Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Rabu, 26 September 2012

Sulitnya Mendapatkan Teman Sejati

I GEDE SUKRA DARMAYASA

Hidup sebagai makhluk sosial manusia tidak akan bisa hidup sendiri di dunia ini pasti membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dari sejak kecil hingga akhir hayat (meninggal) baik orang tua, saudara, keluarga, teman, pacar dan masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, dari sejak lahir sampai sekolah TK ia akan selalu hanya bergantung kepada orang tua dan saudara-saudaranya, namun setelah ia sekolah akan bertemu dengan teman-teman yang diajak sekolah, sehingga ia tidak hanya bersama orang tua dan saudara saja, namun juga teman yang didapatkan ketika sudah sekolah. Setelah tingkat sekolahnya semakin tinggi khususnya SMA seseorang akan mulai tertarik dengan lawan jenisnya dan mengungkapkan isi hatinya sehingga memiliki seorang pacar.

Biasanya ketika seseorang sudah memiliki pacar pasti perhatiannya akan lebih tertuju kepada pacarnya dibandingkan teman, saudara bahkan kepada orang tuanya. Ia akan lebih terikat dengan sang kekasih. Dengan melihat fenomena seperti itu kita dapat ketahui sulit untuk bisa mendapatkan teman yang benar-benar sejati dalam hidup. Bahkan sering terjadi sesama teman akrab hanya gara-gara hal sepele terutama anak muda perebutan seorang cewek atau pun cowok bisa berbuntuk pertengkaran padahal mereka merupakan teman yang sangat baik dan akrab dari dulu, namun hanya karena hal yang kecil bisa menjadi musuh. Sungguh sangat sulit untuk bisa mendapatkan teman yang sejati yang bisa kita ajak untuk berbagi baik dalam keadaan senang maupun sedih. Penulis sangat terketuk dengan cerita burung di bawah ini.

Dikisahkan sebatang pohon yang tinggi dan gersang di mana pohon ini sudah tidak memiliki daun. Di sana bertengger seekor burung yang sangat manis dengan suaranya yang sangat merdu. Akan tetapi burung-burung yang lain satu pun tidak mau hinggap di pohon yang gersang ini. Namun burung yang sutu ini tetap setia tinggal di pohon yang gersang.

Pada suatu hari datanglah seorang Pendeta dan menyapa burung itu, Hai, burung mengapa kamu tinggal di pohon yang gersang itu? Ayo terbanglah bersama teman-temanmu yang lain ke pohon yang lebih rindang! Burung itu menjawab, “Aku dulu dilahirkan di pohon ini, dibesarkan di pohon ini juga, pohon ini memberi aku makanan, dan di saat dia gersang aku tidak mau meninggalkanya, karena pohon ini seperti oramg tuaku sendiri.”

“Burung yang manis, mengapa pohon ini seperti ini?” Dan berceritalah burung itu kepada pendeta. “Dulu ada seorang pemburu yang datang kesini dan pemburu itu mau membunuhku, dia melepaskan panahnya ke arahku, dan dengan cepat aku bersembunyi di pohon ini. Akan tetapi anak panah itu mengenai batang pohon, kerena panah itu beracun maka rontoklah semua daun-daunnya. Sekarang aku tidak tega meninggalkanya saat ini.” Karena kesetian dari burung itu pendeta berdoa kepada Tuhan dan akhirnya pohon itu kembali tumbuh dengan indah. Dan burung-burung yang lain pun kembali berterbangan hinggap di pohon ini, mereka pun berkumpul kembali dengan penuh kadamaian dan kasih sayang.

Dari petikan cerita di atas dapat kita bayangkan bagaimana kesetiaan burung tersebut terhadap pohon yang sudah gersang itu. Namun dalam kehidupan di jaman kali yuga ini sangatlah sulit untuk bisa menemukan sahabat atau teman sejati yang bisa kita ajak berbagi, baik dalam keadaan senang maupun sedih. Biasanya dalam kehidupan ini ketika kita masih muda, banyak memiliki uang dan memegang jabatan yang tinggi pasti akan memiliki banyak teman dan semua orang ingin dekat dengan kita. Akan tetapi pada saat kita sudah tua, tidak memiliki uang yang banyak dan tidak memiliki jabatan serta kena masalah atau suatu kasus, kita pasti akan dijauhi apalagi ada orang yang iri dengan kita dan memiliki suatu jabatan, teman-teman yang dulu kita sayang dan beri makan pasti tidak akan berani dekat dengan kita.

Kalau kita andaikan, seperti orang Bali bilang, “Kadi kuluk berung mekejang sing bani paek.” Artinya bagaikan anjing yang sudah penyakitan atau kena rabies semua orang pasti akan takut dengan ajing tersebut. Padahal kalau dulu ketika anjing tersebut masih kecil dan lucu pasti semua orang menyayangi dan ingin menyentuh bulunya yang masih lebat dan indah itu, tetapi ketika anjing itu sudah tua dan bulunya sudah rontok serta sudah kena penyakit rabies pasti semua orang tidak akan berani mendekat bahkan anjing tersebut akan dibuang. Begitu pula dengan kehidupan kita ini, ketika masih memegang suatu jabatan yang tinggi semua orang mendekat, namun pada saat kita tertimpa suatu musibah atau kasus semua orang akan menjauh termasuk orang terdekat yang sudah dibantu untuk mendapatkan suatu pekerjaan atau jabatan akan tidak peduli dengan kita.

Begitulah kehidupan saat ini baik disadari maupun tidak di jaman sekarang sangat sulit untuk bisa mendapatkan teman atau sahabat sejati, bahkan kita perlu waspada pada teman atau sahabat yang paling dekat atau akrab dengan kita karena tidak bisa dipikirkan ataupun diprediksi orang yang paling dekat kita akan menjadi musuh. Dalam hidup ini tidak ada teman maupun sahabat yang paling sejati adalah Tuhan, hanya kita saja kadang kala inggat kepada beliau hanya ketika sedih, namun ketika bahagia kita melupakan beliau yang sudah memberikan kesenangan dan kebahagiaan kepada kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar