I Made Pasek Subawa
Perkembangan zaman dewasa ini memang sangat luar biasa, sehingga dapat membuat manusia menjadi “binasa”. Mungkin tanpa disadari pernyataan itu membuat kita berfikir, kenapa perkembangan zaman membuat binasa? Manusia seiring dengan zaman yang terus berkembang dan dibarengi dengan kemajuan intelektual yang semakin kritis serta IPTEK yang semakin canggih, maka tanpa disadari dampak mungkin menjadikan manusia binasa, jika tanpa kesiapan moral dan tata susila yang baik.
Dalam kehidupan beragama ajaran dari kitab suci merupakan penuntun utama dari segala bentuk perbuatan kita. Namun di dalam diri manusia terdapat dualisme yang selalu berdampingan antara sifat yang Daivi Sampad dan Asuri Sampad, Daivi Sampad merupakan sifat-sifat kedewaan yang ada dalam diri manusia sedangkan Asuri Sampad merupakan sifat-sifat keraksasaan yang ada dalam diri manusia. Dalam kepercayaan umat hindu, sifat-sifat raksasa sangat diidentikkan dengan unsur dari bhuta kala, dimana unsur penetralisirnya yang paling sederhana dilakukan oleh orang-rang tua adalah dengan mesegeh yang diisi dengan tetabuhan arak berem dengan harapan tidak ngerebeda. Namun sekarang pergeseran dari butha kala sangat signifikan sekali, dulu butha kala diyakini sebagai sesuatu yang tidak terlihat dengan memiliki kekuatan yang dapat mengganggu aktifitas manusia, di zaman yang modern ini muncul sebuah pertanyaan “apakah masih ada butha kala itu?”. Butha kala itu tetap ada, namun dalam bentuk dan wujud yang berbeda.
Dalam ajaran agama Hindu, penetralisir dari butha kala yang berupa arak berem sudah beralih fungsi menjadi minuman bagi para remaja yang ingin mabuk-mabukan, lantas, apakah bisa dibilang yang menjadi “butha kala di zaman modern ini adalah para remaja?” Sering kita jumpai minuman ini selalu ada dan sudah menjadi kebiasaan ketika ada upacara dan kegiatan-kegiatan yang mengundang banyak orang. Apalagi jika malam Minggu, bisa dijumpai di trotoar jalan besar banyak para remaja yang mabuk-mabukan dan melakukan aksi sepeda motor yang mengganggu pengendara lainnya. Apakah butha kala sudah beralih fungsi sekarang, mungkin sudah bosan dengan segehan dan caru, sekarang butha kala malah mabuk-mabukan di tengah jalan. Jika sudah seperti itu apa penetralisir bagi butha kala itu?
Ini menjadi sebuah PR besar bagi orang tua, pemerintah, serta pihak-pihak terkait untuk dapat menekan dan menanggulangi hal ini. Kekhawatiran yang mendalam seperti yang pernah diberitakan di media-media elektronik ataupun koran, banyak kematian yang dikarenakan minum-minuman keras. Salah satunya arak yang dicampur dengan bahan kimia lainnya, sehingga dapat membuat lebih cepat mabuk, tetapi efek yang dihasilkan dari hal itu sangat fatal sekali yang membuat citra buruk bagi perkembangan remaja dewasa ini.
Remaja dalam Kebingungan oleh Butha Kala
Masa transisi dari manusia bisa dikatakan adalah masa remaja, karena masa ini yang akan membentuk karakter serta kepribadian dari manusia yang nantinya akan dibawa sampai dewasa. Di zaman yang modern ini segala kebutuhan yang diperlukan sangtalah mudah didapatkan, sehingga membentuk pribadi yang konsumtif dan pragmatis yang hanya bisa menghabiskan dan ingin serba praktis saja. Keadaan ini jelaslah membentuk sebuah kesenjangan antara yang miskin dan kaya. Yang kaya pastilah bisa mencukupinya dengan uang, namun yang miskin apakah yang bisa dilakukan?
Di sinilah muncul sebuah kebingungan dan rasa minder dari seorang remaja yang sedang ingin rasanya mencoba hal-hal baru dalam kehidupan, tetapi karena keadaan ekonomi yang tidak mendukung maka keinginan itu menjadi berubah. Rasa ingin mencoba yang terlalu besar ini dapat mendorong diri manusia terutama remaja yang masih labil untuk mengambil jalan pintas dengan minum arak, minuman murah meriah yang mudah didapat di pengepul. Di sinilah peran dari butha kala sebagai pemuas keinginan dan penggoda iman beraksi, namun dampak bagi kesehatan kita, pada akhirnya akan menyusahkan keluarga dan berbagai pihak.
Selain rasa minder yang disebabkan oleh keadaan ekonomi, tidak dipunkiri bahwa pelarian mencari “minuman butha kala” diakibatkan karena frustasi putus dengan pacar, keadaan diri yang belum siap dan belum bisa menerima hubungan yang begitu lama telah terjalin kemudian kandas di tengah jalan membuat pikiran menjadi tegang dan stress yang mendalam. Sejenak mungkin bisa untuk tidak ingat kembali, tetapi rasa yang begitu mendalam membuat pikiran itu kembali lagi yang membangkitkan kenangan-kenangan yang pernah dilalui. Dengan adanya “minuman butha kala” yaitu arak, menjadi pas dan lengkaplah pendamping dalam kesendirian dan keterpurukan. Apakah terus seperti ini?
Mabuk-mabukkan, selain menghabiskan uang maka lebih jauh merugikan diri sendiri? Inilah sebuah fenomena yang terjadi pada para remaja kita. Selain karena putus dengan pacar, hal lain yang membuat remaja mencari “minuman butha kala” adalah ingin terlihat “keren”. Asumsi mereka, bahwa dengan minum arak, dan konvoi di jalanan merupakan sebuah kenikmatan serta rasa yang ingin memperlihatkan diri bahwa “saya sudah dewasa”, “saya merasa paling kuat”, “saya merasa paling berani” dan lain sebagainya. Pengaruh minuman keras bagi kontrol diri yang tidak dapat diarahkan lagi ini dengan “merasa diri paling” adalah salah satu bentuk emosi negatif yang pada akhirnya akan dapat menyebabkan konflik. Tidak hanya konflik dengan orang lain, tetapi dengan sesama teman yang diajak minum pun bisa pecah menjadi keributan.
Dengan demikian, mabuk-mabukkan bukanlah jalan keluar dalam menyelesaikan sebuah masalah dan sebagai ajang coba-coba. Dengan kemajuan intelektual dalam dunia pendidikan, hendaknya lebih biijaksana. Kehidupan remaja yang masih labil mentalnya sebaiknya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk menunjang jenjang kehidupan selanjutnya.
Masa Mencari Jati Diri
Dalam ajaran agama Hindu, jenjang atau tahapan dalam kehidupan disebut dengan catur asrama, yang salah satunya membahas tentang masa brahmacari, yaitu masa dimana menuntut ilmu pengetahuan. Masa ini digunakan untuk memenuhi diri yang nantinya akan bisa digunakan untuk kehidupan berumah tangga, dalam pencarian jati diri inilah merupakan masa yang rawan bagi para remaja yang labil. Salah dalam melangkah dan mengambil keputusan, maka akan berdampak besar bagi kehidupan nantinya. Dalam keadaan seperti ini, yang mempunyai pengaruh dan peranan penting adalah teman, lingkungan pergaulan, orang tua, dan peran dari guru di sekolah. Semua komponen tersebut akan tetap ada dan mempunyai pengaruh dalam pembentukan jati diri dari para remaja.
Ada sebuah pepatah yang mengatakan; ”dimana kita berada, seperti itulah kita nantinya”. Dengan pernyataan seperti itu, dapat diasumsikan bahwa bila kita berada dalam lingkungan pencuri dan teman-teman kita adalah pencuri, maka secara tidak langsung pastilah kita akan diajarkan untuk mencuri. Jadi jati diri itu terbentuk sebagian besar dipengaruhi oleh teman dan lingkungan pergaulan, karena manusia juga merupakan makhluk yang berinteraksi sosial dengan sesamanya dalam kehidupan, sehingga tidak dapat terlepas dari kontak dan hubungan dengan orang lain.
Tantangan bagi remaja yang masih labil adalah bagaimana bisa mengendalikan diri dari pengaruh negatif teman dan lingkungan pergaulan, sehingga “minuman dari butha kala” itu tidak membuat kala yang ada dalam diri kita menjadi bangkit dan mengendalikan indria. Penanaman budi pekerti dan ajaran agama yang baik dari orang tua dan guru-guru di sekolah sangat berperan dalam hal ini. Tetapi semua usaha itu merupakan sebuah pengantar bagi seorang yang masih remaja, pada akhirnya yang menentukan adalah dirinya sendiri, dengan kesadaran yang ada dalam diri. Kesadaran inilah yang perlu dibangkitkan dengan banyak belajar dan melatih diri agar apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dapat diraih dengan senyum dan kegembiraan tanpa dipengaruhi oleh minuman keras.
Tweet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar