Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Selasa, 24 Mei 2011

Brahmacari dan Pentingnya Pengekangan Nafsu

I Ketut Nerta, Banyuwangi

Dalam masyarakat Hindu terdapat suatu periode atau masa yang disebut Brahmacari, yaitu suatu masa untuk menuntut ilmu pengetahuan. Jadi masa Brahmacari itu adalah masa menempuh pendidikan. Pendidikan yang diterima Brahmacari sebagai sisya (siswa) selama proses belajar dalam pasraman meliputi dua aspek ilmu, yaitu Jnana dan Widya. Kedua-duanya memiliki arti ilmu pengetahuan, cuma Jnana memiliki makna yang lebih khusus, sedangkan widya memiliki pengertian sebagai ilmu pengetahuan pada umumnya. Dalam bahasa Sankskerta Jnana artinya pengetahuan yang benar, bijaksana dan juga berarti kesadaran (L. Mardi Warsito 1995, 131). Sedangkan kata widya dalam bahasa Sankskerta berarti ilmu pengetahuan (L. Mardi Warsito, 1995, 148).

Usia belajar menurut sistem pendidikan Brahmacari adalah sampai diwisuda, walaupun menurut ajaran Hindu hidup mencari kebenaran itu berjalan seumur hidup. Tetapi sebagai bekal untuk mengisi hidup selanjutnya, masa Brahmacari dipandang sebagai batas waktu untuk belajar mempersiapkan diri memasuki masa-masa berikutnya. Agar selama hidup manusia itu terdapat waktu untuk melaksanakan dharma, maka masa untuk mempelajari dharma atau masa Brahmacari adalah pada batas usia seperempat bagian pertama dari sepanjang umur hidup manusia.

Brahmacari berarti tingkah laku dalam mencari kebenaran (dharma). Dalam mencari kebenaran tersebut, lewat pendidikan Brahmacari. Proses pendidikan Brahmacari diawali dengan sumpah. Sumpah dalam agama Hindu adalah kekuatan mengendalikan nafsu untuk mencapai kebenaran. Dewasa ini sumpah dilakukan setiap orang mengawali memangku jabatan baru (sumpah jabatan). Sumpah itu dilakukan untuk memperoleh kekuatan psikologisnya, yaitu kekuatan untuk berpikir, berkata dan berbuat yang benar.

Dalam sistem pendidikan Brahmacari yang sangat diutamakan adalah kontrol terhadap pikiran, karena proses pendidikan menurut sistem Brahmacari bukanlah sekadar mengasah kepintaran rasio, melainkan mengukuhkan nilai-nilai budaya dan agama. Bukan semata-mata menegakkan peradaban hasil pemikiran manusia untuk menciptakan benda-benda materi yang mewah dan canggih, melainkan mengembangkan keterampilan, meluaskan cakrawala pemikiran secara proporsional yang berspektif mengantar ilmu pengetahuan ke arah nilai-nilai kebajikan ilahi dan manusiawi.

Pendidikan berpikir itu memang sangat penting, namun lebih penting lagi landasan untuk berpikir itu. Kemampuan berpikir tanpa dilandasi sentuhan kebajikan hati nurani akan membawa hegemoni berpikir meluncur kepada pemujaan ilmu atau sains. Dan mengagungkan ilmu sains akan melahirkan kesombongan ilmu pada gilirannya akan membuahkan tirani ilmu sains, hal ini perlu dicegah.

Dalam sistem pendidikan Brahmacari para siswa disadarkan, bahwa akan segala dosa menurut agama Hindu adalah egois mementingkan diri sendiri (nresangsya). Untuk memerangi dan mencabut akar egois ini perlu penuntun hidup ini adalah agama (dharma), bukan ilmu atau sains. Dalam mencari dan memperlakukan ilmu atau sains itu agamalah penuntunnya.

Dalam situasi dan kondisi dewasa ini di tengah-tengah lajunya kemajuan ilmu pengetahuan, sains teknologi dan seni, yang penting ditekankan kepada anak-anak muda kita adalah kontrol terhadap posisi kepemilikan barang-barang mewah dan hawa nafsu seks. Kontrol yang berhasil terhadap sikap kepemilikan dapat menjauhkan din dan sifat konsumtif yang rakus. Demikian juga kontrol terhadap hawa nafsu seks di kalangan anak-anak muda patut ditekankan secara bijaksana. Hal ini sangat diperhatikan dalam sistem pendidikan Brahmacari, dan dilakukan dengan penuh disiplin.

Kontrol atau membersihkan panca indra secara sadar dilakukan dengan jalan mengucapkan nama-nama suci Tuhan, doa, meditasi, sembahyang dan puasa. Siswa diajak, diperkenalkan, dilatih dan diaktifkan menghayati kualitas, karakter suci dan sifat-sifat Tuhan. Kualitas sifat Tuhan inilah yang diutamakan dan ditanamkan dalam sistem pendidikan Brahmacari. Yang dicari sepanjang pendidikan Brahmacari berlangsung, sepanjang hidup manusia adalah dharma, karena sifatnya langgeng (sanatana). Menurut sistem pendidikan Brahmacari, ini bisa dicapai lewat kesadaran, dan kesadaran pada gilirannya dapat dicapai lewat kontrol nafsu, amarah, loba dan hawa nafsu seks.

Dewasa ini pangkal segala keresahan, kerusuhan, ketakutan, kecemasan, tekanan batin, putus asa, frustasi dan sebagainya, adalah nafsu, posisi kepemilikan, dan nafsu seks. Apabila kesadaran dapat dicapai maka berhasillah pendidikan. Keberhasilan pendidikan membawa pula keberhasilan pembangunan bangsa dan pendidikan karakter bangsa (nation character building).

Dalam hidup ini, manusia dikodratkan untuk mengejar dharma (kebajikan), artha (kekayaan, arta benda), dan kama (kesenangan). Tetapi oleh seorang Brahmacari yang dikejar adalah keseimbangan, keselarasan, keserasian ketiga-tiga ini yaitu, dharma, arta dan kama. Dalam mengejar arta dan kama, dharmalah sebagai landasan pengendalinya, karena dharmalah yang termulia dan tertinggi. Inilah sistem pendidikan Brahmacari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar