Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Rabu, 24 April 2013

Air Dalam Tradisi Veda

I Ketut Sandika

Banyak sarjana terutama sarjana barat berpandangan, bahwa agama muncul dikarenakan ketakutan manusia akan kekuatan alam. Kemudian kekuatan tersebut dipuja dan diberikan persembahan agar alam dengan kekuatannya tidak mendatangkan bencana pada manusia. Dengan kata lain, agama muncul karena ketakutan. Beberapa orang mungkin beranggapan paradigma tersebut benar, akan tetapi ditelusuri lebih dalam tidak semua agama muncul berawal dari ketakutan. Hinduisme dimana Veda sebagai kitab suci dan memiliki otoritas muncul tidak berawal dari rasa takut, melainkan Veda muncul atas dasar kebutuhan manusia untuk dapat menyatu harmoni dengan alam. Demikian juga Veda menyebutkan alam dengan kekuatannya adalah aturan yang mutlak (rtam) dari realitas dan kebenaran, dan itu adalah Tuhan sendiri.

Alam sama dengan Tuhan atau pantulan dari realitas Tuhan adalah kebenaran yang diterima oleh Veda. Sebab Veda secara implisit menyebutkan manusia hidup dalam kandungan Tuhan (hranyagharba). Oleh karenanya, Veda memberikan penghormatan kepada alam dengan mempersonifikasikan alam sebagai ibu yang melahirkan dan pemberi kahidupan. Alam dalam Samkya Darsana terlahir dan mewakili unsur prakrti sebagai asas material. Dan asas prakerti bertemu dengan unsur purusa (kejiwaan), maka akan terlahir segala yang ada ini. Demikian Veda memaknai dan merepresentasikan alam sebagai asas Tuhan yang realitas. Dengan ini mungkin Hindu dikatakan agama alam. Mengenai Hindu dikatakan agama alam, sesungguhnya kita berterima kasih atas tudingan itu. Karena bagaimanapun agama alam adalah agama yang mencintai alam, Tuhan ada di alam bahkan dekat dengan kita, dan ada dalam diri (alam micro/bhuwana alit), dan kita tidak akan pernah bisa melakukan penafikan, bahwasannya kita hidup di alam, bukan di langit. Sungguh beruntung rasanya kita sebagai agama alam, karena alam yang memberikan kehidupan. Olehnya Veda melalui syair indahnya memberikan keagungan dan penghormatan pada alam maupun unsur-unsur di dalamnya.

Salah satu dari sekian unsur alam yang mendapatkan penghormatan dan gelar kesucian dalam Veda adalah unsur air. Air dalam tradisi Veda dipuja dan diberikan penghormatan yang tinggi karena dalam Veda, air sangat disucikan sebagai pemberi kehidupan. Tidak ada sama sekali Veda menyebutkan memuja air karena ketakutan. Dalam Veda banyak disebutkan kegunaan air, salah satunya adalah digunakan untuk pengobatan, dan Veda merekomendasikan bahwa air adalah sarana paling efektif untuk merawat kesehatan. Seperti dalam mantram Rgveda X.9.6; Apsu me somo Abravid antar visvani bhesaja yang artinya: Sang Hyang Soma menyebutkan bahwa air memiliki semua faktor penyembuhan. Demikian juga pada mantram Rgveda X.9.5; apo yacami bhesajam yang artinya: Kami mohon pada penguasa air untuk menyembuhkan penyakit kami. Dan, lebih banyak lagi mantram Veda yang menyebutkan kegunaan air untuk pengobatan. Demikian pula air dalam Veda dianggap sebagai pemberi kemuliaan, seperti dalam mantram Atharvaveda VII. 89.1; Apo divya acayisam, rasenna samaprksmahi, tam ma sam srja varcasa, yang artinya: kami mengumpulkan air dan berhasil mencampurnya dengan air soma, semoga ia memberikan kemuliaan.

Demikian banyak manfaat air dalam Veda, sehingga tradisi Veda meyakini air sebagai kesucian. Perlu dipahami, bahwa keyakinan itu bukanlah sekedar mitos belaka, akan tetapi atas dasar kebenaran memang air memiliki manfaat yang fundamental dalam kehidupan manusia. Dalam kitab Purana Hindu, air suci diyakini sebagai Dewi Gangga yang tinggal dalam jalinan rambut Dewa Siwa. Dari Dewi Gangga inilah air suci sungai Gangga mengalir, dan tidak akan pernah berhenti mengalir sebagai air surgawi penuh keabadian. Yang mana Dewi Gangga dimohon oleh Bhagirata turun ke dunia untuk menyucikan dan mengampuni dosa dari putra Raja Sagara yang telah dikutuk oleh Rsi Kapila menjadi abu. Akhirnya sang dewi berkenan dan mengalirlah sungai Gangga turun ke dunia menyucikan sekaligus mengampuni putra Sagara.

Oleh sebab itulah air sungai Gangga diyakini sebagai air surgawi yang penuh dengan kesucian. Dari berbagai belahan dunia datang berendam di sungai Gangga untuk mendapatkan kesucian, penyembuhan dan sebagainya. Demikian pula pada saat perayaan Kumbamela, para Yogin turun gunung dan berendam di sungai Gangga untuk penyucian diri dan bathin. Lantas apakah ini mitos belaka? Atau keyakinan yang buta? Kitab Purana adalah kisah kuna yang dituangkan dalam beragam cerita, dan di dalamnya terkandung makna yang dalam. Cerita turunnya air suci Gangga di samping adalah kebenaran historis, cerita tersebut juga merupakan media pendidikan bagaimana hendaknya kita menjaga alam dalam hal ini air maupun sungai. Air adalah penting untuk kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya, olehnya kita berkewajiban menjaga kebersihan air dan sungai dari pencemaran.

Kemudian mengenai keyakinan sungai Gangga adalah sungai yang suci, banyak orang bahkan ilmuwan barat telah membuktikannya. Mereka dengan rasa penasaran ingin membuktikan benar tidak air sungai Gangga memiliki kesucian atau keajaiban. Adalah Dr D. Herelle berasal dari Perancis, seorang dokter ahli medis membuktikannya. Ia melakukan penyelidikan dan sekaligus tinggal di tepi sungai Gangga. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa air sungai Gangga benar-benar ajaib, sebab dari observasi yang dilakukan, air sungai Gangga dapat membunuh bakteri disentri dan kolera, demikian juga bakteri yang merugikan manusia. Kemudian dengan penuh kekaguman ia berkata “Suatu mineral yang tidak dikenal yang dikandung oleh air Gangga ternyata dapat membunuh kuman atau bakteri penyakit”. Dr. GE. Nelson seorang kebangsaan Inggris juga melakukan penyelidikan di sungai Gangga dan menyatakan bahwa air sungai Gangga dapat bertahan berbualan-bulan bahkan bertahun-tahun karena air dalam sungai Gangga terkandung anasir-anasir yang tidak dikenal, sehingga dapat bertahan lama. Dr. F.G Harrison seorang ilmuwan juga berpandangan sama, bahwa air sungai Gangga adalah sangat ampuh untuk membunuh kuman apa pun, dan anehnya justru air tersebut jika dimasak akan melahirkan banyak bakteri. Demikian juga para ilmuwan Barat lainnya, menyatakan kekagumannya dengan sungai Gangga, bahkan mereka rela meninggalkan segalanya untuk menyepi di pinggir sungai Gangga.

Demikian sucinya air sungai Gangga, sehingga tidak ada kuman yang hidup. Air sungai Gangga mengalir disertai dengan keyakinan dan penghormatan kepadanya sebagai air yang suci. Demikian juga air sungai, laut dan kandungan air di alam ini, yang tidak lain adalah air kehidupan yang muncul dari Gangga. Bertumpu pada hal ini, tradisi Veda begitu meyakini air suci sebagai pemberi kesucian dan kehidupan bahkan penghapus segala dosa. Dosa adalah karma dan kita akan nikmati sebagai sebuah konsekuensi, tetapi dengan air suci, karma buruk akan terkikis, sehingga yang tersisa tinggal karma baik. Terlebih, jika kita dapat menyucikan diri di sungai Gangga dan belajar pada aliran airnya yang tenang, menyiratkan bahwa ketenangan jiwa adalah kebutuhan untuk menenangkan arus gelombang pikiran. Dengan air kita dapat hidup, tidak salah kita memberikan penghormatan dan meyakininya sebagai yang dipenuhi kesucian, maka dari itu jaga dan lestarikan air sebagai dewi Gangga pemberi nektar abadi kehidupan.
Om Ganggaya Namah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar