Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Senin, 17 Juni 2013

Arjuna Dalam Keremangan Malam

Luh Made Sutarmi

Hati Arjuna sempat galau di tengah malam, sebab, jantungnya berdegup kencang ingat Subdra di Di Dwarawati. Sebab besok pagi Abimanyu akan menuju medan laga, perang Bharatayuda. Dia teringat saat memadu kasih dengan Subadra, sehingga benih kasihnya “melahirkan” sosok kesatria yang tampan. Inilah perasaan yang berderu kencang dalam benaknya. Arjuna sadar bahwa cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari anugrah Hyang Widhi. Di dalam jiwa manusia, yaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan pikiran dan fisiknya, adalah alamiah dan selalu bisa mengusik kalbu. Dalam tataran itulah konsep wairagya terus hadir menghampiri diri manusia.

Wairagya artinya ketidakterikatan atau pengunduran diri yaitu ketidakterikatan pikiran dan indera dari objek-objek duniawi. Pikiran menutupi diri yang sejati karena itu, kadang-kadang pikiran digambarkan sebagai selubung, yaitu selubung kekaburan batin yang menutupi atma. Pikiran sendiri terikat oleh panca indera, dan panca indera tertarik oleh objek-objek indera serta sekaligus terikat olehnya. Karena itu, langkah pertama ialah mengendalikan panca indera, untuk ini ketidakterikatan sangat penting. Dalam ruang yang sempit ini, renungan menghadirkan kecamuk perang bathin Arjuna yang menjadi zona pencerahan bagi kita semuanya.

****
Udara malam yang sejuk mengalir deras dalam bayang-bayang dedaunan karena bulan sabit hadir di langit sepi dan lengang. Suara bisikan kalbu menghampirinya dengan penuh keharuan. ”Arjuna inilah tanda-tanda kekuasaan-Ku, Aku telah menciptakan untukmu istri-istri yang bijak, agar engkau merasa tentram dan bahagia karenanya, jika engkau menghayatinya, engkau telah menggunakan akalmu untuk menikmati karunia ini.” Arjuna tersentak dan bangun dari lamunannya, namun sosok malam itu hadir kian mendekat dan ramah.

“Oh sang penguasa malam, apa arti kegalauan ini, tolong berikanlah aku pencerahan, sebab kegalauan ini sungguh menyiksaku,” ratap arjuna penuh harap. Sosok malam yang gelap itu berkata penuh khidmat. “Cinta pada dasarnya bukanlah sesuatu yang kotor, karena kekotoran dan kesucian tergantung dari bingkainya. Ada bingkai yang suci dan ada bingkai yang kotor. Cinta mengandung segala makna kasih sayang, keharmonisan, penghargaan dan kerinduan, di samping mengandung persiapan untuk menempuh kehiduapan di kala suka dan duka, lapang dan sempit. Aku mengerti itu dewa malam, namun jantungku selalu berdegup kencang penuh ketertarikan, bagimana ini?” potong Arjuna.

Dewa malam berkata, “Cinta bukanlah hanya sebuah ketertarikan secara fisik saja. Ketertarikan secara fisik hanyalah permulaan cinta bukan puncaknya. Dan sudah fitrah manusia untuk menyukai keindahan.Tapi di samping keindahan bentuk dan rupa harus disertai keindahan kepribadian dengan akhlak yang baik. Kebaikan tidaklah membelenggu perasaan manusia, tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia. Akan tetapi tuntunan kebajikan mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga, dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya. Perlu engkau ketahui Arjuna, bahwa segala kesedihan dan penderitaanmu disebabkan oleh perasaan dan sikapmu sendiri. Tidak ada peluang bagi rasa kemilikan bila engkau telah menyadari kelemahan dan kekurangan objek-objek duniawi. Berusahalah memahami asa ketidakterikatan. Engkau harus mencapai suatu tingkat, di saat engkau tidak lagi mempunyai rasa keterikatan atau perbudakan walaupun dalam keadaan mimpi atau keadaan tidur nyenyak sekalipun.”

“Aku tambahkan,” kata dewa malam, “Setetes kebencian di dalam hati pasti akan membuahkan penderitaan. Tapi setetes cinta di dalam relung hati akan membuahkan kebahagiaan sejati. Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih kalahkan kejahatan dengan kebajikan. Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati kalahkan kesombongan dengan kejujuran.”

Arjuna mengangguk setuju, hatinya mulai cerah. Dewa malam mengakhiri kata-katanya dengan sebuah pesan indah. ”Menggunakan badan, pikiran, dan ucapan sedemikian rupa sehingga engkau tidak terjerat dalam keterikatan, itulah yang dimaksud dengan pengamalan. Pengamalan atau latihan artinya mengarahkan seluruh hidupmu untuk mencapai Tuhan. Setiap kata yang kau ucapkan, setiap gagasan yang kau pikirkan, dan setiap kegiatan yang kau lakukan harus suci dan selalu mengarah pada kebenaran. Kebenaran dan kesucian adalah alat yang sejati untuk melaksanakan tapa. Aku menghimbau agar engkau membina sifat-sifat mulia ini sehingga dengan demikian hidupmu akan tersucikan.” Om Gam Ganapataye namaha.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar