri Krishna dalam memenuhi janjiNya terhadap Ibu Bumi, membersihkan dunia dari banyak penguasa lalim dan berupaya menegakkan kekuasaan Kebenaran demi melindungi kebaikan.
Penjelmaan ilahi dari zaman ke zaman untuk maksud-maksud melindungi keluhuran budhi, dan menghukum kejahatan serta menegakkan dharma. Sri Krishna dikatakan sebagai membinasakan banyak orang jahat, hal itu tidak seluruhnya benar. Yang sesungguhnya adalah bahwa kejahatan yang mereka perbuatlah yang memusnahkan orang-orang jahat tersebut.


Zaman sekarang, bila Tuhan berkehendak menghukum orang-orang jahat dan menegakkan kebenaran, maka tidak akan didapat satu orang pun yang merupakan pelaku menyeluruh kebenaran itu. Dengan demikian maka semua manusia akan tergolong sebagai orang yang harus dihukum. Walau demikian, tidak ada keraguan dalam hal menghancurkan kejahatan. Dengan demikian maka tugas penting saat ini adalah mengubah adharma (ketidak benaran) menjadi dharma (kebenaran).
Bagaimana tugas itu dapat diselesaikan? Jawaban satu-satunya adalah hanya melalui kasih-sayang.  Nasib manusia ditentukan oleh pikirannya. Sri Krishna juga mengubah hati banyak orang lewat kasih-sayang. Boleh jadi timbul pertanyaan: “Bukankah Sri Krishna yang membunuh Kamsa?” Tidaklah sepenuhnya demikian. Kisah ini merupakan pandangan dan apa yang ditulis dalam buku-buku cerita. Sebenarnya nafsu amarah dan angan-angannya sendiri yang telah membunuhnya. Dia selalu diburu oleh rasa cemas terhadap Sri Krishna. Kematiannya merupakan akibat dari tanggapan dirinya terhadap rasa takut.
Nasib manusia ditentukan oleh pikiran mereka. Dengan demikian orang harus menumbuhkan pikiran baik dan menghindari segala pikiran dan perasaan buruk. Tuhan tidak memiliki rasa tak suka terhadap semua orang. Tuhan tidak pernah cemburu pada seorang pun. Tuhan tidak pernah merasa benci terhadap satu orang pun. Sebaliknya Tuhan juga tidak pilih kasih, seperti menyayangi seseorang lebih dari yang lain. Anugerah yang didapat oleh seseorang merupakan akibat dari pikiran dan perasaannya sendiri.“Bhaavaatheetham Thriguna rathittham” (Tuhan melampaui perasaan, pikiran, sifat dan kelengkapan lain). Dia adalah “Ekam Sathyam Vimalam Achalam” (Yang Tunggal, Suci-murni, Tak berubah). Dia adalah “Sarvadhee Saakshibhuutham” (Saksi Abadi pikiran segala makhluk).
Bila zaman sekarang para bhakta menggugat mengapa mereka dihukum oleh Tuhan dengan berbagai cara, maka sebenarnya mereka tidak menyadari bahwa bukanlah Tuhan yang menghukum mereka. Kecemasan dan angan-angan mereka sendiri yang menjadi penyebab timbulnya semua masalah dan kesulitan bagi mereka. Hanyalah orang yang sesungguhnya bhakta, maka ia akan dapat memahami bahwa segala derita merupakan akibat dari pikiran buruk dan perbuatan salah sendiri.
Ada cerita tentang seorang bhakta seperti Kunthidhevi, saudara wanita Vasudhva (dan juga Ibu kandung Paandava), dia adalah bibi Sri Krishna dari pihak ibu. Permohonan Kunthi yang aneh ke hadapan Sri Krishna ketika Sri Krishna meninggalkan Hasthinaapura menuju Dhvaaraka, maka beliau mohon diri kepada semua kerabat dan handai-taulan, serta berpamitan pula pada Dharmaja dan yang lain-lain. Kereta telah dipersiapkan untuk keberangkatan Sri Krishna. Namun ternyata Tuhan dapat mengubah pikiran setiap saat dikehendakiNya. Setelah berpamitan pada semuanya Sri Krishna mendatangi Kunthidhevi. Dan saat itu Kunthi berkata: “Krishna! Segala masalah yang kami alami merupakan hasil angan-angan dan khayalan kami. Bila saja Dharmaja tak dikuasai oleh permainan dadu, akankah kami menjadi korban pengasingan ke dalam hutan beserta segala kesulitan dan deritanya? Dengan demikian ternyata anak-anak ku adalah akar penyebab dari seluruh kesulitan kami. Dan dalam hal ini Kamu selalu menjadi pelindung bagi kami, selama mengalami semua derita itu saya selalu mengingatMu. Dan di dunia ini manusia mengingat Tuhan hanya bila mereka menghadapi masalah dan melupakanNya di saat mereka berbahagia. Karena itulah Krishna, selama aku memiliki badan, selalulah anugerahilah aku kesulitan, agar dengan demikian aku selalu akan mengingatMu. Betapa pun juga, setelah bersama-sama denganMu selama setahun penuh, kami merasa sangat bersedih dan tertekan menghadapi kenyataan bahwa Engkau akan terpisahkan dari kami. Aku tidak memiliki kuasa untuk mengubah pikiranMu, aku hanya memohon jangan lupakan bibiMu ini.”
Setelah itu Sri Krishna bertemu Utthara (istri Abhimanyu). Utthara mendengar berita bahwa Sri Krishna akan berangkat ke Dhvaaraka. Karena itu dengan berlari-lari Utthara menghadap Sri Krishna, bersujud di Kaki padmaNya sambil berkata: “Tuhan! Sejak gugurnya Abhimanyu, daku berupaya sekuat tenaga untuk menahan rasa nyeri yang selalu menusuk hati saya. Di dalam rahim saya kini telah ada api menyala (telah mengandung janin). Kini saya tak dapat menduga apa alasan keberangkatan Anda, namun hendaklah Anda jangan meninggalkan kami semua untuk pergi ke Dhvaaraka saat ini. Anda harus tinggal di sini. Anda adalah pelindung nenek-moyang saya untuk beberapa keturunan. Anda adalah penyelamat Paandava. Dan kini Janin yang saya kandung dalam rahim saya adalah satu-satunya harapan bagi penerus keturunan keluarga Pandaava. Bila sesuatu bencana terjadi terhadap bayi ini, maka dinasti Pandaava akan musnah tanpa pewaris. Karena itu Anda tidak boleh pergi.”
Utthara mengungkap isi hatinya itu sambil terus memeluk Kaki Padma Sri Krishna. Kemudian Sri Krishna melepaskan pelukan Utthara pada kaki beliau. Utthara adalah bhakta sedalam-dalamnya hati, yang berbhakti dengan segala ketulusan dan kesungguhan. Oleh sebab itu Sri Krishna membatalkan keberangkatan beliau ke Dhvaaraka, dan berjanji pada Utthara. “Aku tidak akan pergi ke Dhvaaraka, hingga kelahiran bayimu,” itulah jaminan Sri Krishna.
Saat itulah Dharmaja dan saudara-saudaranya, Dhraupadhi dan Subhadhra dengan tulus memuji kebhaktian Utthara yang mendalam ke hadapan Tuhan. Walau sebenarnya usia Utthara masih sangat muda dalam hitungan tahun, namun Utthara unggul dalam kesungguhan bhaktinya. Hal ini terjadi karena di saat ia menjadi sasaran Brahmaasthtra (peluru kendali maut) yang dilontarkan oleh Ashvathaama. Pada detik-detik tersebut dalam mimpinya ia melihat Sri Krishna masuk ke dalam rahimnya. Sejak saat itu tanpa henti-hentinya ia selalu mengucapkan nama Sri Krishna dan mengnggap bahwa Sri Krishna bertakhta dalam diri setiap orang dan berada di dalam semua benda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar