Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Selasa, 14 Februari 2012

Memaknai Trisandhya melalui Pengucapannya

Sebuah mantram akhirnya hanya jadi kalimat biasa bila cara mendapatkan dan mengucapkannya tidak tepat. Padahal mantra itu jembatan penyeberang menuju keberhasilan. Ada sebuah proses untuk mendapatkan mantram, ada jalur serta cara-cara khusus pula untuk mendapatkannya, dan sebuah mantram telah memiliki ‘taksu’ bila diajarkan oleh seorang Guru yang mumpuni. Oleh karena itu ucapkanlah mantram dengan hati dan rasa, bukan sekadar formalitas, maka akan mendatangkan manfaat seperti yang diharapkan.
Kalimat di atas dikatakan oleh Rasa Acharya Prabhuraja Darmayasa pada workshop sehari tentang Trisandhya dan Kramaning Sembah dengan tema “Mengucapkan dan Memaknai Mantra dengan Hati” di ruang seminar Bank Indonesia lantai IV- Jakarta, Minggu 18 Desember 2011.

Acara diawali dengan bedah buku. Ada tiga buku baru yang diperkenalkan oleh Prabhu Darmayasa yaitu “Lentera Spritual”, sebuah buku yang berisi 18 artikel renungan. Buku kedua “Renungan Tahunan, Pembuka Cakrawala Spritual” yang berisi kumpulan renungan berbentuk seperti kata mutiara dari tahun 2003 hingga 2011, dan buku ketiga “Divine Love, Umbrella for All” yang dwi bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Salah satu artikelnya ditulis oleh seorang penekun Meditasi Angka dari Rusia, dr Lidia Ukhaneva.

Prabhu yang cukup fasih berbahasa Sanskerta membahas kata per kata serta cara-cara pengucapan mantra Trisandhya. Utamanya mantra Gayatri yang menjadi mantra pada bait pertama Trisandhya karena mantra Gayatri ini adalah mantra yang paling utama yang memiliki berkah luar biasa bagi yang melafalkannya. “Bila ingin membuktikan kehebatan mantra Gayatri ini cukup membacanya dengan baik dan benar sebanyak jumlah dan waktu tertentu serta berpantang makan daging, niscaya semua kegelisahan, sakit dan stres akan hilang tanpa perlu ke dokter atau psikiater, “ papar Prabhu di hadapan peserta seminar yang datang tidak hanya dari wilayah Jabodetabek tetapi juga dari Bandung, Banten dan Cirebon.

Dalam workshop yang digelar oleh Yayasan Dharma Sthapanam bekerjasama dengan Bank Indonesia ini, Prabhu menekankan bahwa pembacaan Trisandhya yang diungkapkan itu bukan membenarkan atau menyalahkan yang ada selama ini. “Saya hanya ingin mengajak untuk bersama-sama mencari yang lebih baik dari yang kita lakukan selama ini, karena akan lebih baik bila kita bisa mengucapkan dengan lebih benar berdasarkan penulisan dan pengucapannya.” Dengan sebuah iringan musik instrumentalia yang diaranseman khusus, peserta pun diajak untuk melafalkan beberapa bait sloka. Semua tampak antusias karena sloka itu mengalun dengan ringan bercengkok khas sehingga siapa pun bisa menirukan dengan baik. “Saya suka dengan acara yang langsung praktik seperti ini daripada mendengarkan teori sana-sini, lantas berdebat ramai,” ujar Agung, mahasiswa yang datang bersama teman-temannya.

Untuk sekadar membuka wawasan bagi yang hadir bagaimana melafalkan dengan spelling Sanskerta itu Prabhu menayangkan beberapa video singkat, mulai cara pengajaran sekarang ini hingga yang kuno di mana untuk mengetahui panjang pendek bacaan ditandai dengan gerakan tangan.

Sebelum mengupas satu persatu lafal mantram Trisandhya, Prabhu sempat menyinggung tentang waktu paling tepat untuk melaksanakan sembahyang Trisandhya khususnya di pagi hari yang disebut dengan Brahma Muhurta.

“Brahma Muhurta atau detik-detik sambungan waktu yang secara logika spiritual sangat penuh ‘stroom’. Kita tidak perlu usaha keras tapi ‘charging’ kita langsung terhubung dengan Yang Maha Kuasa lebih cepat. Oleh karena itu dalam tradisi leluhur kita saat senja, misalnya, tidak boleh keluar rumah tapi ingat Tuhan atau saatnya mendekatkan diri pada Tuhan. Itulah makna yang harus diresapi saat ini,” urainya.

Waktu tersebut adalah pada pagi hari ketika kita masih bisa melihat bintang-bintang di langit (sanaksatram), siang hari ketika matahari tepat di atas ubun-ubun (madhya bhaskaram) dan senja hari ketika matahari belum tenggelam (sasuryam pascimam). Bila lewat dari waktu-waktu tersebut sudah tidak lagi memiliki makna istimewa untuk bertrisandhya, walaupun Trisandhya tetap dapat dilakukan dan tetap ada manfaatnya. Beliau pun mengumpamakan seorang anak yang mengerjakan tugas rumah, ketika waktunya dikumpulkan dia tidak mengumpulkan tugasnya, tapi molor. Meski hasilnya bagus, tetap saja sang anak tidak dapat memiliki nilai dari tugas yang menjadi kewajibannya. “Jadi kalau bisa ber-Trisandhyalah tepat waktu, toh dalam tuntunan agama kita ada cara-cara sederhana bila kita tidak bisa melakukan Trisandhya secara sempurna.”

Acara workshop ini sebagai bagian kegiatan CSR (Company Social Responbility) Bank Indonesia seksi kehoranian Hindu yang dua tahun terakhir ini sudah beberapa kali mengundang Prabhu Darmayasa sebagai pembicara.. Menurut K Wartika, Deputi Direktur Sistem Informasi Bank Indonesia, acara seperti ini selalu ditunggu umat Hindu, apalagi bahasan-bahasan yang disampaikan Prabhu Darmayasa ringan namun mengena di hati. Pada kesempatan akhir acara, Ny Wartika mendapat berkah khusus berupa kain suci warna kuning keemasan yang dipakai oleh Prabhu. Saat menerimanya Ny Wartika sempat menangis terharu karena beliau merasa mendapat berkah yang luar biasa. “Saya tidak menyangka...,” katanya.

Sementara itu menurut Ketua Umum Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN), I Gusti Ngurah Suyadnya, kajian ini sangat strategis sebagai tahap awal mengenali rambu-rambu dharma dengan lebih jelas lagi, sehingga dapat melakukan kegiatan keagamaan dengan baik bukan membebani. Acara yang didukung oleh anggota Hdnet, PLN dan PSN ini dibuka secara resmi oleh Kombes Pol I Ketut Wardana SH, Ketua PHDI DKI Jakarta.

Dalam sambutan singkatnya, Ketua PHDI menyatakan kegembiraannya atas diselenggarakannya acara seperti ini karena pengetahuan tentang hal ini “tidak dipunyai”. “Bila di tentara atau kepolisian setiap tindakan ada prosedurnya, mulai dari baris-berbaris hingga langkahnya, kita selama ini tidak mempunyai SOP (Standard Operational Procedure) dalam pengucapan mantra Trisandhya. Oleh karena itu, dengan adanya acara ini kami bisa lebih paham bagaimana mengucapkan mantra Trisandhya dan Kramaning sembah dengan lebih baik lagi,” ujarnya.
(oentari)

1 komentar:

  1. JIKA ANDA BTUH AGKA GHOIB/JITU 2D.3D.4D YG DI JAMIN TEMBUS 100% DI PTARANG SGP/HKG SILAHKAN SJA ANDA TLP KY bayu DI NO 085 378 038 999 TRIMAH KASI






    JIKA ANDA BTUH AGKA GHOIB/JITU 2D.3D.4D YG DI JAMIN TEMBUS 100% DI PTARANG SGP/HKG SILAHKAN SJA ANDA TLP KY bayu DI NO 085 378 038 999 TRIMAH KASIH






    JIKA ANDA BTUH AGKA GHOIB/JITU 2D.3D.4D YG DI JAMIN TEMBUS 100% DI PTARANG SGP/HKG SILAHKAN SJA ANDA TLP KY bayu DI NO 085 378 038 999 TRIMAH KASIH

    BalasHapus