Oleh Ngurah Parsua
Seluruh Alam Semesta beserta seluruh kehidupan keberadaannya mungkin saling terkait. Sering disebut ada tiga tingkatan alam menyeluruh, tapi satu dengan lainnya saling berkaitan. Menjadi satu kesatuan, berawal dari bagian-bagian semesta.Dari mana datangnya planet-planet itu? Mengapa matahari bersinar. Siapa memberi sinar? Mengapa ada bulan, dari mana asal-muasalnya. Mengapa suatu waktu ia bersinar terang (Purnama). Suatu saat gelap (Tilem).
Pertama ada imajinasi dibayangkan, seperti semesta tak terbatas, tapi ‘’dibatasi’’ sebagai wujud Tuhan. Pada hal batas wujud Tuhan tak dapat dilihat nyata. Juga alam jagat planet di dalam diri alam semesta, tetap misteri (makro kosmos). Ada pula mikro kosmos, alam kecil manusia.
Satu pendapat menganggap, Bulan Purnama muncul sebagai pemberi tanda, bahwa hari itu ada sesuatu istimewa terjadi. Paling tidak; berbeda dari hari-hari biasanya. Dimana Bulan muncul dengan penampakan, keindahan bulan purnama saat itu. Bulan Purnama muncul konon akibat dari kondisi bulan berada pada poros penyinaran penuh oleh matahari. Suatu keadaan tata Surya saat seperti itu, dimana matahari menyinari penuh planet bulan terjadi hanya saat tertentu saja. Pusat penerangan cahaya telah menjadi satu kesatuan penuh menjadi satu garis dari ke tiga alam planet besar itu. Matahari menjadi pusat sumbu, di mana bulan dan planet bumi saatnya satu poros tatkala bergerak penuh.
Dalam alam kosmos peredaran planet terdiri dari berjuta-juta planet di alam semesta raya ini merupakan suatu keadaan misteri. Seolah-olah ada tangan maha besar, kekuatan maha dahsyat dan pikiran maha cerdas mengatur seluruh alam semesta, agar tak terjadi tabrakan hebat.
Bukan kemustahilan hal itu bisa terjadi kalau tidak ada kecerdasan super yang mengaturnya. Akibatnya akan timbul kekacauan gerakan alam semesta, kemungkinan bisa menimbulkan hari kiamat. Setiap ancaman tabrakan, menimbulkan ancaman bagi kelangsungan hidup manusia di dunia, makhluk dan benda-benda di alam semesta.
Di Bali ada kepercayaan telah memasyarakat bahwa saat Bulan Purnama para Dewa melakukan meditasi, menyucikan bumi, merakhmati manusia dan saat seperti itu, Bulan Purnama memancarkan cahaya keberkahan. Tuhan mengeluarkan enersi demi memelihara kesejahteraan alam semesta, melalui cahaya, membagi pancaran-Nya, berupa para Dewa ke seluruh semesta. Sumber cahaya, enersi kehidupan, Dewa dan seluruh kehidupan dan makhluk maupun benda, berawal karena Tuhan ada. Seluruhnya berpusat dan ada hanya karena Tuhan. Ketika Tuhan tidak ada, apa pun tidak akan pernah ada. Dewa adalah kekuatan terpencar dari salah satu sinar kekuatan Tuhan. Pada hal Tuhan memiliki, berbagai kekuatan khas yang dahsyat. Cahaya kekuatan itu, diberi atribut Dewa.
Nampaknya paling tidak, ada dua efek yang diisyaratkan oleh suasana Bulan Purnama itu (kumpulan cahaya penuh). Pertama, kondisi alam sangat mendorong manusia, mencapai kesucian, hari itu diberkati Tuhan, menuju kedamaian dan kesejahteraan,bagi setiap makhluk. Bulan Purnama sering diidentikkan dengan keindahan (kemuliaan). Kesucian mencapai ‘’sunia’’, inti dari sepi dan sunyi tanpa noda. Kepasrahan kepada sesuatu yang mulia tadi, tanpa mengharapkan apa-apa. Orang Bali mengatakan: ‘’Identik dengan bahagia tak kembali lagi kepada duka’’. Menghuni rumah Tuhan dengan abadi.Tak terlahirkan kembali.
Di Bali orang melakukan upacara persembahyangan, memilih di Bulan Purnama. Atau hari-hari persembahyangan jatuh pada hari Bulan Purnama. Tak mengherankan di Bali, bila Bulan Purnama, akan menemukan upacara-upacara berbagai jenis. Tentu dipilihnya hari itu, karena dianggap hari penuh berkah dan suci. Hari dimana diyakini para Dewa melakukan ‘semadi’ dan menebarkan berkahnya kepada setiap makhluk maupun benda-benda di alam semesta. Sebaliknya pada waktu Tilem (bulan gelap), kebalikan dari posisi bulan terletak pada Bulan Purnama, dilakukan pula peringatan sebagai keyakinan adanya Rwabinedha.Keduanya berbeda tetapi harus sama-sama dihormati.
Akibat kedua, perilaku misteri Bulan Purnama itu bisa berakibat jatuh pada suasana indah, tapi terperangkap pada kepentingan pemuasan indra-indra, dikatakan bentuknya lebih rendah. Bisa jatuh ‘rindu’ dan bersifat ‘nafsu’ bila mengenangkan sesuatu yang dicintai. Dimana bangkitnya rasa romantis, terutama di balik itu biasanya bermenung Dewa Asmara (Semara dan Ratih) dan ini sah saja. Kalau tidak demikian, bagaimana manusia bisa berkembang di atas dunia ini. Ini tergantung pada kedudukan, tujuan dan suasana tingkat bathin manusia dan makhluk itu sendiri. Dimana mereka sedang terpengaruh oleh sinar Bulan Purnama. Namun pada dasarnya keindahan itu adalah suci seperti cahaya cemerlang menyapu kegelapan. Itulah Bulan Purnama sebagai perwujudan keindahan, bisa membebaskan dan bisa pula terikat pada tujuan di luar itu.
Ada beberapa cerita mungkin mitos, bisa sejarah, bisa fiksi atau apalah istilahnya itu. Misalnya, ketika Sang Budha Gautama masih sebagai Pangeran Sidharta Gautama kemudian mencapai kebudhaan (kesempurnaan), dimana waktu pencapaian ini dikatakan pula bertepatan, pada saat Purnama Sidhi. Bulan Purnama penuh berkah dan kesucian. Hal ini, merupakan kisah seorang tokoh maha besar junjungan penganut ajaran budha.
Ada seorang penekun spiritual, bercerita kepada penulis. Bahwa saat bulan Purnama di bulan Juni dan Juli, lihat ke langit saat tengah malam atau sesudah tengah malam setiap hari. Carilah tempat, dimana langit dapat ditatap dengan bebas dan ditaburi bintang-bintang. Suasana damai dan misteri, sulit dilukiskan memakai kata-kata, mungkin akan Anda temukan bila hati Anda terbuka lebar. Anda akan menyaksikan dengan terkejut, bila selama ini Anda anggap Bulan Purnama biasa saja. Bintang dengan lincah berselewiran seperti berpindah tempat dan kemudian menghilang. Atau cahaya besar sebesar kurungan ayam, berjalan dengan penuh cahaya dan mengeluarkan sinarnya menerangi alam sekelilingnya. Bahkan ia mengatakan pernah melihat cahaya besar itu sangat dekat dengan bumi. Sehingga tempat di bawahnya diterangi oleh bagian cahayanya. “Hal seperti ini sekarang memang sulit lagi saya temui, pada hal sangat merindukanya, “ katanya menutup penuturannya.
Pada saat melihat bintang terbang, saat seperti itu, orang yang sempat mengingat dan memanggil nama Tuhan dan mengucapkan doa, sebelum cahaya itu menghilang. Doanya akan terkabul, beberapa orang mengatakan setuju dengan kebenaran hal itu.
Konon itu terjadi para dewa sedang mengadakan perjalanan suci di dalam meditasinya menuju dunia. Mereka menebarkan berkah. Tapi dari sudut ilmu pengetahuan, hal itu bisa merupakan perpindahan bintang atau meteor pecah, dimana pecahannya terlempar mendekati bumi. Kejadian seperti itu dianggap tidak ada keistimewaannya, kecuali memang terasa ada suasana damai, alam terbuka dan suasana sepi sendiri dengan angin malam berembus kecil. Bagi penulis, sempat pernah merasakan kedamaian dan keluarbiasaan suasana misteri. Merupakan pengalaman tersendiri.
Ada pula mitos tentang terjadinya bulan gerhana, bulan mau dimakan Kala Rawu, kepergok matahari saat menelan Bulan Purnama. Tentu Kala Rawu jatuh hati akibat keindahan bulan purnama. Sebaliknya pula suasana bulan purnama bisa dimanfaatkan untuk menjalin cinta di bawahnya diiringi janji-janji bernada ‘’gombal’’ dengan saksi Bulan Purnama. Bahkan menurut sebuah penelitian penulis sempat baca, di kala bulam purnama ternak-ternak yang hidup bebas di padang rumput luas (pasture), memanfaatkan bulan purnama untuk menuju perkembangbiakan lebih cepat. Bulan purnama ternyata berpengaruh terhadap libido ternak-ternak yang hidupnya bebas di padang rumput.
Satu hal mungkin perlu dipahami dan direnungkan tentang adanya keyakinan, bahwa bulan itu merupakan pintu Nirwana. Meskipun bulan nampak dari jauh sangat indah dan mulus, konon sebenarnya adalah terdiri dari bukit-bukit karang. Di balik itu, ada berita menyatakan ada tersimpan kandungan bahan-bahan kehidupan sangat berharga. Bahkan bulan pernah didarati manusia. Pada hal sebelumnya dikatakan tak mungkin. Kenyataannya memang terjadi, manusia mencapai pintu Nirwana dengan kekuatan imajinasi dan akal budi (Ilmu Pengetahuan). Namun manusia dengan pikirannya yang dahsyat itu belum mampu membuka rahasia besar dan meyakinkan di balik fisik bulan. Apa sebenarnya bulan itu? Dari mana asalnya? Mengapa harus ada bulan? Tatkala bulan purnama, benarkah bulan sebagai pintu Nirwana, terbuka dan memancarkan energi hidup demi kelangsungan semua yang ada di alam semesta? Jawabannya masih tersimpan rapi sebagai rahasia besar untuk dibuka manusia.
(Penulis seorang penggiat sastra dan budaya, tinggal di Denpasar)
Tweet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar