Ni Made Sitiari
Kesan apa yang langsung muncul di benak orang ketika melihat cara sembahyang orang Hindu? Mudah ditebak. Kesan pertama, pastilah orang Hindu dianggap menyembah patung dan berhala. Bukankah secara kasat mata, jelas-jelas orang Hindu sembahyang di pura dan menghadap Padmasana? Bukankah mereka juga menempatkan patung, gambar dan poster dewa-dewi di altar ruang sembahyangnya. Dalam pandangan orang-orang awam, benda-benda yang kita gunakan itu dianggap sebagai berhala.
Kesan kedua, orang Hindu memuja dan sembahyang kepada banyak Tuhan. Orang umumnya tahu, bahwa orang Hindu sembahyang kepada Tri Murti, yaitu Brahma, Wisnu dan Siwa yang dikenal sebagai tiga dewa tertinggi. Dan orang Hindu dikatakan menyembah 33.000.0000 (33 juta) dewa. Bahkan ada film dokumenter yang dibuat khusus oleh orang Barat dengan judul Hindu 33 million Gods. Film ini dijadikan referensi penting dalam mempelajari agama dan budaya Hindu di Universitas dan Perguruan Tinggi yang memiliki program perbandingan agama.
Tuhan Menurut Weda:
Hanya Satu, Tapi Punya Banyak Nama
Bagaimana pendapat Anda, kalau cerita berikut benar-benar terjadi? Ada tiga orang yang pada fajar itu sedang menunggu matahari terbit dari lereng gunung Bromo. Entah, bagaimana tiba-tiba mereka memperdebatkan nama benda yang sedang mereka nantikan kemunculannya itu. Orang pertama, warga Desa Tengger, mengatakan bahwa, yang sedang mereka tunggu kemunculannya itu namanya bukan matahari, melainkan Srengenge. Orang kedua, yang kebetulan dari Padang bersikeras, bahwa nama yang benar buakan Srengenge melainkan Mentari. Setelah mendengar itu, orang ketiga, seorang turis dari Inggris, tertawa sambil mengejek kedua temannya. Oh, you are stupid. It is Sun. Bukan Srengenge, bukan pula Mentari”. Perdebatan bertambah sengit, karena mereka masing-masing mengklaim bahwa Matahari hanya ada di daerah mereka. Orang Inggris, ngotot bahwa Sun hanya milik orang Inggris. Orang Padang ngotot, bahwa Mentari hanya milik orang Padang dan orang ketiga, warga Tengger gantian mengejek, “Wah kalian berdua bodoh sekali. Srengenge itu milik warga Tengger, karena tiap pagi dia terbit di balik gunung Bromo. “Buktinya, setiap pagi ratusan orang berkumpul di Tengger sini untuk menyaksikan Srengenge,” begitu ucapannya.
Seperti cerita di atas, kadang penganut agama tertentu terlalu sempit pemahamannya, sehingga menganggap, bahwa Tuhan hanya milik umat mereka. Bahkan mereka beranggapan bahwa Tuhan hanya milik umat mereka. Bahkan mereka beranggapan bahwa Tuhan hanya mempunyai satu nama. Nama itu harus diucapkan dengan lafal tertentu saja, dan dianggap salah kalau dibaca dengan cara yang berbeda.
Weda yang menjadi pedoman umat Hindu mengajarkan, bahwa Tuhan Maha Tidak Terbatas. Karena itu, Tuhan juga punya nama dan sebutan yang jumlahnya tidak terbatas seperti halnya Matahari yang juga disebut mentari, srengenge, surya, sun, bhaskara dan lain-lain. Begitu juga Tuhan punya banyak gelar dan sebutan. Justru kita yang membatasi Tuhan, kalau kita katakan bahwa Tuhan hanya punya satu nama.
Menurut Weda, Tuhan memang tidak punya nama, tetapi manusia memberi nama menurut sifat-sifat yang dimiliki-Nya. Sri Caitanya, salah satu awatara yang mengajarkan Bhakti yoga, menyatakan bahwa namnam akari bahuda nija sarva shaktis. Tuhan punya berjuta-juta nama, dan dalam nama itu terkandung kekuatan ilahi yang maha hebat. Dalam kitab Weda kita dapat temukan seribu nama Wisnu, berdasarkan sifat dan kehebatan-Nya. Begitu pula dalam Bhagavadgita, yaitu Krisna disebut dengan 27 nama dan gelar yang berbeda. Bahwa ini gambaran, betapa Tuhan Yang Esa itu punya banyak nama.
Jumlah nama Tuhan yang tak terbatas dalam Weda inilah yang kerap membuat orang salah paham, seolah Hindu punya banyak Tuhan. Padahal sebenarnya banyaknya nama ini justru menunjukkan bahwa Weda memiliki informasi yang lengkap dan rinci tentang apa dan siapa Tuhan sesungguhnya.
Tweet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar