Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Selasa, 24 Mei 2011

SANGKAN PARANING DUMADHI

Ida Bagus Peradnyan

Svam lokam na vidus te vai, yatra devo janardanah
ahur dhumra-dhiyo vedam, sakarmakam atad-vidah.

“Orang-orang yang kurang cerdas menganggap upacara ritual Veda sebagai segala-galanya. Mereka tidak mengetahui bahwa tujuan Veda adalah untuk mengerti tentang kampung halamannya sendiri, yakni tempat tinggal Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena tidak tertarik pada rumahnya yang sejati, mereka tersesatkan dan mencari-cari rumah yang lain. (Bhag. 4.29.48).

Sangkan artinya dari mana, paran artinya ke mana, dan dumadhi artinya mengapa ada di sini. Jadi sangkan maraning dumadhi berarti kita datang dari mana dan akan mau ke mana terakhir mengapa kita berada di planet bhumi ini? Pertanyaan ini sangat jarang kita dengarkan di kalangan umat Hindu apalagi jawabannya.

Pada umumnya orang tidak menyadari kepentingannya dalam kehidupan ini yakni pulang kembali (ke karang wayah) kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang tidak mengetahui tentang kampung halamannya di dunia spiritual. Di sana terdapat banyak planet Vaikuntha, dan planet yang paling tinggi adalah Krsnaloka, atau Goloka Vrandavana. Meskipun peradaban disebut-sebut telah mengalami kemajuan, tidak ada keterangan tentang Vaikunthaloka atau planet-planet spiritual. Dewasa ini mereka yang disebut-sebut manusia beradab yang telah maju berusaha pergi ke planet-planet lain, namun mereka tidak mengetahui bahwa bahkan jika mereka pergi kesusunan planet yang tertinggi Brahmaloka, mereka harus kembali lagi ke planet ini. “Dari planet tertinggi di dunia material sampai planet yang paling rendah, semua adalah tempat-tempat kesengsaraan, tempat kelahiran dan kematian dialami berulang kali. Tetapi orang yang mencapai tempat tinggalKu tidak akan pernah lahir lagi, wahai putra Kunti” (Bg.8.16).

Sekarang usaha yang sesungguhnya hendaknya adalah pulang kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Prosesnya disebutkan di dalam Bhagavad-gita: Yanti mad-yajino’pi mam, orang yang tekun dalam bhakti kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa akan pulang kembali kepadaNya. Kehidupan sebagai manusia sangatlah berharga, dan orang hendaknya jangan menyia-nyiakannya dalam penjelajahan sia-sia ke planet lain. Orang hendaknya cukup cakap untuk pulang kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang hendaknya tertarik terhadap keterangan tentang planet-planet spiritual Vaikuntha, dan khususnya planet yang bernama Goloka Vrndavana, dan hendaknya mempelajari seni untuk pergi ke sana melalui cara sederhana, yakni bhakti, yang dimulai dengan mendengarkan (srvanam kirtanam visnoh).

Seorang penyembah murni Tuhan selalu berpikir tentang kaki padma Tuhan (sa vai manah krsna-padaravindayoh). Seorang penyembah murni Tuhan tidak tahan untuk sedetik pun tidak khusuk memikirkan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Senantiasa berpikir tentang Tuhan ini dijelaskan dalam Bhagavad-gita “satata-yuktanam”, selalu tekun dalam pelayanan kepada Tuhan. Bhajatam priti purvakam; inilah bhakti dalam cinta kasih sayang. Oleh karena kepribadian Tuhan Yang Maha Esa membimbing penyembah murni dari dalam hati, penyembah itu diselamatkan dari segala kegiatan duniawi. Bahkan upacara-upacara ritual Veda pun dianggap sebagai kegiatan material sebab kegiatan seperti itu orang hanya diangkat sampai susunan planet lain, tempat tinggal para Dewa. Sangkan paraning dumadhi; kita datang dari dunia spiritual (rohani) kita harus pulang kembali ke kampung halaman sejati Vaikunthaloka dan di bumi ini melakukan persiapan seumur hidup agar tidak mengalami ketersesatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar