Ketut Wiana
Istilah Desa Pakraman untuk pertamakalinya saya jumpai secara tertulis dalam Lontar Mpu Kuturan dengan teks sbb: Desa Pakraman winangun dening Sang Catur Varna manut linging Sang Hyang Aji. Artinya : Desa Pakraman dibangun oleh Sang Catur Varna (Brahmana, Ksatriya,Waisya dan Sudra Varna) menurut ajaran kitab suci. Dari teks tersebut dapat dipahami, bahwa Desa Pakraman itu adalah wadah pengamalan ajaran Hindu. Karena untuk menyebutkan pustaka suci Weda dalam tradisi Jawa Kuna dengan sebutan Sang Hyang Aji. Dalam tradisi Hindu di Bali dan Jawa Kuna untuk menyebutkan sesuatu yang amat dihormat, apa lagi sesuatu yang sakral tidak dibolehkan menyebut namanya secara langsung, tetapi dinyatakan sebutan kehormatannya. Seperti Pustaka suci Weda disebut Sang Hyang Aji. Dengan dinyatakan Desa Pakraman itu dasarnya Sang Hyang Aji, artinya Desa Pakraman itu sebagai wadah atau lembaga umat Hindu untuk mengamalkan ajaran Hindu atau Weda Abyasa oleh umat Hindu.
Umat Hindu dikelompokan berdasarkan tahapan hidupnya menjadi Catur Asrama yaitu Brahmacari Asrama,Grhastha Asrama, Wanaprastha Asrama dan Sanyasin Asrama. Umat juga di kelompokan berdasarkan profesinya yang disebut Catur Varna.Ada yang berprofesi sebagai Brahmana varna,Ksatriya Varna,Waisya Varna dan Sudra Varna.Karena itu Desa Pakraman sebagai lembaga atau wadahnya Varna Asrama Dharma.Ini berarti Desa Pakraman Swadharma utamanya adalah menuntun umat Hindu untuk mengamalkan ajaran Catur Varna dan Catur Asrama.
Menuurt Mantra Yajurveda XXX.5 Catur Varna itu diciptakan Tuhan. Tuhan menciptakan Brahmana untuk melindungi dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Ksatria diciptakan oleh Tuhan untuk melindungan masyarakat, Waisya untuk kesejahatraan ekonomi dan Sudra untuk pekerjaan jasmani. Ditegaskan lagi dalam Manawa Dharmasastra I.31 dinyatakan tujuan Tuhan menciptakan Brahmana, Ksatria, Vaisya dan Sudra adalah untuk melindungi kebahagiaan dunia. Dalam Sloka tersebut dinyatakan dengan istillah “Lokawiwriddhyartham”. Artinya kebahagiaan dunia itu menyangkut keamanan dan kemakmuran. Desa pakraman seyogianya mengembangkan berbagai upaya agar tidak ada anggota krama desa yang tidak punya profesi. Kalau semua anggota krama desa punya profesi tidak ada anggota krama yang nganggur.
Ini artinya desa pakraman wajib mengembangkan pendidikan dan latihan ketrampilan bahkan sampai ada yang ahli. Ini artinya desa pakraman di samping langsung melaksanakan program untuk membangun anggota krama desa agar ada yang menjadi Brahmana melindungi masyarakat dengan merngembangkan ilmu Pengetahuan, baik Para Vidya maupun Apara Vidya artinya ilmu pengethauan rohani maupun ilmu pengetahuan duniawi. Dengan dua ilmu itu masyarakat akan memiliki pegangan untuk menuntun masyarakat membangun jiwa dan badanya secara seimbang. Dengan para widya masyarakat meningkatkan keluhuran moral dan daya tahan mentalnya menghadapi dinamika kehidupan yang semakin fluktuatif dan tidak mudah memprediksinya. Masyarakat perlu memiliki apara vidya atau ilmu duniawi untuk diaplikasikan menjadi ketrampilan dan keahlian.Tanpa ketrampilan dan keakhlian masyarakat sulit bersaing menciptakan dan merebut lapangan kerja yang terus berkembang. Kewajiban Brahmana Varna menurut pustakan suci bukan hanya memimpin Upacara Yadnya semata.
Para Ksatriya Varna melindungi masyarakat dengan membangun sistem sosial politik yang membangun kebersamaan yang setara, bersaudara dan merdeka bagi setiap orang dalam mengembangkan fungsi dan profesinya. Ksatriya Varna juga mempunyai kewajiban menciptakan sistem persaingan hidup yang sehat dan bermartabat. Tidak ada kemajuan dalam kehidupan bersama tanpa persaingan.
Kaum Waisya Varna mempunyai kewajiban untuk membangun sistim ekonomi untuk menumbuhkan kesejahtraan yang adil dan beradab. Sistem ekonomi yang adil dan bermartabat adalah sistem ekonomi yang tiang utamanya oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat. Bukan oleh konglomerat untuk rakyat. Karena faktanya konglomerat hanya membuat rakyat semakin melarat. Dalam proses ekonomi kapitalis rakyat hanya menjadi alatnya konglomerat. Kaum Waisya harus bersama rakyat menciptakan lapangan kerja untuk meningkatkan produksi barang dan jasa yang dibutuhkan rakyat Bukan menciptakan barang dan jasa yang mewah untuk memanjakan konglomerat.
Kaum Sudra membangun SDM yang sehat secara fisik dan psikologis. Dengan demikian dalam melakukan kewajiban tidak mudah lelah, sakit, bosan maupun putus asa. Orang yang sehat secara fisik dan psikologis, memiliki semangat kerja yang tinggi. Kehidupan ini tidak semata membutuhkan kecerdasan intelektual semata. Tetapi juga kesehatan fisik dan psikologis yang prima.
Demikianlah hal-hal yang semestinya dikembangkan oleh desa pakraman menurut acuan Lontar Mpu Kuturan dan Mantra Yajurveda dan juga pustaka Hindu lainya. Sayangnya masih banyak program desa pakraman yang tidak ”manut linging Sang Hyang Aji”.
Desa pakraman memiliki banjar sebagai bagian dari desa pakraman. Banjar anggotanya ada tiga, yaitu teruna-teruni, krama ngarep dan krama lingsir.Tiga kelompok ini tiada lain adalah kaum Brahmacari, Grhastha dan Wanaprastha. Karena dalam Agastia Parwa mereka yang telah mencapai Sanyasin tidak dibenarkan lagi hidup aktif bermasyarakat. Karena mereka yang Sanyasin kewajibanya hanya satu, yaitu melepaskan Sang Hyang Atma dengan tenang dari dirinya. Patilaring Atmeng tanupa guruken. Demikian dinyatakan dalam Kekawin Nitisastra.V.1.
Program Banjar seyogianya mengarah pada penguatan fungsi Brahmacari Asrama, Grhastha Asrama dan Wana Prastha Asrama. Banjar seyogianya menciptakan iklim hidup yang mampu memotivasi teruna-teruni sebagai Brahmacari menjadikan gemar belajar itu sebagai kebiasaan hidup, Grhastha semakin mampu mandiri. Karena ciri Grhastha adalah kemandiriannya. Seperti dinyatakan dalam Agastia Parwa: Grhastha ngarania yatha sakti kayika dharma. Artinya, Grhastha namanya mereka yang dengan kemampuan sendiri menjalankan Dharmanya. Sedangkan Vanaprastha adalah meraka yang berfungsi sebagai penasehat (Sawecana gegonta). Demikianlah desa pakraman sebagai wadah Varna Asrama Dharma.
Tweet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar