Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Kamis, 08 Desember 2011

Komunikasi Manusia dengan Alam Gaib

Mohan m.s

Banyak manusia modern menyangsikan adanya alam gaib, makhluk-makhluk gaib, benda-benda gaib, dan fenomena-fenomena gaib, padahal tidak ada satu pun agama atau ajaran spiritual yang lepas dari fenomena supranatural. Tuhan sendiri disebut Yang Maha Gaib dan Tidak Terjabarkan di berbagai agama-agama dan keyakinan-keyakinan.


Bukan itu saja, ada juga makhluk-makhluk kecil yang membahayakan bahkan mematikan seperti kuman, bakteri, virus, spora dan sebagainya yang tidak terlihat, namun hadir di dalam dan di luar tubuh kita sendiri. Sperma adalah makhluk yang hanya dapat kita lihat melalui mikroskop misalnya. Kalau dunia kedokteran sudah berhasil menyibak rahasia-rahasia makhluk-makhluk kecil ini melalui sains dan teknologi, sehingga terasa tidak asing lagi bagi kita, maka di sisi lain manusia masih bertanya-tanya tentang hantu, setan, dewa, malaikat, dan sebagainya yang belum terterangkan sebagai yang ada atau tidak ada di dunia ini.

Dalam ajaran-ajaran kuno Dharma (Hindu, Jain, Buddha dan sebagainya), semenjak masa lalu fenomena-fenomena makhluk-makhluk gaib yang baik dan buruk ini sudah dikenal bahkan dipuja demi menghasilkan suatu pamrih. Dalam Hindu Dharma, kemasukan atau kerawuhan (trance) adalah hal-hal yang biasa, sehari-hari kita dapat menyaksikan secara sengaja (roh-roh yang dipanggil maupun secara spontan, roh-roh yang masuk secara tiba-tiba) ke perorangan atau massal. Siapa dan apakah makhluk-makhluk ini?

Menurut Hindu Dharma, di alam semesta yang hadir bukan manusia saja, tetapi hadir juga para Rudra (Dewa-dewa bencana dan maut), para Vasu (Dewa-dewa kekayaan), para Sadhya (Para Dewa yang tinggal di loka-loka), Siddha (kaum suci), Vishwa (Dewa-dewa keberanian Dewa ketabahan), Marut (Dewa-dewa yang berhubungan dengan udara dan roh-roh amat kecil dan tidak terlihat), Ushamapa (Dewa-dewa penghirup udara panas), Gandharwa (seniman tari musik sorgawi), Yaksha (Dewa-dewa harta). Para Asuras (Roh-roh jahat, setan, hantu, iblis dan lain sebagainya) dan bahkan di dalam setiap jabang bayi hadir Dewa Kumara dengan kanda empat sampai dengan akhir masa hidup kita. Kesemua unsur cahaya (Dev) yang gaib ini berjumlah 33 chrores (baca Khror)= 33 juta atau 33 milyar?

Mata Sakti
Bagaimana menyaksikan semua ini? Menurut Bhagawad Gita diperlukan ”mata suci” (Divyam-chackshuh). Hanya orang-orang suci seperti Arjuna, dan resi-resi yang mampu mendapatkan mata yang sering disebut ”Mata Ketiga” ini.
Mata suci sebenarnya adalah matanya seorang mistik, yogi, buddha atau seorang spiritual yang tercerahkan seperti nabe (nabi) dan seterusnya, dan bisa dimiliki siapa saja di dunia ini, bangsa dan suku apa saja, bisa melalui proses genetika, karma-karma yang hebat pada masa lalu, dan atau melalui kejadian-kejadian yang tertentu jadi bukan kebetulan.

Kalau makhluk-makhluk gaib saja sulit dilihat bagaimana dengan Yang Maha Gaib yang bahkan dikagumi oleh para dewata-dewata semuanya, karena para dewata juga tidak sanggup melihatNya (Para Brahman). Bahkan Atman yang hadir dalam setiap unsur Dev (Dewata) juga tidak terlihat oleh semuanya, termasuk dewa-dewa yang gaib. Dewa-dewa yang gaib juga tidak mampu melihat Yang Maha Gaib?

Namun ibarat asap tanpa api tidak ada, begitu juga api tanpa asap tidak eksis, jadi apa pun di semesta ini yang bernama ataupun yang belum dikenal namanya itu ’ada dalam tiada, dan tiada dalam ada’.

Legenda-legenda kuno seperti Ramayana, Mahabharata, Hikayat Sang Buddha Gautama, penuh dengan percakapan antara manusia dan para pitra (leluhur), dewa-dewi, gandharwas, resi-resi yang paripurna dengan mahkluk-makhluk asing, dengan Vimana (kendaraan surgawi), perjalanan-perjalanan ke alam gaib, contoh perjalanan Arjuna, Krishna ke Vaikuntha Loka, dan seterusnya. Agama-agama yang lain pun mewartakan hal-hal yang gaib, jadi bukan hanya ajaran Dharma saja.

Saat ini kita dapat membaca ribuan buku-buku, dan menyaksikan ratusan film-film tentang makhluk-makhluk asing, seperti E.T. (extraterrestrial), Wanderes (pengelana alam), ”Walk-ins” (lahir sebagai manusia, asal angkasa luar) Arcturians, Centrurians, (mahluk-mahluk dari berbagai planet lain). Dan seterusnya dan seterusnya.

Setapak demi setapak dunia Barat mulai mempelajari jati diri manusia dari ajaran-ajaran Timur, yang gaib dan spiritual. Kalau Darwin mengatakan manusia berasal dari kera, maka Dharma mengatakan manusia berasal dari Manu, turunan Surya, bintang terbesar di galaxi kita. Kalau Bible dan Quran mengatakan Adam dan Hawa adalah manusia pertama di dunia, maka kisah-kisah anak Adam di Bible justru mengatakan bahwa Genesis menyebutkan adanya bangsa Giants yang juga hadir pada masa tersebut di bumi ini. Giant adalah bangsa raksasa, yang banyak disebut-sebut di berbagai Shastra Widhi Dharma. Misalnya Rahwana adalah golongan raksasa yang kejam, tapi hadir juga raksasa yang baik hati.

Fenomena Gaib Diteliti
Para Saintis dan ilmuwan Barat amat tertarik pada fenomena-fenomena gaib saat ini, karena banyak manusia-manusia supra natural yang hadir dan lahir di Barat (Eropah, Amerika dan seterusnya). Lahir juga anak-anak jenius, yang mampu dalam berbagai bidang supranatural dan sains-sains yang mencengangkan. Dan fenomena ini makin bertambah banyak. Sekarang banyak manusia di berbagai belahan Barat, percaya pada hantu, roh, setan, malaikat, dewa dan sejenisnya dan mempelajarinya, fenomena-fenomena ini secara sains.

Para ahli jantung di Australia, dan England baru-baru ini menemukan adanya otak kecil di samping jantung manusia yang dapat mentransfer pesan-pesan ”hati nurani” ke otak dan seterusnya. Apakah otak kecil ini yang dimaksudkan sebagai Guhayam oleh Dharma Shastra, atau yang disebut Qolbi (kalbu, nurani) atau Kingdom of Heaven in The Heart yang disebut-sebut Jesus Kristus? Semua dalam proses penyelidikan. Yang pasti otak kecil tersimpannya buddhi pekerti mulai tersingkap perlahan-lahan.

Lalu siapakah kita ini, apakah kita makhluk gaib atau non-gaib? Secara materi kita memiliki raga, yang dapat saling melihat dan dilihat, namun jiwa kita siapa yang mampu melihat? Dan di dalam Sang Jiwa hadir Sang Atman, juga tidak dapat kita lihat, tapi kita yakin beliau adalah Tuhan (Atman) yang hadir di diri kita.
Lalu Atman, jiwa dan raga yang kesemuanya bisa gaib kembali setelah kematian hadir, dan dari mana dan kemana? Kata Upanishad, ”Ibarat percikan bara api yang beterbangan, hilang lalu muncul kembali sewaktu dua batang kayu digosok-gosokkan, maka demikian pula semua unsur-unsur ini adalah gaib, lahir dari gaib, dan kembali ke gaib, sama dengan Yang Tidak Terjabarkan.

Dengan kata lain manusia dan semua unsur-unsur lainnya di semesta hadir dalam kegaiban, muncul dan kembali lagi ke kegaiban ini dan keseluruhan akumulasi itu dikenal Yang Maha Gaib.

Lalu bagaimana untuk mendapatkan ”mata suci” ini, untuk dapat menyaksikan semua kegaiban ini? Dari berbagai shastra widhi, dari berbagai petunjuk dan praktek-praktek meditasi, tapa-brata, puasa dan disiplin spiritual, para resi, yogi dan nabi-nabi, dari berbagai cara pengorbanan-pengorbanan (yadnya) baik itu materi atau dalam bentuk batiniah. Kita dapat ikut menjadi vegetarian, bermeditasi dua kali sehari pagi dan petang, berlatih yoga dan keseimbangan antara raga dan jiwa. Relung-relung otak yang selama ini menyimpan data-data potensi gaib akan terbuka dan otak kita akan peka ke dalam dan keluar diri sendiri, bahkan menjangkau ke alam raya.

Ke dalam berarti berkomunikasi dengan Sang Jiwa-Atman dan indria kita dan memahami jalan kerja mereka. Keluar berarti berinteraksi dengan semua unsur-unsur di sekitar kita, dan alam serta sebagian isinya akan merespons (menyapa, membalas) vibrasi-vibrasi baik kita kembali, dan terbukalah lorong-lorong (channel) gaib yang sebenarnya indah hadir di sekitar kita. Contoh manusia tidak mungkin berkomunikasi melalui HP kalau potensi dan unsur Maha Panca Bhutam tidak hadir dalam pikiran kita atau dalam semesta ini sebagai transmitter dan transreceiver kita.

Di zaman Satya Yuga kita tidak perlu melacak dan berperilaku gaib, karena saat itu yang gaib adalah logika-logika yang wajar-wajar saja. Potensi-potensi itu menghilang dan lambat laun potensi otak manusia berkembang lebih banyak ke sosial-ekonomi, sosial sains dan sebagainya, dan potensi gaib spiritualnya ”tertutup”. Namun tercipta non-keseimbangan hidup ini, karena manusia pada hakekatnya adalah produk-produk sekaligus wahana materi dan spiritual. Jadilah jaman ini manusia Barat mulai mencari-cari logika yang spiritual lagi karena mereka tidak seimbang hidupnya akibat melawan kodrat-kodrat dan hukum-hukum alam seperti yang tersirat dalam film Pray, Eat and Love nya Julia Roberts yang di shooting di Bali, India, Italia dan New York.

Firasat-firasat, mimpi, de ja vu (penglihatan), penampakan, intuisi dan seterusnya yang dianggap gaib, makhluk-mahluk penolong maupun pembawa ketakutan dan bencana semuanya memang ada dengan nama-nama yang berlainan sesuai bahasa-bahasa setempat. Dan yang disebut ”indra keenam” sebenarnya adalah kepekaan naluri manusia yang spiritual dan gaib. Indra keenam adalah ucapan salah dalam bahasa Indonesia dan Inggris, karena seluruhnya ada 13 indria di tubuh kita dan 13 lagi di tubuh halus (gaib) kita yang berhubungan dengan 26 chakra besar/utama di dalam dan di luar tubuh kita. Chakra-chakra amat gaib, tapi hadir sebagai motorik sistem kita secara gaib juga karena manusia diciptakan secara unik, melalui proses yang unik shakti dan gaib!

Jadi seharusnya kita dapat beradaptasi dengan baik dengan kegaiban, dan wajar-wajar saja di zaman Satya Yuga! Di zaman Kali Yuga semua bercampur aduk, tidak jelas mana ”gaib” dan mana ”takhyul”, mana ”vidya” dan mana ”sains”, padahal vidya adalah sains. Oleh karena itu beradaptasilah dengan kegaiban alam untuk menyatu kembali ke alam gaib melalui keheningan meditasi dan pujamu. Biasakanlah untuk meditasi dengan baik, sesuai anjuran guru, baik guru yang gaib di dalam diri sendiri, atau yang di luar diri. Om Tat Sat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar