Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Sabtu, 27 Oktober 2012

Yoga Bhairawi untuk Mencapai Ketenangan Pikiran

Bhairawi adalah Dewi darimana Sabda Ketuhanan tertinggi, nada Om terpancardan meresap ke dalam seluruh ciptaan. Beliau adalah penguasa Kekuatan Sabda Ilahi dan Api Spiritual Tertinggi yang dapat mengeliminasi semua rintangan dalam rangka pembukaan kesadaran diri sejati (the unfolment of true awareness). Bhairawi berhubungan dengan Candi, bentuk paling dahsyat dari semua Dewi. Ia adalah penguasa Dewi Mahatmya atau Durga Saptasati (kumpulan mantra stotra) yang memuat 700 sloka “keramat” penghancur dualisme; raga dwesa (ikatan cinta dan kebencian, rasa gandrung dan antipati, dan lainnya). Tapi Candi juga adalah rahmat ilahi yang menganugerahkan Catur Purusa Artha: dharma, arta, kama, moksa.

Murti atau perwujudan lain dari Bhairawi adalah Dasa Mahisasura Mardini atau 10 bala tentara penghancur raksasa Mahisasura. Raksasa Mahisasura adalah perwujudan the vital passion, khususnya kekuatan hasrat seksual yang membara (representasi topnya kekuatan kontra spiritual).

Dewi Bhairawi juga berhubungan erat dengan Dewi Tripura Sundari. Sementara Sundari dominan aspek beauty-nya, maka Bhairawi dominan aspek terornya. Keduanya eksis menyangga kesempurnaan Tuhan. Dalam jalan Tantra, seorang pendaki spiritual (sadaka) bergerak dari teror menuju beauty. Pada awalnya, kita harus kuat menahan the transforming heat and light of Bhairawi, yakni pengendalian atas pantangan-pantangan semacam mahavrata atau penolakan atas hal-hal yang kurang baik. Ini adalah teror, sebagaimana kebanyakan orang takut menghadapi berbagai pantangan meski mereka tetap menginginkan pencerahan spiritual. Setelah fase teror itu terlewati, barulah kemudian kita menikmati the cool and gentle bliss of Sundari, yakni kebahagiaan yang mantap atau sukacita anandam dan sejuknya santa, kedamaian.

Bhairawi adalah Sakti atau “permaisuri” dari Bhairawa, bentuk Siwa yang dahsyat dan menakutkan. Bhairawa juga dikenal dengan nama Rudra, the howler; Dia yang mengaum. Karena merupakan sakti dari Rudra, Bhairawi juga dikenal dengan nama Rudrani. Siwa Yang Tertinggi dari semuanya mewakili eternal peace atau kedamaian tertinggi. Kedamaian tertinggi itu diperoleh sebagai pahala atas rasa takut yang ditebarkan Rudra, yakni rasa takut untuk hidup bergelimang dosa. Jadi, siapa yang takut oleh murka Rudra akan mencapai Siwa (kedamaian).

Dari seluruh paparan tentang sifat hakikat dan perwujudan Bhairawi, jelas terlihat bahwa Beliau adalah Dewi Kekuatan Yang Paling Mengagumkan, bahkan sebuah bab dalam Yajur Weda yang berisi Gita Rudra dimaksudkan untuk memuja Bhairawi. Kekuatan Bhairawi laksana api yang berkobar, sehingga tidak seharusnya seseorang mencoba-coba dan iseng untuk menggetarkanNya. Kecuali apabila mereka cukup dalam “pemujaan api” dan melempar seluruh gumpalan ego ke dalam api itu yang melekat dalam pikiran dan hati. Hanya dengan demikian rahmat Ibu Bhairawi mengalir bagai air sejuk pegunungan, mengubah panas terik penderitaan hidup menjadi kesejukan dalam anandam dan kedamaian.Atau sebaliknya jika seseorang melakukan pemujaan sambil mengobarkan api kebencian atau kepentingan egoistik lainnya, tidak diragukan lagi mereka itu adalah penerus tradisi Calon Arang.

Bhairawi digambarkan sebagai sosok Dewi yang amat cemerlang, bagaikan ribuan matahari, dengan tiga mata, bermahkota batu permata dengan hiasan bulan pada kepalaNya. Wajahnya diliputi cahaya spiritual seperti lotus nan indah, mencerminkan anandam dengan senyum menebar rahmat. Dia mengenakan busana sutra berwarna merah, dadanya berlumuran darah segar, lehernya dihiasi untaian kalung kepala manusia. Empat tanganNya masing-masing membawa aksamala, pustaka dan membuat gerakan jnanamudra dan waramudra.

Bhairawi duduk di atas mayat atau dalam pose yang lain, Beliau nampak duduk di atas teratai merah. Karakteristik puncak dari Dewi Bhairawi adalah kobaran api (blazing light) karena Bhairawi adalah personifikasi dari light and fire atau mewakili the victory of the light. Dewi Bhairawi tidak membawa senjata karena tubuhNya sendiri adalah kekuatan penghancuran tertinggi. Kobaran apiNya terlalu dahsyat untuk menghancurkan kekuatan apa pun.

Seperti halnya pemujaan terhadap aspek Dewi-Dewi lainnya, penggambaran di atas, hendaknya diselami pada tataran kedalaman maknanya (filosofis). Bentuk pemujaan atau meditasi terhadap Bhairawi berhubungan dengan teknik-teknik rahasia pembangkitan prinsip api semesta pada Muladhara Cakra, diajarkan secara khusus dalam Kundalini atau Laya Yoga.

Cara lain dalam pemujaan Bhairawi adalah melalui meditasi inner light yang realisasinya hanya dialami melalui penglihatan mata ketiga. Dalam pencapaian itu, inner light dan inner sound (nada) berjalan bersama. Metode yang dikembangkan beberapa perguruan spiritual yang mengajarkan “ Jalan Cahaya dan Suara.”

Tapas adalah jalan lain dalam rangka perolehan karunia Ibu Bhairawi. Dikatakan bahwa tanpa concentrated energy (tapas) upaya membangun jalan spiritual akan sia-sia. Oleh sebab itu aspiran spiritual harus dengan teratur menjalani praktek tapa terutama menyangkut sadhana catustaya. Sasaran pokok tapas dalam rangka Yoga Bhairawi adalah mencapai silence the mind. Kualitas ini dicapai melalui persembahan pikiran (dengan semua wrtti citta-nya), ke dalam “api kesadaran” yang berada pada titik pusat keheningan manas (pikiran). Alternatif sadhana yang tujuannya juga sama dapat dilakukan melalui persembahan pikiran ke dalam mantra Bhairawi sendiri.

Bentuk pemujaan eksoteris kepada Bhairawi adalah melalui Homa, Hawana atau Agni Hotra (vedic fire sacrifice). Sedangkan penghayatan internalnya dilakukan melalui sikap mental, bahwa seluruh persembahan dalam agnihotra itu adalah pengorbanan semua hasrat keinginan duniawi, emosi negatif dan kecenderungan egoistis lainnya ke dalam api kundalini di dalam muladhara cakra. Kesadaran mental ini dimaksudkan untuk menarik pikiran dan indriya-indriya yang diwakili oleh kekuatan wak (wicara, gelombang dari pikiran yang berhubungan dengan keinginan) dari pusat suara dalam kerongkongan (pita suara) agar tenggelam dalam dasar tulang belakang (tulang ekor) untuk bersatu dengan light of silence; nada atau Omkaradhwani (manifestasi suara kundalini yang samar).

Bhairawi mantra terdiri dari tiga suku kata: Hsraim Hsk Lrimhssrauh. Mantra ini mengandung kekuatan untuk menemukan atau membongkar semua kecenderungan negatif dalam pikiran. Mantra ini juga diyakini sebagai mantra yang memberi pengaruh sangat kuat “mengebor” sampai ke dalam psikis kita, kemudian menampilkan semua energi negatif yang ditemukan itu serta menghancurkannya ke dalam kobaran api spirit mantra. Bagaikan nyala obor, pengaruh mantra ini menuju ke sudut yang tersembunyi dari pikiran kita dan mengeluarkan semua rahasia kegelapan yang ada di dalamnya.

Menurut para praktisi Tantra Yoga, penggunaan mantra ini hendaknya dilakukan secara hati-hati, penuh kewaspadaan serta di bawah pengarahan seorang Guru yang betul-betul menguasainya. HS adalah suara desisan yang menyebabkan bangkitnya inner power (tenaga dalam) atau kundalini fire energy yang amat dahsyat dan bahkan sangat berbahaya. HSR adalah suara kobaran api yang tajam.

Bhairawa (aspek Siwa yang murka) atau gabungan dari Brahma, Wisnu dan Siwa adalah dewata penguasa mantra ini. Semua mantra yang berisi swaha juga dimaksudkan untuk memperoleh anugerah Bhairawi agar mantra tersebut mendapat the power of supreme word. Swaha adalah seruan terhadap sakti Agni (divine fire) dan otomatis berhubungan dengan Bhairawi yang mewakili agni (api), widyut (cahaya) dan Surya (matahari).
(Sumber: Kadek Yuhiantara dan Chandika Sila Ulati Dewi, Rahasya Pemujaan Sakti Durga Bhairawi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar