Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Selasa, 14 Februari 2012

PADMA BHUWANA BALI DAN INDIA

Gede Agus Budi Adnyana

Dalam kitab Bhagawata Purana, dinyatakan bahwa setiap loka (alam) dalam kapasitas apa pun akan berada dalam satu dasar fundamen yang merupakan stana dari Tuhan (linggaacala). Dengan demikian, dapat juga dinyatakan bahwa duni adalah stana Tuhan dan yajna adalah porosnya.
Visualisasi alam yang disetarakan dengan bunga padma adalah salah satu bentuk difinisi untuk memahami bahwa alam ini sejatinya adalah pancaran kekuatan Brahman yang tunggal. Oleh sebab itulah, setiap dunia, atau loka akan disemayami oleh kekuatan internal dan eksternal Tuhan.

Pemahaman ini kembali dijabarkan dalam banyak varian konsep yang tentu saja akan membawa tafsiran-tafsiran yang berbeda sesuai dengan guru parampara. Namun yang jelas adalah pemahaman akan padma sebagai visualisasi dari stana Brahman, adalah tetap sama. Karena itu, konsep apa pun, bentuk dari setiap prabhava Tuhan akan distanakan sesuai dengan penjuru alam itu sendiri atau dengan kata lain, setiap penjuru, memiliki kapasitas kedewataan yang tentu saja disemayami oleh nama-nama dan bentuk paripurna Tuhan yang beraneka macam.

Padma Bhuwana ini sendiri tentu akan ada sembilan tempat yang merupakan sembilan dari Nawa Stana Dewata, yang masing-masing disemayami oleh Dewata tersendiri. Di tanah India (Bharatawarsa), konsep Padma Bhuwana ini tersebar secara luas dan terdapat pura-pura atau kuil yang merupakan stana dari bentuk paripurna dewata yang mengayomi setiap penjuru mata arah angin yang berbeda. Ada pun kuil dan pura itu adalah sebagai berikut:

(1) Jagatnatha Puri. Adalah sebuah Pura yang terletak di bagian timur yang merupakan wilayah bagian Orissa. Di Pura tersebut terdapat arca yang merupakan perwujudan dari Narayana, Balarama yang merupakan Ista Dewata utama. (2) Kuil Mahabali Puram. Adalah sebuah pura yang terletak di bagian wilayah Tamil Nadhu, kota Madras yang jika kita carikan padanaannya dengan arah angin adalah Gneyan atau tenggara. (3) Pura Ramesvaram Lingga, adalah sebuah pura yang merupakan tempat bersejarah ketika Rama dan Laksmana dalam kitab Ramayana hendak menyeberang menuju Lanka, untuk membebaskan Sita, di sanalah Rama membuat sebuah Lingga untuk memuja Sang Hyang Siva, sebab mengingat Rahvana merupakan pemuja Sang Hyang Siva yang sangat taat. Pura ini tentu saja terletak di bagian arah selatan (Daksina). (4) Pura Sringgiri, adalah sebuah pura yang mendiami wilayah barat daya (Neritti) dan berada di wilayah Misore. (5) Pura Somanatha, adalah sebuah pura yang merupakan stana untuk memuja kebesaran Sang Hyang Dewa dari segala minuman para Siddha Loka. Terletak di bagian barat (Pascima) dan berada diwilayah Gujarat. (6). Amaranatha Linggam Pura, adalah sebuah pura yang merupakan stana dari paduka Bhatara Sang Hyang Siva, dan ini pun terletak di bagian barat laut (wayabya) kaja –kauh. Kemudian terletak dibagian wilayah Kashmir. (7) Badarikasrama atau Badrinatha Pura. Adalah sebuah pura yang terletak di kawasan Uttara Prades dan merupakan tempat suci yang berada di lereng Gunung Himalaya dekat sungai suci Bhagirathi dan ini adalah wilayah Utara. (8) Pasupathinatha, adalah pura yang berada di wilayah timur laut Airsanya, yang merupakan tempat padmasana yang ada di Bali. Arah ini merupakan arah istimewa, dan di India sendiri pura ini terletak di lereng gunung paling istimewa, yakni Mahameru. (9) Kasi Visvanatha, adalah sebuah pura yang terletak di tengah-tengah (madya) di kota suci Benares. Ini adalah pura yang menjadi pusatnya umat Hindu melakukan tirthayatra.
Di Bali sendiri, Padmabhuwana meliputi pura-pura Kahyangan Jagat yang juga menempati posisi sembilan penjuru mata angin, yakni Pura Besakih (timur laut), kemudian Lempuyang Luhur (timur), kemudian Pura Goa Lawah (Tenggara), kemudian Pura Andakasa (selatan), kemudian Pura Luhur Huluwatu (Barat daya), kemudian Pura Luhur Batukaru (Barat), Pura Puncak Mangu (barat laut), kemudian Pura Batur (Utara) kemudian Pura Pusering Jagat (tengah).

Dengan kata lain, Padmabhuwana bukan hanya sekadar sebuah refleksi nyata tentang bagaimana prabhawa dan bentuk paripurna Tuhan itu bersemayam, namun juga sebuah benteng yang melindungi wilayah dengan pancaran kekuatan spiritual yang dalam terminologi Bali disebut sebagai benteng ancak sajining niskala. Khususnya di Bali, kita melihat pura-pura itu terletak secara tersitematis dan melindungi Bali sebagai pulau magis yang kesuciannya perlu di jaga. Dengan adanya padmabhuwana ini, maka kita diberikan sebuah jalan untuk menjaga wilayah secara sekala (material) dan niskala (rohani) dari berbagai macam gngguan dan marabahaya yang mungkin saja akan mendatangi Bali.

Keseimbangan Bhuwana atau Loka, adalah sebuah kesejajaran keadaan yang harmonis secara simultan antara sisi sekala dan niskala. Orientasi kita jangan hanya pembangunan secara material semata atau sekala, namun juga pemertahanan Hindu yang datang dari sisi rohani. Spirit itu dapat dibangun dengan pertahanan Pura-pura tersebut. Dengan demikian, Padmabhuwana menjadi sebuah konsep yang amat jelas tentang kelestarian, kemanaan, rohani, dan tempat pemujaa bentuk paripurna Tuhan Yang Maha Esa dalam segala prabhawa-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar