Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Rabu, 28 Desember 2016

Memanggil Ibu

Oleh Nyoman Mider Adnyana
Pemujaan ibu, itu pemujaan yang terkait dengan Shakti. Apa itu Shakti? Pengertian Shakti dalam pemujaan itu mengandung makna :
1. Kekuatan Suci

Seperti halnya memuja Shiva, kita juga memuja Dewi Parvati. Devi Parvati – Shakti, Kekuatan. Seperti api dengan panasnya. Kekuatan panas ini menyebabkan terjadi sesuatu. Demikian juga Shiva dengan Shakti menjadi satu, Shiva-Parvati. Beliau dengan kekuatannya menciptakan segala sesuatu yang ada ini. Karena sulit dijangkau, maka beliau sendiri berpribadi, Shaktinya Beliau juga berpribadi, kemudian disebutlah Devi Parwati. Kemudian dari kekuatan Parwati ini menambah kekuatannya lagi untuk kaitannya dengan dunia, termasuk material yang besar maka disebutlah Durga, jadi kekuatan beliau yang satu, dua Nama.


2. Shakti, terhindar dari bencana-bencana
Demikian juga kekuatan-kekuatan dalam alam ini. Kekuatan alam ini juga terkait Shakti. Satupun manusia tidak mampu mengalahkan kekuatan alam. Kalau sifat shaktinya sudah berjalan, apa itu sifatnya menyempurnakan ataupun mengembalikan, semua namanya Shakti. Contoh : kekuatan yang dahsyat seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami, angin topan, kekuatan alam. Kalau sudah kurun waktunya, maka terjadilah. Karena ini mesti terjadi. Bagi orang yang memiliki kepercayaan dan keyakinan, maka tentu ini diantisipasi dengan bhakti. Kalau kita tidak bhakti, kalau kita tidak memuja Shiva, siapa yang menyelamatkan kita, bilamana ada kekuatan alam seperti ini terjadi. Kalau kita diberikan sedikit Kekuatan Shakti oleh Tuhan yang kita puja, maka Shakti inilah yang menyelamatkan, Shakti inilah yang menghindarkan dari bencana.

3. Shakti juga terkait dengan kasih sayang
Demikian juga kekuatan yang lain seperti kasih sayang, ini sudah melimpah kepada umat manusia. Semua orang mempunyai kekuatan itu, tetapi mampukah disadari? Atau mampukah kita membangun lagi? Jawabannya pasti mampu. Kalau kita membangun, tentu juga dengan bhakti, dengan memuja Shiva. Kalau kekuatan kasih sayang itu dibantu juga dengan kekuatan Shiva, maka kasih sayang itu melimpah keluar sampai kepada anak, sampai kepada orang lain, bahkan lingkungan kita, sampai dunia. Ini kekuatan kasih sayang yang telah kekuatan Shakti itu masuk kedalam diri manusia. Karena begitu kekuatan itu datang dari Beliau sendiri.
Makanya dalam pemujaan, kita simbolkan Shakti itu apa? Dengan warna apa? Tentu ibu-ibu disuruh untuk memakai pakaian kuning, symbol kekuatan suci. Supaya dengan, symbol ini, Beliau datang, seperti Ibu memberikan sesuatu  sesuai dengan yang dimilikinya, memancar kepada para bhaktinya. Kalau pancaran itu terjadi kamu akan bilang “oh Ibu”, beda dengan menyebut ibu lahiriah. Ibu dari dalam beda, beda kuasanya, beda kekuatannya, beda dengan penampakkannya, semua besar dan tidak bisa dibayangkan. Kalau ini terjadi maka akan mengatakan : “Oh Inilah Kekuatan Shakti Ibu”
Demikian juga dalam kehidupan manusia, wanita inilah yang memberikan kekuatan kepada Yang tercipta. Kalau seorang ibu melahirkan anak, dengan kekuatannya dilindungi, kasih sayang disana menonjol. Kalau tidak terjadi kekuatan suci kasih sayang untuk melahirkan anaknya, apa yang akan terjadi? Bagaimana dunia ini? Semua yang melahirkan memiliki itu, semua makhluk hidup termasuk binatang, tumbuh-tumbuhan kita tidak dapat jangkau karena kecil. Maka untuk membangun kekuatan suci seperti itu tentu melalui bhakti dan puja yang pas. Kalau contoh itu kita perbesar lagi, alam. Semua bangsa memiliki kepercayaan masing-masing terhadap ibu pertiwi masing-masing terhadap suatu Negara.
 Semua orang hidup punya kepercayaan itu, tertulis ataupun tidak tertulis. Contoh yang paling dekat di Bali, orang tidak tahu Shakti Shiva, tidak tahu Shakti Durga. Nama itu dia tidak tahu, yang ia tahu Shakti-Tanah. Bilamana tenaganya habis, kepayahan, maka ia merebahkan dirinya ke tanah, cepat sekali kembali tenaganya. Apakah mereka berfikir bahwa tanah itu punya energi? Tentu ia tidak tahu, ia hanya tahu merebahkan diri ke tanah.
Contoh lain lagi, bilamana terjadi pertempuran antara hitam dan putih sampai kita mimpi buruk dan takut, tidak brani tidur, ditempat tidur kita tidak berani tidur. Kemana kita harus lari? Jawabannya ke Ibu. Turun saja anda dari tempat tidur, tidurlah ditanah dengan tikar, takutmu akan hilang. Betapa besarnya energi Ibu dan mengasihi semua ciptaannya. Ini merupakan praktek pengalaman orang-orang tua.
Contoh lain kalau anak kecil takut maka ia akan lari kepangkuan ibunya. Contoh lain seperti Mahabharata, pada saat arjuna akan bertempur di Kurusetra melawan saudara-saudaranya sendiri dengan senjata-senjata sakti yang dimiliki oleh lawan-lawannya, maka Krishna berkata pada Arjuna : ‘Hai Arjuna, karena ada perang besar, dan senjata-senjata maut ada dihadapanmu, mintalah kamu anugrah kepada Ibu Durga.” Kemudian Arjuna memuja Ibu Durga dan Arjuna melihat penampakan, kemudian Durga berkata : “ apa yang kau cari Arjuna?”, jawab Arjuna :”saya memohon kesaktian, karena ada dalam keadaan perang”. Ibu Durga lalu berkata lagi : “saya tahu itu, tetapi saya tidak perlu merestuimu lagi kekuatan, karena kamu bersama Narayana, itu sudah cukup, Ibu tidak memberikannya lagi”.
Contoh-contoh lain banyak sekali di Bali, sebagian besar pergi ke ibunya. Karena itu kita memuja Ibu, supaya kita mengetahui kekuatan Ibu. Wujudnya adalah ibu. Kalau kita tidak buat figure Ibu, mana mungkin kita bisa mendekatkan diri, karena Ibu adalah wanita, kita buat symbol agar dapat kontak langsung Kekuatan Illahi dengan aspeknya masing-masing. Untuk dapat melaksanakan kontak itu, persyaratannya kita harus suci, karena Tuhan Maha suci. Suci dan Maha suci jaraknya jauh sekali tetapi jika diberkati, satu lagu saja dapat mendatangkan Beliau, satu lagu Narayana saja dapat mengembangkan kasih sayang dalam diri sendiri. Satu mantram OM NAMAH SHIVA YA saja sudah mewakili semua, dapat digunakan dalam keadaan apapun dan bisa dibuktikan kebenarannya. Dengan menyebut Nandini saja, Nandini mengibas-ngibaskan ekornya, kadang-kadang datang berwujud seperti itu. Dengan menyebut Ganesha yang berwarna orange, Ganesha datang menghalau musuh-musuh. Betapa murahnya anugrah Beliau kepada para bhaktinya.
Semua kekuatan-kekuatan itu adalah Ibu, karena itu Ibu bermakna sangat luas, tetapi walaupun begitu kita perkecil kemaha-luasan itu agar bisa terjangkau, dengan cara memuja IBU, maka itu ada pemujaan IBU dan Beliau pribadi langsung Nampak pada anda semua. Siapapun yang khusuk dan Bhakti, Beliau pasti datang dan menampakkan diri, bahwa “AKU adalah IBUmu!”
Semogalah kita selalu diberkati oleh kekuatan IBU, tetapi yang paling banyak memberkati adalah Parvati.. Semoga IBU memberkati, karena kita punya Beliau, kita panggil Beliau, karena sebagai anak kita boleh memanggil apalagi sudah diberi mantram-mantram.

Ibu Memberikan Kesejahteraan
Kesejahteraan itu bukan berarti hanya material saja, dalam hal ini kesejahteraan yang dimaksud adalah kerukunan, keharmonisan, kebersamaan, dan ikatan antara satu dengan yang lainnya, yang dilandasi dengan kesucian. Ibu yang dimuliakan dari dahulu sampai sekarang adalah Nama Durga, sedangkan untuk kerukunan, keharmonisan, dan pengetahuan adalah Dewi Parvati.
(Sri Upanisad, Wacana Maha Guru Sri Jaya Nara, 13 Mei 2000)

Anugerah Shiva sebagai Ibu
Aku sebagai Ibu-mu memberikan jawaban-jawaban dan tuntunan khusus kepadamu, karena Aku tahu, engkau telah menunjukan bhakti yang benar bhakti. Karena bhakti inilah menyebabkan Aku datang dengan sifat yang beraneka ragam, dengan sifat yang kadang-kadang kau tidak mengerti. Apakah Aku datang dengan sifat cahaya kekuning-kuningan, ataukah Aku datang dengan warna kebiru-biruan atau kemerah-merahan. Semua itu adalah kekuatan-Ku yang memberikan jawaban terhadap doamu, untuk kau mengerti sifat-sifat Ibu sebagai pelindung dan pengasih. Sifat kedamaian yang dimaksud mempunyai sifat Ilahi, yaitu sifat kedamaian yang memancar dengan cahaya, itu artinya kau bersama-Ku.
Pengertian moral disini adalah sifat-sifat kebajikan itu sendiri, sifat-sifat kedamaian yang cemerang, karena itu arahkanlah dirimu menuju sifat-Ku yang damai dan penuh kebajikan ini. Dengan cara itulah kau dapat mendekati-Ku dengan cara yang amat mudah.  Aku seagai Ibu yang ada pada setiap orang.
Penjelasan:
Shiva sering dimuliakan sebagai Purusa dan Sakti-Nya. Dimuliakan sebagai Perdana, karena Shiva dan Sakti-Nya adalah satu (esa), Shiva dan Sakti-Nya dipanggil Ardhanaresvari dalam wujud setengah laki dan setengah wanita. Guru mengatakan:
“Shiva dipanggil sebagai Bapak dan Sakti-Nya dipanggil sebagai Ibu, karena kemaha-kuasaan-Nya dalam mendidik dan mengasihi para pemuja-Nya. Karena sering terjadi hubungan suci, Shiva dirasakan sebagai Bapak dan Ibu Semesta, yaitu Bapak dan Ibu sebagai mahluk hidup.
(Sri Upanisad, Wacana Maha Guru Sri Jaya Nara 21 Nopember2000)

Bisikan Ibu (Tuhan Sebagai Ibu)
Karena inilah Aku hanya mengulang-ngulang kata-kata itu yang pernah Aku sampaikan, sejak kau lahir masa lalu dan sejak Aku berada pada dirimu, yang kadang-kadang membisikan kata-kata itu pada dirimu sendiri.
Tinggal yang menjadi pertanyaan: sadarkah akan bisikan Ibumu yang Maha Besar itu?, yang seringkali kau ragu-ragu melakukannya, karena itu untuk menginsyafi dirimu sendirilah yang paling  penting sekarang, karena keinsyafan diri merupakan untuk menyadari sifat kebajikan yang ada pada dirimu.
Sampai Ibu datang menggugah hatimu, sampai Ibu datang menyentuh dan memandangmu, supaya kau benar–benar menjadi pemuja-Ku yang baik, mengerti AKU sebagai Ibu.
Penjelasan:
Hanuman diyakini sebagai inkarnasi Shiva dan Shiva juga berada dalam diri manusia. Ibu Ilahi tidak akan pernah mengutuk ataupaun memarahi ciptaan-Nya, Beliau selalu memberi inspirasi kepada pemuja-Nya.
(Sri Upanisad, Wacana Maha Guru Sri Jaya Nara 21 Nopember2000)

Kedatangan Ibu (Shakti Shiva)
Ingatlah nak, Ibu selalu bersamamu, janganlah ragu-ragu bilamana dalam kesulitan apapun, kau panggil Ibu, Aku akan datang  kepadamu nak. Sebab Ibu tahu kesulitanmu, sampaikan-sampaikanlah kepada Ibu, kamu tahu nak, segala sesuatu lahir dari Ibu nak,. Cintailah sifat Ibu, cintailah sifat kebajikan, cintailah sifat kedamaian nak, itulah Ibu. Karena baru kali ini Ibu dengan mudah datang ke dunia, karena doa leluhurmu nak, tetapi kaulah yang mendapatkan dalam kelahiran ini nak.
Penjelasan:
Sakti Shiva dipanggil Ibu Parvati dan juga dipanggil Maha Ibu oleh para pemuja-Nya. Beliau dipanggil ibu karena rasa dekat dengan para Bhaktinya, seperti Ibu dengan anak-Nya.

Guru Sri Jayanara mengatakan:
Segala yang berwujud ini lahir dari kemahakuasaan “Ibu Parvati”, sifat kasih, damai, bijaksana dan pelindung adalah ciri-ciri sifat “Ibu”. Sifat suci dan luhur adalah cara yang paling ampuh untuk memanggil “Ibu”.
(Sri Upanisad, Wacana Maha Guru Sri Jaya Nara 21 Nopember2000)

Kedatangan Shiva Sebagai Ayah dan Ibu
Para bhakti yang benar-benar bhakti, maka dia jauh lebih mudah mendapatkan dan merasakan kedatangan-Ku, karena Aku datang amat berbeda dengan jamanmu. Bagi para pemuja-Ku, Aku datang memberikan kesadaran supaya dia bisa keluar dari pengaruh itu. Sehingga kamu bisa menikmati jaman ini dengan kesadaran tinggi, sehingga kamu mampu menerima kehadiran-Ku yang penuh tantangan ini, sehingga kamu betul-betul merasakan kasih sayang, kedatangan-Ku sebagai Ayah dan Ibu.
Aku datang ke dunia untuk membebaskan pemuja-Ku yang penuh dengan lumpur, supaya ia benar-benar menyadari bahwa ia menjadii pengikut-Ku yang setia. Aku datang dengan beraneka warna dan wujud yang berbeda. Aku datang dengan kadang-kadang dengan perasaan yang menakutkan, tetapi semua itu adalah untuk memberi supaya kamu benar-benar sadar kemahakuasaan-Ku. Karena dengan mengerti tentang kemahakuasaan-Ku dengan kesadaranmu sendiri, maka disinilah tertanam dalam dirimu keyakinan yang bepengetahuan. Keyakinan yang berpengetahuan inilah, orang penuh sadar diri.
Kalau kedatangan-Ku tidak bermacam-macam seperti itu, maka kau akan bertanya dan memprotes keberadaan-Ku, “Oh Shiva, mengapa kau datang hanya itu-itu saja?”, Aku datang memberi jawaban kepada keinginanmu, yang memiliki nilai-nilai kesucian, keanekaragaman sifat dan warna-Ku inilah yang mendidik dirimu sendiri, sehingga pada saatnya kau akan mengerti Tuhan  adalah segalanya.
Maka agar kau bisa keluar dari pengaruh inilah, kau berkumpul menyanyikan lagu-Ku, kau menceritakan Aku, kau melakukan meditasi, kau melakukan puasa. Karena dengan menyadari semua inilah membimbing jiwamu menuju Aku. Karena bimbingan dan nilai pengetahuan itu benar-benar Aku terpanggil untukmu. Dengan Nama Shiva inilah yang memberikan kesadaranmu kembali pada dirimu yang sejati, bahwa kau sendiri adalah bagian dari Aku sendiri.
Akulah yang mengatur semesta ini, bahwa Aku-lah yang bisa mengatur indramu untuk terpusatkan menjadi satu, sehingga kau bisa mencapai kemenangan. Pujalah Shiva Maha Sempurna untuk bisa menyempurnakan dirimu sendiri dan jiwamu sendiri untuk mengetahui Kesadaran Sejati.
Datanglah dengan kesadaran maka Aku akan datang dengan kesadaran juga, karena dengan kesadaran inilah yang memberikan peringatan sesuatu bilamana indra-indramu yang begitu menjulang tinggi obyeknya sehingga mengaburkan pengetahuan rohani itu.

(Sri Upanisad, Wacana Maha Guru Sri Jaya Nara,5 November 2002)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar