Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Sabtu, 18 Februari 2017

Perayaan Saraswati untuk Membentuk Kerendahan Hati

Wacana oleh Ni Wayan Madiani
Falsafah ilmu padi mengajarkan semakin berisi semakin merunduk. Hakekat yang ditanamkan adalah penggambaran seseorang yang dalam dirinya telah banyak memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman yang selalu rendah hati. Sifat rendah hati bukan sifat yang merendahkan diri di hadapan orang lain, sehingga orang lain menganggap kita sebagai orang yang rendah. Tetapi sifat rendah hati yang mampu mengendalikan rasa keakuan diri (ego), arogan dan sifat sombong yang ujungnya membawa kesengsaraan. Sifat rendah hati merupakan sifat yang berlandaskan pada ajaran susila (tingkah laku yang baik), tercermin dari perilaku yang terkontrol, mawas diri dan selalu menghargai orang lain.

Sifat rendah hati membentuk rasa tulus ikhlas, kesederhanaan penuh wibawa dan keseimbangan dalam hidup untuk menciptakan keharmonisan. Dalam kitab Bhagavadgita Bab XIII sloka 7 dijelaskan tentang kerendahan hati (tiada kesombongan), integritas (tiadanya sifat menipu), ahimsa (tanpa kekerasan), kesabaran, tulus, pengabdian kepada guru, kesucian (raga dan pikiran), keteguhan hati dan pengendalian diri. Dari sloka tersebut terbentuk sifat rendah hati yang didasari cinta dan kasih sayang, suci lahir bathin dengan selalu mengendalikan pikiran, tutur kata, dan tingkah laku, sehingga terkendalinya ego serta semakin bertambah baik budhi pekerti yang dimiliki. Manusia yang mampu menanamkan sifat rendah hati dalam hidupnya adalah manusia yang mampu mengamalkan kebaikan dalam setiap aktifitas kehidupan.


Manusia yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan pengalaman, sepatutnya mampu menjadi teladan dan panutan yang baik, serta mampu melewatkan manusia lain dari penderitaan (Avidya/kebodohan). Sebab pengetahuan yang dimiliki, bila dipersembahkan kepada Tuhan untuk mengabdikan diri dan melayani makhluk lainnya, maka pengetahuan tersebut mampu menjadi perahu yang nantinya mengantarkan pada tujuan hidup, yaitu Jagadhita (kebahagiaan di dunia) dan Moksa (kebahagiaan abadi). Dalam kitab Bhagavadgita Bab IV sloka 33 disebutkan bahwa persembahan berupa ilmu pengetahuan lebih mulia dari persembahan materi, karena semua hasil dari kerja tersebut akan mendapatkan apa yang diinginkan dalam ilmu pengetahuan. Jadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan dalam hidupnya, diharapkan mampu mengamalkan ilmu pengetahuan demi kebaikan, bukan mempergunakan ilmu pengetahuan tersebut untuk merendahkan orang lain, menyakiti, membodohi dan menjerumuskan ke lembah penderitaan.
Dalam kitab Slokantara sloka 15, disebutkan bahwa bukan karena sedekah yang diberikan dalam upacara kurban, bukan karena tapa brata, bukan karena kata-kata yang benar dan bukan karena janji mempelajari kitab suci Veda yang menentukan phala (hasil) yang diterima di kehidupan sekarang, tetapi perbuatan baik atau kebajikan di masa lampau dan sekarang. Manusia bila ingin mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, diharapkan mampu melaksanakan kebaikan dalam setiap pikiran (manacika), perkataan (wacika) dan perbuatan (kayika). Kebahagiaan yang diperoleh pada masa sekarang dalam hidup sangat ditentukan oleh perbuatan baik yang dilakukan. Sehingga dari sifat rendah hati yang dimiliki akan menuntun manusia untuk melaksanakan kebaikan, sehingga mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan.
Sebagai contoh dari suatu kebaikan yang bersumber dari sifat rendah hati yang mampu mengantarkan pada kesejahteraan dan kebahagiaan adalah kisah Panca Pandawa dalam Itihasa Mahabharata. Digambarkan tentang sosok Panca Pandawa yang selalu memperlihatkan sifat rendah hati, sehingga para dewa, guru, sahabat dan keluarga memberikan restu, jalan dan petunjuk untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan. Disisi lain, sosok Duryodana yang memiliki sifat angkuh, iri, dengki dan sombong serta tidak menghormati guru dan orang tua, maka kehancuran dan penderitaan yang diperolehnya.
Dari gambaran di atas, dapat ditarik suatu benang merah bahwa dalam hidup ini sifat rendah hati mampu mengantarkan manusia mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan. Dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki, sepatutnya manusia tidak takabur, angkuh, iri, dengki dan sombong pada makhluk lainnya. Sebagai orang yang berpengetahuan, segala sifat ego, angkuh, iri, dengki dan sombong ditenggelamkan dalam samudra ilmu pengetahuan, sehingga perahu kebijaksaan dengan nahkoda sifat rendah hati yang didasari dharma mampu berlabuh di tempat tujuan untuk mencapai Moksartam Jagadhita ya ca iti dharma.
Perayaan Saraswati sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan dapat dimaknai sebagai ungkapan syukur dan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi-Nya sebagai Dewi Saraswati. Pemaknaannya adalah dalam perayaan Saraswati, semoga segala ilmu pengetahuan yang mengalir dalam kehidupan mampu membentuk dan menuntun sifat rendah hati dalam diri. Mampu menumbuhkan sifat bijaksana, berpengetahuan (vidya), memiliki keindahan dan keluhuran jiwa dengan dasar sumber pengetahuan yang luas tanpa batas. Dapat diketahui bahwa sesungguhnya ilmu pengetahuan itu sangat indah (cantik), memiliki daya pikat dan terus mengalir dalam kehidupan, sehingga dengan dasar rendah hati, maka keindahan ilmu pengetahuan memiliki manfaat dan makna dalam kehidupan untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan.
(Penulis adalah Guru SMP Negeri 1 Amlapura Kabupaten Karangasem).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar