Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Minggu, 05 Juni 2011

Merayakan Saraswati di Belgia

Laporan Zeynita Gibbons

Perayaan Hari Raya Saraswati tahun ini menjadi hari istimewa bagi lebih 300 umat Hindu Bali yang bermukim seantero Eropa. Pada 23 April 2011 lalu, mereka merayakan Saraswati di Pura Agung Shanti Bhuwana, Belgia yang merupakan replika dari Pura Besakih. Pura Agung Santi Bhuwana terletak di kompleks wisata Pairi Daiza yang dulu bernama "Parc Paradisio", kota Bruggulete, sekitar satu jam dari Brusel, ibu kota Belgia.

Pura Santi Bhuwana merupakan daya tarik utama Taman Indonesia di Belgia yang dibangun Eric Domb, warga Belgia yang sangat mencintai Pulau Dewata, di lahan seluas enam hektar. Komplek wisata itu dulunya kastil. Di taman itu masih tersisa bangunan menara dan kandang ternak serta danau dengan pepohonan yang rindang dan bangunan pintu masuk tinggi.

CEO Pairi Daiza, Eric Domb saat dijumpai koresponden ANTARA menyatakan, Pura Agung Santi Bhuwana dipersembahkan untuk masyarakat Indonesia. "Itu semua saya persembahkan untuk masyarakat Indonesia," ujar pria setengah baya yang terlihat energik itu.

Pembangunan Pura Agung Shanti Bhuwana merupakan impiannya ketika pertama kali berlibur ke Bali saat ia berusia 17 tahun bersama keluarga. Dan baru setelah sekian puluh tahun impiannya dapat terwujud. Pembangunan Taman Indonesia di Taman Pairi Daiza tersebut menjadi obsesi Eric Domb, yang pertama kali datang ke Indonesia pada 1978.

Untuk mewujudkan impiannya tersebut, Eric Domb mendatangkan tidak kurang dari 350 kontainer batu seberat 8.000 ribu ton dari Muntilan dan Gunung Agung Bali. Proses pembangunan yang melibatkan pemahat batu asal Bali dan Muntilan tersebut memakan waktu hampir lima tahun, dan diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik pada 2009. "Saya sangat terharu dan bangga ada komplek Puri Agung Shanti Bhuwana di Belgia," ujar Made Agus Wardana yang sehari hari bekerja di bagian Pensosbud KBRI Brusel.

Pura Agung Shanti Bhuwana biasa digunakan sebagai tempat persembahyangan seluruh umat Hindu, tidak saja yang berada di Belgia tetapi juga yang ada Eropa seperti Jerman, Belanda, Perancis, Italia, Swiss, dan Norwegia. "Selain itu Pura itu juga menjadi sarana pendidikan bagi anak-anak Bali yang lahir di luar negeri," ujarnya.

Saraswati adalah upacara untuk memperingati turunnya ilmu pengetahuan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Prosesi perayaan Saraswati di pura tersebut dipimpin oleh Pinandita I Made Sutiawijaya, warga Bali yang sudah lama bermukim di Belgia. Selain prosesi persembahyangan, perayaan Saraswati di Pairi Daiza juga diisi dengan penampilan kesenian khas Bali, termasuk tari Legong Keraton dan tari Barong.

Penampilan tersebut diiringi oleh kelompok Gamelan Saling Asah yang merupakan binaan KBRI Brussel, yang penabuhnya sebagian besar adalah warga negara Belgia. Menutup rangkaian acara, dilakukan prosesi arakan sesajian mengelilingi komplek Taman Pairi Daiza. Perayaan Saraswati juga mendapat sambutan para pengunjung Taman Pairi Daiza. Beberapa pengunjung menyatakan mendapatkan kejutan yang menyenangkan dengan adanya perayaan Saraswati.

Salah seorang pengunjung asal Inggris bahkan menyatakan keinginannya yang semakin kuat untuk mengunjungi Indonesia. "Acara keagamaan semacam ini juga menjadi bukti konkret kepada masyarakat Belgia, bahwa Indonesia memang kaya ragam budaya dan keagamaan," ujar Dubes RI di Brussel, Arif Havas Oegroseno yang hadir para perayaan tersebut.

Eric Domb menambahkan, Pura Shanti Bhuwana adalah milik warga Hindu, dan menurutnya perayaan Saraswati sebesar ini menjadi kehormatan baginya dan bagi taman yang dikelolanya.

Miniatur Indonesia

Selain Pura Agung, kawasan wisata yang dibangun Eric Domb juga terdapat miniatur berbagai bangunan Indonesia, seperti lumbung beras dari Tanah Toraja, kompleks rumah Timor dan bahkan Eric Domb membuat sawah yang ditanami padi. Nyoman Suyadni Mindhoff dari Group Bali Puspa Jerman mengakui sangat senang bisa ikut merayakan Hari Raya Saraswati di Pura Agung Shanti Bhuwana dan bisa bergabung dengan group Saling Asah. Menurut Made Agus Wardana, layaknya sistem kemasyarakatan umat Hindu di Indonesia, di Eropa juga terdapat sistem adat yang sama, di mana setiap negara memiliki satu klian banjar semacam kepala desa bertanggung jawab terhadap umat Hindu di negaranya.

Selain persembahyangan Saaswati di Pura Agung Shanti Bhuwana, juga digelar pertunjukan kesenian, di Bale Gong dan makan siang di kampoeng Timor Village. Rangkaian upacara Hari Raya Saraswati yang diadakan umat Hindu Bali diantaranya gebogan, umbul-umbul, layangan, tedung, sebagai pengganti festival ogoh-ogoh dengan diiringi gamelan Bleganjur.

Selain para penari-penari remaja Indonesia dari Jerman juga menampilkan tari pendet, janger, sekar jagat, genjek, legong keraton. Nyoman Dharma, anggota komunitas Bali dari Norwegia, juga menilai perayaan Saraswati memberikan manfaat bagi promosi pariwisata Indonesia.

Bagi Umat Hindu Eropa, khususnya bagi keluarganya, acara tersebut bermanfaat karena dapat meningkatkan sadhana kita dalam menjalankan ajaran Dharma. Pinandita di Pura Agung Shanti Bhuwana, Sutiawidjaya merasa bangga bisa melakukan Piodalan dan Saraswati di Pura Agung Santi Bhuana, di Belgia. "Bangga rasanya melihat bahwa sebagian kecil masyarakat Indonesia yang berada di luar Indonesia, dengan penuh semangat dan tanpa pamrih mampu menunjukkan identitas budayanya di mata orang asing," katanya.Di taman Pairi Daizi juga terdapat dua pasang gajah dari Indonesia lengkap dengan dua pawang dari Taman Safari Indonesia yang menghibur para pengunjung.
(ANTARA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar