Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Jumat, 15 Februari 2019

Dialog Arjuna dan Subadra Tentang Kebajikan

Luh Made Sutarmi

Hujan rintik-rintik, udara dingin yang selalu membuat diri kita tersanjung itu bukanlah awan yang mendatangkan hujan  sebagai bukti bahwa langit memberikan sebuah penghormatan pada bumi sekaligus mengabarkan bahwa ketika orang berisi dia merunduk dan selalu dapat memberikan, inilah sebuah model pemaknaan yang bijak. Menjadi bijak tidak mudah. Dia berproses. Disitu berlaku rumus sederhana, jika enggan mengerjakan hal kecil, maka sulit menyelesaikan tugas yang besar.
Oleh karena itu mulailah dari hal-hal kecil. Hal pertama yang dibangun dalam diri untuk bisa menghadapi hari dengan semangat adalah menciptakan sebanyak-banyaknya pikiran positif.
Sebelum mengkritik orang lain, dalil bijak bertutur:  “Pikirkan dahulu apakah diri  sendiri telah sempurna dan bebas dari kesalahan.” Manusia  bisa mengeluhkan mawar memiliki duri, atau bersukacita karena duri memiliki mawar. Di bingkai itu, maka dikabarkan bahwa usaha tekun pada kerja mencari kama, artha dan moksa, dapat terjadi adakalanya tidak berhasil; akan tetapi usaha tekun pada pelaksanaan dharma tak  disangsikan lagi, pasti berhasil sekalipun baru hanya dalam angan-angan saja.

Bisa dipahami bila hidup selalu menuntut bahwa kebaikan adalah mutiara yang terus harus dikejar dan diasah dalam diri. Disitu berlaku bahwa  belajar meyakinkan orang dekat dengan tindakan. Persisnya, tindakan yang meringankan beban penderitaan mereka. Setidaknya, jangan pernah menghakimi orang.

 Di dunia harta, rasa enak muncul setelah seseorang mendapatkan sesuatu. Di dunia cinta, keindahan muncul setelah seseorang memberikan sesuatu. Di dunia cinta, bahkan binatang pun menemukan hal indah dengan cara mencintai.

 Berapa banyak kewajiban yang telah anda penuhi, sebanyak itu pula kemampuan yang akan diperoleh. Dialog Arjuna dengan Subadra perihal kebajikan menarik untuk disimak.

****

Udara dingin memasuki  peraduan Arjuna dan Subadra.  Arjuna berkata, “Subadra istriku sayang, engkau harus bertutur dengan kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik dan melakukan perbuatan baik. Lalu dapat memaafkan orang lain berarti berlaku baik pada diri sendiri. Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki kemungkinan yang tak terhingga.” kata-kata Arjuna itu membuat suasana lebih romantis.

 Arjuna terus berkata lagi, “Lagi pula meski di semak-semak, di hutan, di jurang di tempat-tempat yang berbahaya, di segala tempat yang dapat menimbulkan kesusahan, baik di dalam peperangan, sekalipun tidak akan timbul bahaya menimpa orang yang senantiasa melaksanakan dharma, karena perbuatan baiknya itulah yang melindunginya, disana terbersit bahwa kebenaran kehidupan sebenarnya kasih yang diberikan oleh Yang Maha Memberi Kehidupan, lalu disana kita harus  mencontoh apa yang dilakukan oleh Tuhan kepada diri kita.”

Subadra berkata dengan wajah serius, “Mengapa memberi itu jauh lebih baik suamiku, dari pada terus menerus meminta pada orang lain?”  Sambil tersenyum manis Arjuna berkata, “Telapak tangan menghadap ke bawah adalah menolong orang, menengadah adalah memohon bantuan; membantu orang mendatangkan kegembiraan sedangkan memohon bantuan adalah suatu penderitaan. Agar bisa membantu orang lain,  satu dalil yang dibutuhkan adalah keselarasan.  Keselarasan antara hati, perkataan, dan perbuatan adalah trikarana suddhi, dan itulah kebenaran (satya), istriku.”
Arjuna menambahkan, “Kini  kita manusia sering menganggap kenyataan duniawi sebagai kebenaran. Ia melupakan kebenaran spiritual, menempuh jalan kebodohan. Yang dimaksud dengan kebodohan, yaitu menyamakan diri dengan badan, dan tidak mampu melihat sinar pengetahuan Subadra. Perlu dirimu ketahui bahwa,  Satya tidak terbatas pada mengatakan apa yang kau lihat dan kau dengar. Satya adalah wujudmu yang sebenarnya. Faktor apakah yang menyebabkan engkau melupakan kebenaran ini? Ini dapat dikenali dengan contoh duniawi.”

“Ya, suamiku, kadang-kadang aku sengsara tidak bisa bertemu denganmu,” kata Subadra.
“Ya Subadra, engkau harus tahu bahwa orang harus mengalami banyak kesulitan bila ia menikah. Tidak ada kebahagiaan dalam kehidupan duniawi (samsāra). Samsāra menunjukkan some ‘sejumlah’ + sara ‘sari’, yaitu hal yang mempunyai sedikit ‘sari’. Tidak ada kebahagiaan yang besar dalam kehidupan duniawi (samsāra). Kehidupan duniawi hanya dapat memberimu sedikit kesenangan. Berbagai jenis kesulitan, keributan, dan kegelisahan mulai timbul dalam keluarga bila seseorang  menikah dan mendapat istri, maka  kesulitan terus bertambah, aneka kesulitan akan berlipat ganda bila mempunyai dua istri, apalagi lebih.”

Arjuna menambahkan nasihatnya, “Subadra, ketahuilah, orang-orang hanya berdoa pada waktu mengalami kesulitan, bila dirundung kecemasan. Segala kecemasan yang dialami manusia dewasa ini terjadi karena ia telah  melupakan kebenaran. Ikuti kebenaran, maka engkau akan sukses dalam segala bidang kehidupan. Kasih sayang tidak dapat dengan memohon pada orang lain, melainkan diperoleh dari sumbangsih yang diberikan.”

Subadra kemudian berkata lagi, “Suamiku, apakah yang kita dapatkan dengan melaksanakan kebenaran?”  Arjuna berkata, “ Kejayaan selalu menyukai mereka yang mengikuti kebenaran, bukan lainnya. Engkau tidak bisa mencapai kejayaan dengan kekuatan fisik, kemampuan intelektual, harta yang sangat besar, dan pengikut yang banyak. Semua ini tidak dapat menggantikan kebenaran. Kebenaranlah yang menang. Bila engkau mengikuti kebenaran, engkau dapat mencapai keberhasilan dalam segala usahamu. Masalah serius apapun yang mungkin kau hadapi, akan dapat diselesaikan dengan mudah bila engkau mengikuti kebenaran. Di dunia ini tiada apa pun yang tidak dapat dicapai oleh kebenaran. Kebenaran dapat mencapai segala sesuatu. Musuh terbesar kita bukanlah orang lain, melainkan diri kita sendiri.  Hendaknya bersaing untuk menjadi siapa yang lebih dicintai, bukan siapa yang lebih ditakuti. Menyia-nyiakan waktu setiap hari adalah pemborosan hidup, bekerja penuh semangat dan menjadi orang yang berguna adalah membangun kehidupan kita sendiri.  Lakukanlah dengan sepenuh hati, jangan merasa khawatir ataupun risau.”

Arjuna tersenyum kepada subadra, “Istriku, jika tabiat dan ucapannya tidak baik, meski hatinya sebaik apapun tidak dapat dikategorikan sebagai orang baik. Selalu merasa tidak senang kepada orang lain, karena kurang dalam pelatihan kepribadiannya diri sendiri.  Rumput tidak akan mudah tumbuh di lahan yang ditanami sayur-sayuran. Hati tidak mudah timbul kebencian bila dipenuhi rasa persahabatan. Kegembiraan seseorang tidak didasarkan dari berapa banyak yang dimilikinya, namun karena sedikit sekali berhitung dengan orang lain.”

 Subadra  terdiam, lalu dia memeluk Arjuna. Engkau suamiku memang bijak, aku bahagia memilikimu. Om Gam Ganapataye namaha
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar