Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Rabu, 18 Januari 2012

Menghitung Umur Dewa Brahma dan Alam Semesta

Made Mustika

Selamat datang tahun 2012. Dan selamat berlalu tahun 2011. Sebagaimana tahun-tahun yang lewat, tahun 2012 ini juga penuh dengan tantangan. Krisis ekonomi masih terjadi di berbagai belahan dunia. Pemilukada juga berpotensi menimbulkan konflik jika tidak dikelola baik. Namun di balik tantangan-tantangan itu, juga terselip sejumlah asa. Maka dari itu, janganlah terlalu pesimis. Apalagi meyakini bahwa tahun 2012 terjadi kiamat. Percayalah, alam semesta masih akan berumur sangat panjang.

Setahun, bahkan dua tahun lalu, banyak orang resah menyambut datangnya 2012. Mereka mengalami keresahan karena tahun ini diyakini sebagai tahun kiamat. Artinya, Bumi beserta isinya dikatakan akan sirna. Lenyap entah kemana?

Sebagai seorang penganut Hindu, kita seharusnya tidak ikut-ikutan khawatir sebagaimana mereka. Mengapa? Sebab dalam kosmologi Hindu, alam semesta masih akan berusia sekitar 155 triliun tahun lagi. Masih banyak hal yang dapat diperbuat dalam rentang waktu sebanyak itu? Dari manakah perhitungan itu didapat?

Berdasarkan uraian sejumlah Upanisad dan Purana, awalnya Tuhan bertapa untuk menciptakan alam semesta. Mula-mula tercipta Brahmanda (telur Brahman). Brahmanda adalah benih alam semesta dan benih kehidupan itu sendiri. Tuhan itu Mahakuasa, sehingga alam semesta yang diciptakan sangat luas. Tak terhitung banyaknya, dan tak terukur luasnya. Sebagai contoh, Bumi yang kita huni ini adalah bagian dari Sistem Tata Surya. Pusat edar sistem Tata Surya adalah Matahari. Jumlah matahari tidak satu, tetapi milyaran atau triliunan. Gugusan matahari yang sedemikian banyak membentuk galaksi-galaksi.

Tata Surya kita berada dalam satu gugus yang dinamakan Galaksi Bima Sakti (Milky Way Galaxy). Sesungguhnya bintang-bintang yang oleh mata nampak teramat kecil itu adalah bola padat berukuran raksasa yang memencarkan energi sangat tinggi seukuran Matahari atau lebih besar. Jadi, bintang-bintang itu adalah matahari yang letaknya amat jauh dari Bumi. Setiap matahari (bintang) di Galaksi Bima Sakti, menjadi titik pusat edar beberapa planet, seperti yang terjadi di sistem Tata Surya kita. Jika satu galaksi memiliki banyak sistem tata surya, lalu berapakah luas alam semesta itu kalau jumlah galaksi mencapai milyaran buah? Dapatkah kita menghitungnya? Pertanyaan-pertanyaan itu tak dapat kita jawab secara meyakinkan. Sekadar menebak pun kita tak mampu.

Menurut kosmologi Hindu, Tuhan tidak langsung menciptakan alam semesta ini. Melainkan Tuhan lebih dulu menciptakan makhluk-mahkluk hebat untuk diberi kuasa “mengurus” sebagian ciptaan-Nya. Makhluk-makhluk hebat itu tiada lain adalah dewa. Untuk Galaksi Bima Sakti, proses penciptaannya diserahkan kepada Dewa Brahma (jangan dikelirukan dengan Brahman. Dewa Brahma dan Brahman memiliki pengertian yang jauh berbeda). Jadi Dewa Brahma itu banyak adanya. Setiap galaksi memili Dewa Brahma masing-masing. Misalnya Dewa Brahma di Galaksi Andromeda berbeda dengan Dewa Brahma junjungan kita. Prinsipnya, masing-masing galaksi memiliki Dewa Brahma berbeda.

Para dewa adalah makhluk-makhluk yang hebat. Salah satu kehebatannya adalah berusia panjang. Dewa Brahma yang menciptakan galaksi kita (Bima Sakti) berusia 311,4 triliun tahun. Bayangkan, satu siang Dewa Brahma saja sepanjang 4,32 milyar tahun. Malam hari beliau juga sebanyak itu. Satu tahun dewa adalah 360 hari dewa. Berarti satu tahun dewa sama dengan 360 x 4.320.000.000 x 2 = 3.110.400.000.000. Sedangkan usia Brahma 100 tahun ukuran dewa. Jadi angka perkalian di atas tinggal dikalikan lagi 100, maka hasilnya adalah 311 triliun dan 40 milyar tahun menurut standar atau perhitungan waktu kita di Bumi. Mencengangkan bukan? Tak perlu heranlah. Sama seperti bakteri diperbandingkan dengan kehidupan manusia. Andai kita bisa berkomunikasi dengan bakteri, lantas kita sampaikan kalau umur manusia bisa mencapai 70 tahun bahkan lebih, sedangkan dirinya hanya dapat hidup selama 30 menit, betapa berkenyit dahi mereka mengetahui usia manusia sepanjang itu. Berapa generasi bakteri harus dilahirkan sampai mencapai sepadan dengan usia manusia?

Jadi, saat Dewa Brahma tutup usia seluruh alam di Galaksi Bima Sakti ini pralaya atau mengalami kelenyapan tersedot kembali ke Brahman. Itulah yang disebut peleburan universal (wikalpa pralaya). Tegasnya, peleburan universal akan berulang setiap 311 triliun dan 40 milyar tahun. Usia Dewa Brahma sekarang 51 tahun atau baru setengah umur lebih sedikit.

Selain peleburan universal, juga dikenal peleburan sebagian (kalpa pralaya). Penjelasannya begini. Semasa hidup Dewa Brahma akan terjadi penciptaan dan peleburan silih-berganti. Saat siang Dewa Brahma, terjadi penciptaan sebagian dan alam semesta di Galaksi Bima Sakti ini terwujud. Saat malam Dewa Brahma terjadi peleburan sebagian. Begitu berulang-ulang. Berapa tahunkah usia satu hari Dewa Brahma? Bukankah kita sudah menghitung di atas. Yakni satu siang Dewa Brahma 4,32 milyar tahun. Malam harinya juga sepanjang waktu tersebut. Dengan demikian penciptaan dan peleburan sebagian terjadi setiap 4,32 milyar tahun. Artinya peleburan sebagian lebih cepat daripada peleburan universal.

Terus kapan kita mengalami peleburan sebagian (kalpa pralaya)? Yang jelas tidak di tahun 2012 ini. Sebab, ibarat kita di Bumi, waktu yang dilewati Dewa Brahama masih pagi, baru sekitar jam 10. Untuk mencapai siang, sore, dan petang masih relatif lama untuk ukuran manusia di Bumi. Siang hari yang dilewati Dewa Brahma mungkin baru 35 persen, sehingga masih tersisa sekitar 65 persen-nya. Sehingga kiamat sebagian masih akan terjadi sekitar 3,4 milyar tahun lagi.

Dari mana perhitungan-perhitungan itu didapat, mungkin ada pembaca yang bertanya demikian. Ketahuilah, zaman menurut perhitungan kosmologi Hindu dikenal dengan istilah yuga. Yuga itu dibagi menjadi empat. Masing-masing adalah Satyayuga yang berlangsung 1.728.000 tahun, Tetrayuga berlangsung 1.296.000 tahun, Dwaparayuga memiliki rentang waktu 864.000 tahun, dan Kaliyuga 432.000 tahun. Jika keempat yuga berlalu maka waktu yang dihabiskan mencapai 4,32 juta tahun. Berarti satu kali putaran empat yuga setera dengan satu per seribu usia satu siang Dewa Brahma. Dengan kata lain 1000 kali putaran empat yuga baru akan menghasilkan satu siang Dewa Brahma (4,32 milyar tahun). Begitulah hitung-hitungannya.

Atas karunia Tuhan, selain diberi kemampuan menciptakan Galaksi Bima Sakti, Dewa Brahma juga diberi mandat untuk mengajarkan Kitab Suci Weda kepada dewa yang lebih rendah, yaitu Dewa Matahari (Surya). Karena itu Dewa Brahma juga dikenal sebagai Weda Garbha, sumber pengetahuan Weda. Dari Dewa Surya (dikenal juga dengan nama Dewa Wiwaswan), pengetahuan Weda diajarkan kepada Manu (leluhur manusia), selanjutnya dari Manu kepada Ikswaku, raja pertama di Bumi. Barulah dari Ikswaku Weda diajarkan kepada umat manusia.

Jadi di Hindu memiliki perhitungan waktu yang sangat komplit, tidak hanya tahun menurut di Bumi, tapi juga memperhitungkan waktu dewa. Sebenarnya masih banyak yang perlu dikupas berkenaan dengan proses penciptaan dan peleburan jagat raya. Namun karena ruang yang tersedia terbatas, maka baru sebagian kecil yang bisa diulas. Mudah-mudahan di kesempatan lain, penulis bisa memaparkan lebih jauh lagi. Satu yang patut kita catat bersama, tahun 2012 ini tidak akan ada pralaya (peleburan) alam. Meskipun demikian, kita perlu menguatkan sradha setiap saat dengan rajin sembahyang sambil mohon perlindungan dari-Nya. Mari kita sambut tahun 2012 dengan optimistis. Jangan percaya akan ramalan-ramalan yang tak memiliki landasan dan dasar sastra yang jelas. Dari uraian ini, jelas sekali kalau Hindu merupakan agama yang lengkap dan jauh melampaui yang lainnya. Karena itu tekunlah mempelajari teologi Hindu agar tumbuh kebanggaan dalam diri kita.

9 komentar:

  1. Mengapa tuhan harus bertapa ?,tuhan minta sama siapa ?, berarti masih ada tuhan di atas tuhan. Trus kalau dunia masih akan berumur 155 triliun tahun lagi,kira-kira kayak apa ya kehidupan nanti? sekarang saja sudah seperti ini,hutan sudah pada gundul,kutup utara sudah mulai meleleh, kekerasan dan kejahatan sudah merajalela. Hiiiii, ngeri

    BalasHapus
  2. Anda tidak menyimak artikel dengan baik.

    Apakah bertapa itu selalu bertujuan untuk meminta? Bertapa tidak selalu untuk meminta.
    Menciptakan sesuatu yg sekompleks alam semesta tidak mudah, jadi tuhan membutuhkan waktu untuk bertapa.

    Dunia yang di maksud adalah galaksi bima sakti, bukan hanya bumi.

    Makhluk hidup di bumi ini merusak alamnya sendiri, bukan karena keinginan dewa.
    Jadi jika bumi ini hancur itu karena ulah manusia sendiri, karena keegoisan manusia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lantas kenapa tuhan bertapa untuk menciptakan sesuatu yang sekompleks.? Berarti itu sama ajjh meragukan kemampuannya sendiri sebagai tuhan..tuhan itu disebut sebagai pencipta alam dan maha mengetahui kenapa harus bertapa toh dia kan tuhan bukan manusia..kecuali, klo manusia masih masuk akal untuk bertapa..

      Hapus
    2. bertapa bukan hal yg perlu dipermasalahkan, memangnya apa yg salah dengan bertapa?...itu adalah proses (semua tidak seperti membalik telapak tangan) ambil hikmah bro: semua hal yg baik dan bagus juga tahan lama, perlu adanya usaha. salam kenal brow....

      Hapus
  3. nah sekarang saya tanya tergantung sudut pandang masing2 kan, anda muslim koar2 terus umat yang lain harus percaya dan memaksa gitu mengikuti cara pandang umat mu, orang-orang kaya gini nih ego nya nomor satu, makanya dunia dirusak sama doktrin2 kekerasannya, tidak ada kedamaian, ngaku aja makhluk beriman tapi suka memprofokasi

    BalasHapus
  4. Mohon jangan diidentikan dengan bertapa dihutan seperti manusia mencari pencerahan. Bertapa dalam hal ini menirutku adalah konsentrasi dalam ketenangan untuk satu tujuan. Cobalah dibayangkan, bila akan membuat sebuah karya yang sedikit rumit saja, apa yang dilalukan agar bisa terwujud.

    BalasHapus
  5. Mohon pencerahannya bang.dikatakan bahwa dewa brahma itu banyak, maksudnya disetiap galaksi... pertanyaannya, apakah ketentuan ini juga berlaku bgi wisnu dan siwa bahwa disetiap galaksi terapat wisnu dan siwa yang berbeda sebagaimana dengan brahma? mohon penjelasannya bang,.

    BalasHapus
  6. Siapa dewa siwa? Siapa dewa brahma? Siapa dewa wisnu? Di antara ketiga itu spa pemegang kasta tertinggi? ada yang menyebutkan brahma adl tuhan umat hindu. Dan ad yg menyebutkan brahma adl ciptaan dewa wisnu. Ad juga yang menyebutkan mereka ber 3 adl 1.di dlm kitab hindu bahwa tuhan itu tidak berwujud. Tidak dpt di lihat tpi beliau ada benar gk. Mff klo ada kesalahan . Trs Dri mna umat hindu tahu kalo dewa brahma yg di sebut sebagai tuhan itu ada yang berkepala 4/6 atau lebih padahal di dlm kitab anda sudah di jelaskan kn tuhan itu tidak berwujud. 1 lagi pernah dengar juga bahwa di salah satu bacaan kitab hindu juga menjelas kan bahwa nabi Muhammad adalah nabi terakhir.bisa di jelaskan ko bisa di salah satu bacaan kitab hindu bisa menjelaskan kalu nabi Muhammad S.W.T adlh nabi terakhir

    BalasHapus
  7. Kalo tuhan dikatakan bertapa untuk menciptakan sesuatu berarti itu bukan tuhan apalagi dampai membutuhkan waktu....gini yah dalam.konsep islam tuhan adalah segalanya yanga awal tiada akhir penvipta seluruh nya termasuk menciptakan masa/waktu..nah kan aneh klo tuhan membutuhkan waktu sedng waktu sendiri adalah ciptaan nya. Yg benar semua yang diciptakan nya membutuhkan nya bukan malah sebaliknya.... kalau allah.swt.si tinggal bilang jadi maka jadi lah...
    Cuman mungkin didalam proses penciptaan alam allah swt menginginkan secara bertahap sehingga menjadikan pembelajaran bagi manusia agar dapat berpikir akan kekuasaanya nah tinggal kita aja lg yg pinter gunakan akal yaga yaga....

    BalasHapus