Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Rabu, 18 Januari 2012

Anggota PKK Bukan Hanya Kaum Ibu

Laporan I Gede Sukra Darmayasa

Biasanya selama ini kalau mendengar kata PKK pasti identik dengan ibu-ibu, namun kemarin ketika ada lomba PKK yang diselenggarakan Kamis 3 November 2011 di kantor Lurah Cempaga, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Sudah sangat ditegaskan sekali oleh salah satu tim penilai sekaligus pengerak PKK Kabupaten Bangli yang kerap di panggil Ibu Luh, bahwa anggota PKK tidak hanya ibu-ibu namun juga bapak-bapak, muda-mudi, dan semua lapisan anggota keluarga bisa ikut menjadi anggota PKK.

Sesuai dengan kepanjangan dari PKK, yaitu Program Kesejahteraan Keluarga, untuk lebih mudah mensejahterakan anggota keluarga, maka tentunya tidak hanya ibu-ibu saja yang perlu bergerak, namun perlu didukung oleh seluruh anggota keluarga. Sebab ketika PKK dari lingkungan Kelurahan Cempaga yang ikut lomba hanya ibu-ibu saja, sehingga dikritik oleh para juri, mengapa peserta lombanya hanya ibu-ibu saja, di mana bapak-bapaknya. Dan disarankan untuk ke depannya, ketika ada lomba PKK agar diikutsertakan seluruh lapisan keluarga dan yang tidak kalah penting juga, bapak-bapaknya harus ikut serta ketika ada perlombaan PKK.

Lomba drama simulasi yang bertemakan ‘Bela Negara’ ini sangatlah seru sekali bila disimak, karena ketika pelaksanaan lomba drama simulasi tersebut peserta lombanya dibagi ada menjadi pemain, moderator, seketaris, nara sumber, tokoh dan juga ada sebagai penonton. Di dalam teknis permainan lomba tersebut sudah disiapkan kertas berisi pertanyaan, tetapi soalnya diundi dengan menggunakan sebuah dadu yang di kocok oleh peserta yang menjadi pemain, pertanyaan yang didapatkan itu langsung ditanggapi oleh pemain yang mendapatkan giliran mengocok dadu tersebut. Setelah itu baru ditanggapi oleh pemain lain dan peserta lomba. Tak hanya itu, penonton juga boleh berpendapat.

Seperti biasa ketika berpendapat pasti ada yang pro (setuju) dan kontra (tidak setuju) begitu juga dalam pelaksanaan lomba drama simulasi itu ada yang setuju dan juga tidak setuju, yang membuat suasana menjadi lebih semangat dan seru. Tetapi pertanyaan yang diperdebatkan itu dipertengahi atau diluruskan oleh nara sumber dan tokoh agar pertanyaan tersebut mendapatkan benang merahnya.

Pada saat itu pertanyaan yang dapat dipecahkan sebanyak empat buah dalam waktu 30 menit. Pertanyaan-pertanyaan yang dibahas saat itu semua permasalahan sosial di masyarakat yang sedang terjadi dewasa ini. Misalnya, ada warga masyarakat yang kaya namun sombong dan tidak mau mengikuti peraturan yang ada, kurangnya rasa nasionalisme masyarakat atas produk-produk dalam negeri. Disinggung juga mengenai seringnya terjadi tawuran di masyarakat saat ini dan juga tentang kenakalan remaja yang marak terjadi belakangan ini.

Selain memperdebatkan pertanyaan juga diselingi hiburan dengan menyanyikan lagu bernuansa Bela Negara yang berjudul ‘Merah Putih Benderan Titityange’. Lagu ini dijadikan sebagai hukuman kepada pemain yang mengocok dadu namun di dalam kertas soal itu tidak bersi pertanyaan, sehingga pemain itu harus menyanyikan satu lagu wajib yang ada. Nampak semua peserta lomba sangat semangat dan senang mengikuti lomba tersebut, terlihat dari raut wajahnya yang penuh dengan senyum dan kasih sayang seorang ibu.

Semoga dengan adanya lomba PKK yang diisi drama simulasi yang diikuti oleh PKK kelurahan Cempaga bisa menjadi tonggak awal, agar seluruh PKK yang ada di seluruh Bali bisa mengetahui bahwa anggota PKK tidak hanya harus ibu-ibu saja. Dan semoga seluruh PKK bisa bangkit dan maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar