Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Senin, 15 April 2019

Indahnya Bersedekah

Luh Made Sutarmi

Alam selalu menjadi representasi untuk melakukan kerja tanpa pamerih. Udara pagi yang sejuk  suasana tampak indah, selalu membawa pencerahan dan inspirasi yang indah. Di sana Tuhan seakan  hadir dalam setiap bayang-bayang kehidupan ini, kemudian dapat membawa beragam narasi yang membuat tersenyum. KehadiranNya  selalu membuat jiwa-jiwa agung  melayang, bak  angin menuju angkasa biru. Bunga-bunga hati selalu membuat tersenyum damai. Inilah pesan yang selalu membuat hati  tak lelah berjalan ke dalam hati, pada  hidup ini. Seperti yang kerap terguratkan bahwa  mereka  yang selalu melihat bunga indah di hati orang lain dan sanak keluarganya, suatu saat nanti  akan menemukan bunga indah di dalam hati dirinya sendiri, seakan mengejewantah  di setiap waktu.

Pun demikian di suatu jeda pantai pun  terasa  cerah, lalu  nun jauh di horison tepi langit terlihat gugusan pulau yang menawan dan indah, lalu dalam memandang itu hanya tergambar wajah ciptaan Tuhan, dalam dekapan riak gelombang pantai, serta  deburan ombak mengibaskan butir-butir pasir. Di sana sang adi kawi membisikkan kata- kata cinta yang suci, yang indah dan membumi, membuat hati pencinta spiritual  berbunga dan mengangkasa. Jalan-jalan tak pernah sepi, menuju wahana jiwa yang merindukan semesta alam, seakan bangkit.  Dedaunan dan bunga ungu tersungkur menggapai bumi, terbersit cahaya mempesona, dalam hutan kabut terurai rerumputan yang tak teratur, menghiasi pintu utama, belantara hutan, tersembul biji bulat yang indah berkelopak yang tersimpul aneka rasa, menyatu dalam berbagai juraian kebahagian dengan tanjakan gunung yang menjulang. Di sana alam mendapatkan ruang sebagai altar pemujaan Tuhan.

Altar Tuhan adalah sebuah analogi dan metafora dalam berbagai narasi untuk  menyiratkan kebahagiaan dalam memberi, sebab memberi adalah dapat  menjadi sebuah sumber kegembiraan, manakala kita tulus. “Berbagi adalah bentuk lain dari rasa bersyukur, berbagilah dengan sesama tanpa mengharapkan apapun,” kata tetua untuk memberikan berbagai nasihat. Pesan seorang guru layak direnungkan, “Tetaplah berbagi meskipun kau merasa tak punya apa-apa. Karena kau bisa berbagi perhatian, kasih sayang, juga cinta.Tuluslah ketika berbagi. Wanita dapat tersenyum kepada banyak pria. Namun hanya kepada satu pria ia dapat berbagi air matanya. Persahabatan itu tidak dicari, namun kita sendirilah yang menciptakannya, dari rasa saling berbagi, mengerti, dan mempercayainya.”

Bagi mereka yang  berjalan ke arah dalam, menemukan mutiara pesan yang sangat indah.  Mutiara pertama,  produsen berhubungan dengan distributor dan konsumen; dokter berhubungan dengan apoteker dan pasien; suami berpasangan dengan istri; sedangkan bagi mereka yang sekarat dan hampir mati sedekah di masa sehat itulah yang selalu menemaninya. Sedekah yang dilakukan, pahalanya tidak akan dinikmati oleh ayah, ibu, atau sanak saudara lainnya, kebajikan itu akan dinikmati oleh si pelaku sedekah itu sendiri.

Mutiara kedua, sedekah oleh orang suci bijak adalah sifat yang tanpa iri dan dengki, serta ketaatan pada kebajikan dan kebenaran; sebab dari perilaku yang mulia itu akan diperolehlah pahala yang melimpah ruah. Mutiara ketiga,“kenikmatan hidup di bumi adalah pahala dari sedekah; kebijaksanaan dan kesadaran adalah pahala bakti kepada orang tua, sedangkan tindakan yang tidak membunuh dan menyiksa makhluk hidup menyebabkan umur panjang.”

Di antara apapun di bumi ini, sangat sulit lah untuk bersedekah, sebab harta itu diperoleh dari hasil kerja keras; walau sesulit apapun janganlah pernah lupa untuk bersedekah. Orang-orang utama adalah orang yang dengan suka rela memberi sedekah kepada orang-orang yang memerlukan, tidak peduli besar ataukah kecil pemberian itu.

Mutiara keempat, tujuan utama dari harta dan kekayaan rahmat Tuhan adalah untuk disedekahkan, namun apabila sedekah itu digembar-gemborkan, hilanglah makna dari sedekah yang dilakukan. Mereka yang berpengetahuan akan merelakan harta kekayaannya untuk kepentingan dan kesejahteraan umum, bahkan bila perlu nyawanya pun akan dikorbankan; mereka yang berpengetahuan menyadari bahwa tiada yang kekal dalam hidup ini, maka dari itu demi kepentingan dan kesejahteraan umum, jangankan harta, nyawa akan rela diserahkannya.

Mutiara kelima, ada orang dapat mempertahankan kekayaan dalam jangka waktu yang lama, yang lainnya hanya sekejap menjadi kaya; yang lama pasti panjang amal sedekahnya, sedangkan yang hanya sekejap tentu sekejap pula amal sedekahnya. Maka dari itu janganlah kikir, lakukan sedekah semampunya, dan nikmatilah kekayaanmu dalam jangka waktu yang lama. Pernikahan berguna untuk melanjutkan keturunan, kitab suci berguna untuk menuntun pada kebajikan dan kebenaran, sedangkan kekayaan itu boleh dinikmati; selebihnya disedekahkan. Apa gunanya harta kekayaan itu dinikmati jika tanpa adanya sedekah, apa gunanya kesaktian jika tidak untuk mengalahkan musuh, apa gunanya sastra-sastra itu jika tidak untuk menuntun pada perbuatan baik dan benar, apa gunanya juga kebijaksanaan jika tidak untuk menaklukkan hawa nafsu yang negatif. Maka dari itu orang kaya yang tidak melakukan sedekah, sesungguhnya ia telah mati dalam hidupnya, hanya lantaran masih bernafas saja ia dikatakan hidup. Memaknai sedekah, menarik memahami diskusi Krishna dengan Arjuna saat perang Bharatayuda berlangsung.

****
Malam setelah usai perang hari itu, udara terasa dingin, diskusi Sri Krishna dan Arjuna terus terjadi. Krishna berkata, “Arjuna, engkau harus mengetahui, Jika tidak memiliki kekayaan materi, ciptakanlah rasa aman bagi makhluk hidup, sebab jika seseorang dapat membuat makhluk hidup terhindar dari ketakutan, inilah bentuk sedekah yang dapat mengalahkan sedekah-sedekah yang lain.“
“Krishna! Kapan kita mesti melakukan sedekah?” Tanya Arjuna. Dengan senyum manis Krishna berkata, “Sedekah dapat dilakukan kapan pun, dimanapun, dan dalam bentuk apapun. Sedekah tanah, sedekah kesempatan, wahyu suci, harta benda, dan lain-lain. Terlebih lagi kepada janda yang memiliki banyak anak dan masih banyak membutuhkan biaya untuk membesarkan anak-anaknya. Memberikan sedekah kepada janda dan kepada orang miskin juga diibaratkan sebagai menegakkan kebenaran di jalan Tuhan. Begitu besar pahala yang bisa didapatkan. Kini saatnya kamu memantapkan hati untuk bersedekah dengan ikhlas. Selain itu sedekah makanan dan minuman kepada orang yang kelaparan dan kehausan, sedekah selimut dan pakaian kepada orang yang kedinginan, nilainya sama dengan sedekah dalam bentuk harta kekayaan.”

Krishna menambahkan, “Arjuna! Perlu engkau ketahui, perlu engkau percaya, bahwa  sedekah akan mendatangkan pahala yang besar apabila dilakukan ketika matahari berada di bagian paling selatan khatulistiwa, ketika matahari berada dibagian paling utara khatulistiwa, ketika matahari berada tepat di garis khatulistiwa, pada saat gerhana bulan dan gerhana matahari.”

“Bagaimanakah akibatnya kalau pemberian sedekah tidak tepat sasaran?” tanya Arjuna lagi, Krishna menjawab, “Arjuna! Sedekah yang tepat dan diberikan kepada orang yang tepat sudah pasti akan mendatangkan pahala yang besar, sedangkan sedekah yang tidak tepat dan diberikan kepada orang yang tidak tepat, walaupun dalam jumlah yang besar, akan mendatangkan pahala yang kecil. Intinya, besar kecil pahala tidak tergantung pada besar kecil sedekah, tapi pada tepat atau tidaknya sedekah itu. Lalu, jangan bersedekah kepada orang yang jahat dan kejam, jangan menggembar-gemborkan sedekah yang dilakukan. Jangan menerima sedekah dari orang jahat dan kejam, serta jangan pula berlindung kepadanya. Perlu juga engkau ketahui bahwa sedekah jangan diberikan secara ngawur, jika ingin bersedekah hendaknya berusahalah mencari orang yang benar-benar pantas menerimanya.”

“Apakah pahala yang diterima bagi penderma?” Krishna berkata, “Pahala yang besar akan segera didapatkan jika sedekah diberikan kepada orang miskin yang baik, orang-orang yang hidup kelaparan, dan kepada orang yang benar-benar memerlukan bantuan. Lalu, hendaknya sedekah diberikan bukan karena ingin mendapatkan pujian, bukan karena rasa takut, dan tidak menyimpan motif atau tujuan-tujuan tertentu. Engkau harus ketahui, jika ayah dan ibu meminta pemberian, jangankan dalam bentuk harta, nyawa pun hendaknya dikorbankan saja. Hutang kepada orang tua tidak akan terbalaskan, walaupun si anak berusaha membalasnya setiap hari dalam seratus tahun. Sebab demikian banyak penderitaan, pengorbanan, dan usaha-usaha yang dilakukan oleh ibu dan ayah untuk membesarkan anak-anaknya. Hanya orang miskinlah yang patut diberikan sedekah, bukan kepada orang kaya. Seperti halnya obat hanya pantas diberikan kepada mereka yang sakit, menjadi tiada guna jika diberikan kepada yang sehat. Jika ada orang miskin, namun lantaran malu, ia tidak mau meminta sedekah; sang dermawan haruslah berusaha agar si miskin itu mau meminta dan menerima sedekahnya. Jangan sekali-kali marah kepada orang yang meminta sedekah, jangan mengusirnya, jangan menolak untuk memberi sedekah walau mungkin yang meminta sedekah itu dianggap hina oleh masyarakat, bahkan sedekah yang diberikan kepada anjing pun tidak akan sia-sia.”

Krishna masih memberikan wejangan, “Jangan gegabah mencela dan menolak kedatangan orang yang meminta sedekah, jangan pernah menolak harapan-harapan mereka; sebab seorang peminta-minta dengan harapannya akan sedekah, ia berkeadaan sama dengan seorang guru yang datang dengan ajaran tentang kebajikan dan kebenaran. Mereka yang datang meminta sedekah layaknya matahari yang datang setiap hari untuk menghilangkan kegelapan; bagaikan seorang tukang bersih kaca yang bertugas setiap hari untuk membersihkan kaca dari debu-debunya.”

Selanjutnya Krishna berkata, “Tidak ada dosa yang lebih besar dari orang yang berkata ‘tidak’ kepada orang yang meminta sedekah, bahkan dosa mereka yang berkata ‘tidak’ akan ditambahkan dengan dosa dari si peminta-minta itu. Orang miskin yang datang meminta sedekah kepada si kaya sesungguhnya adalah cermin guru yang bijaksana, sebab kedatangan si miskin seolah-olah menasehati si kaya, agar menjaga hartanya dengan sedekah; sebab jika si kaya menjadi kikir, kekayaannya akan hilang dan ia akan menjadi miskin.

Janganlah selalu memikirkan adanya pahala atau tidak adanya pahala saat bersedekah, hendaknya sedekah dilakukan semampu yang bisa dilakukan dan sedekah diberikan dalam bentuk yang layak disedekahkan. Sedekah seperti ini pasti berpahala. Adapun puncak dari sedekah adalah dalam bentuk emas (harta), sapi (ternak) dan tanah (tempat hunian atau tempat bercocok tanam). Sedekah seperti ini akan melenyapkan malapetaka dan mengantar ke surga.

Hendaknya sedekah yang diberikan berupa uang atau barang-barang berharga, seperti emas, perak, permata, kain, dan tanah. Yang seperti inilah patut disedekahkan. Jika menyedekahkan lembu bule (ternak) hendaknya tanduk lembu tersebut dihiasi dengan emas beserta sebuah bejana dari kuningan untuk penampung susunya. Sedekah seperti ini akan menjadi nandini (lembu yang dapat memenuhi segala keinginan) di alam akhirat nantinya.

Jika yang disedekahkan dalam bentuk rempah-rempah (obat-obatan), dupa, harum-haruman (sarana sembahyang), pakaian atau kain, mereka yang melakukan sedekah seperti ini kelak akan terlahir menjadi orang yang berwajah tampan dan berfisik sehat. Inilah sedekah yang mudah cara memperolehnya, minyak, umbi-umbian (bahan makanan), air, lulur kaki, atau alat penerangan; mereka yang bersedekah seperti ini akan hidup senang, tenteram dan damai dengan sanak keluarganya.

Jika ada orang yang memberikan sedekah air kepada orang-orang yang sedang kehausan, di akhirat di tempat yang paling sulit air pun mereka yang bersedekah air tidak akan pernah kekurangan air.
Adapun orang yang menyedekahkan penerangan kepada orang yang sedang melakukan perjalanan malam, kelak di kehidupan berikutnya akan memiliki mata yang bercahaya, wajah yang berseri dan karisma yang kuat.

Jika ada orang yang menyedekahkan payung kepada orang yang kehujanan, di alam akhirat mereka ini akan dipayungi oleh para bidadari/bidadara. Jika ada orang yang menyedekahkan alas kaki kepada orang yang sedang berjalan dan kepanasan, di alam akhirat ia akan dihormati oleh para Dewa. Besar kecil pahala dari sedekah dan derma, bukanlah disebabkan oleh banyak atau kurangnya jumlah yang dikorbankan, namun ikhlas atau tidak ikhlas hati dari si pemberi kala itu.

Barang yang disenangi, barang yang disayangi, barang-barang yang berharga, barang yang berkeadaan seperti inilah yang paling baik untuk disedekahkan. Sedekah yang diberikan dengan tanpa diminta terlebih dahulu tergolong sedekah tingkat utama, sedangkan sedekah yang diberikan lantaran ada permintaan tergolong sedekah dalam tingkatan menengah. Sedekah yang diberikan dengan tidak tulus ikhlas, terpaksa, atau dengan kata-kata kasar/hinaan tergolong sedekah tingkat rendah dengan pahala sangat sedikit.

Sedekah yang diberikan dengan motif/syarat tertentu (negatif) dan dilakukan dengan tidak tulus ikhlas adalah sedekah dalam tingkatan hina dan tidak ada pahalanya. Untuk berlatih, sedekahkanlah terlebih dahulu barang-barang yang kurang berharga, berikutnya barang berharga, setelah terbiasa barulah menyedekahkan barang-barang yang sangat berharga dan anda sukai.

Apabila seseorang menasehati orang lain untuk bersedekah, sedangkan ia sendiri tidak melakukannya, maka apa yang dicita-citakannya, apa yang diidam-idamkannya tidak pernah akan terwujud. Jika ada orang bertekad dan berjanji untuk berbuat kebajikan (berdana/bersedekah), lalu ia tidak menepati janjinya itu, maka akan hilanglah pahala hasil dari sembahyangnya dan pahala dari amal dan jasanya.”

Arjuna tersenyum dan dia menyadari benar bahwa pahala dari ketekunan memuja Tuhan dapat hilang seketika jika tidak menepati janji untuk bersedekah. Pahala dari amal dan jasa yang dilakukan seketika akan hilang jika tidak menepati janji untuk bersedekah. Om Gam Ganapataye Namaha. *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar