Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Selasa, 19 Maret 2013

BERATNYA MENGUBAH KEBIASAAN BURUK JADI BAIK

I Ketut Wiana

Tujuan belajar Weda seperti dinyatakan dalam Sarasamuscaya 177 adalah untuk membangun Ayuning Sila dan Ayuning Acara. Artinya memperbaiki kebiasaan buruk dalam prilaku individu dan kebiasan buruk dalam bentuk adat istiadat bersama. Memang ajaran agama secara teoritis tidak ada yang sulit mengertikan dan memahaminya, tetapi yang berat bahkan ada yang maha berat mengamalkan dalam kehidupan empiris. Apa lagi menyangkut kebiasaan buruk dan salah yang sudah menjadi adat-Istiadat bersama, maka sungguh amat berat mengubahnya menjadi kebiasaan baik dan benar.

Kebiasaan buruk itu ada bermacam-macam bentuknya. Ada yang tidak bisa lepas dengan rokok, ada dengan minumam keras, dengan judian. Ada yang suka mengumbar nafsu seksnya, ada yang suka menunda-nunda pekerjaan yang sudah jelas harus dikerjakan. Ada juga kebiasaan suka menunda-nunda waktu dan ada yang suka berbohong. Di lain pihak ada kebiasan hidup boros mementingkan penampilan luar dan seterusnya.

Ada suatu keluarga muda suami istri bekerja dengan penghasilan yang cukup gede, rumah warisan orang tuanya juga cukup besar, bahkan dapat dikatakan cukup mewah. Kedua suami istri itu sesungguhnya sudah sangat berkecukupan dari sudut materi. Sayang sang suami terangsang nafsu distinksi, yaitu suatu dorongan nafsu ingin berbeda dengan yang lainya dan dalam perbedaan itu dia supaya nampaknya lebih. Keluarga tersebut bertetangga dengan seorang pengusaha kaya. Dia tidak rela kalau tetangga yang pengusaha itu lebih dari dirinya. Dia pun sering ganti-ganti mobil. Apa lagi dilihat punya mobil baru dan tergolong mewah.Dia lakukan berbagai upaya supaya dapat mengganti mobilnya, agar lebih mewah lagi dengan mobil tetangganya. Dalam berbagai hal dia berusaha agar selalu lebih dari tetangganya. Pada hal tetangganya tenang-tenang saja, tidak pernah merasa hidup bersaing. Meskipun penghasilannya cukup besar, tetapi tidak mampu menutup nafsu distinksinya itu, akhirnya ia harus berutang ke berbagai pihak termasuk ke bank. Hutangnya di bank pun tidak bisa dia bayar. Cerita ini berakhir sangat tragis, karena rumahnya yang cukup mewah lengkap dengan AC, kolam renang dan perlengkapan mewah lainya akhirnya disita oleh bank dengan harga yang betul-betul miring. Dia pun selanjutnya ngontrak rumah sangat sederhana.

Semoga kejadian itu menjadi pelajaran berharga bagi dirinya, tidak mengikuti gejolak nafsu distinksinya dengan memaksa diri selalu tampil lebih dari yang lain. Seandainya dia tidak mementingkan gengsi gede-gedean, tapi cukup mementingkan fungsi, maka mungkin dia sudah cukup banyak punya tabungan demi masa depan anak-anaknya.

Ada juga cerita tentang orang yang terlibat nafsu berjudi ingin kaya dengan mudah. Sesungguhnya dia itu dapat hidup tenang berdua dan seorang anak yang masih balita. Suami istri bekerja dengan gaji meskipun tidak besar tetapi untuk membiayai tiga orang itu sudah bisa hidup wajar dan bisa nabung.Namun karena terlibat nafsu berjudi sulit dibendung dan setiap berjudi selalu kalah, akhirnya dia menghabiskan uang perusahan di tempat bekerja.Di perusahan tempatnya bekerja dia menjabat sebagai salah satu manager. Karena menghabiskan uang perusahan cukup banyak, dia mendapat peringatan cukup keras dan wajib mengembalikan uang perusahan.Terpaksa orang tuanya menjual tanah warisan di desa untuk mengembalikan uang perusahan. Dia pun kembali diterima bekerja.

Meskipun demikian, nafsu judinya tidak pernah surut. Kini dia kembali berjudi lebih hebat lagi. Uang perusahan kembali diambilnya secara tidak sah sampai empat kali lipat dengan sebelumnya. Dia kembali tidak berdaya mengembalikan uang perusahan yang diambilnya itu. Warisannya pun sudah tidak ada lagi, karena di desa hanya tinggal tempat rumah orang tuanya. Dia pun dipecat dari perusahan tersebut, pada hal dia sudah menjabat manager di perusahaan tersebut, suatu jabatan yang tidak mudah dicapai. Sekarang rejeki hilang bersama jabatan manager itu. Karena itu hati-hatilah dengan gejolak hawa nafsu. Lakukan kegiatan-kegiatan rokhani untuk menguatkan budhi dan kecerdasan intelektual dengan mencari pergaulan yang Satsangga, yaitu pergaulan dengan orang-orang yang punya gaya hidup yang sesuai dengan ajaran agama, yaitu Satya yang artinya kebenaran dan kejujuran.

Belajar dan berlatih mengendalikan diri itu tidak hanya sekedar sembahyang, tetapi harus diteruskan dengan perluasan wawasan dan latihan untuk mengekang hawa nafsu.Banyak hal sesungguhnya yang dapat dilakukan untuk melatih diri merubah kebiasaan yang tidak baik itu secara bertahap menjadi semakin baik. Misalnya menghilangkan kebiasaan merokok, yaitu dengan pengalihan terlebih dahulu dengan camilan kesukaan, tetapi tidak punya resiko berbahaya. Lama kelamaan barulah total berhenti merokok dan juga tidak kecanduan camilan kesukaan itu.

Demikian juga kebiasaan berjudi dapat dialihkan pada kebiasaan lain yang positif serta mengembangkan pergaulan dengan mereka yang tidak gemar berjudi. Di samping itu amati mereka yang jatuh miskin, karena berjudi. Dari pengamatan itu kita akan semakin takut dengan judian. Di samping itu kembangkan wawasan. Seperti Mahatma Gandi menyatakan, bahwa ingin kaya tanpa kerja menimbulkan dosa sosial. Bisnis tanpa moral menimbulkan dosa sosial. Politik tanpa prinsip menimbulkan dosa sosial dan seterusnya.

Tuntunan untuk meningkatkan dan menguatkan daya spiritual dapat ditempu dengan rajin membaca buku-buku tentang spiritual dan tuntunan hidup pada umumnya. Di samping itu hal yang sangat penting adalah soal makanan. Pelan-pelan pilihlah makanan yang Satvika untuk membangun sifat-sifat Satwam dan meredam sifat-sifat yang Rajasik dan Tamasik.Merubah ini juga membutuhkan waktu dan tekad.Yang tidak kalah penting adalah doa dan merapalkan Mantram-Mantram Weda yang dianggap paling tepat dan cocok dengan ritme batin. Misalnya dengan pengulangan Mantra Gayatri atau Panca Aksara Mantra. Hal ini sangat penting kita latih terus menerus untuk penguatan daya spiritual mengendalikan indria.Kesehatan juga amat penting dijaga. Karena gangguan kesehatan dapat menimbulkan gejolak yang bukan-bukan dari dalam diri kita. Dalam belajar dan melatih diri untuk mengubah kebiasaan buruk menjadi semakin baik memang tidak mudah, tetapi bukan tidak mungkin.Yang utama dibutuhkan adanya keyakinan diri dan kesadaran akan kebiasaan buruk yang dimiliki. Sesungguhnya banyak cara belajar dan berlatih merubah kebiasan buruk itu agar secara bertahap menjadi baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar