Laporan Wayan Pariatni
Kota Palu merupakan bagian kecil dari wilayah Provinsi Sulawesi Tengah yang begitu luas. Secara geografis kota Palu terletak pada 0,360 – 0, 560 Lintang Selatan dan 119o,45 - 121o,1 Bujur Timur dengan luas wilayah 395,06 kilometer persegi terdiri dari 4 kecamatan dan 43 kelurahan. Berdasarkan data badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 yang berhasil dihimpun oleh Ketua PHDI Kota Palu yang juga Kepala Kantor BPS Kabupaten Donggala, Ir. Nyoman Dwinda, jumlah penduduk yang beragama Hindu di Kota Palu mencapai 3.747 jiwa. Di antaranya terdiri dari 1.881 orang laki-laki dan 1.866 orang perempuan dengan persebaran di masing-masing: Kecamatan Palu Timur 1.127 jiwa, Palu Selatan 2.241 jiwa, Palu Utara 228 jiwa dan Palu Barat 151 jiwa.
Dari data tersebut diketahui lebih dari 50 persen umat Hindu di Kota Palu tercatat sedang menempuh pendidikan, sehingga hal ini menunjukkan bahwa umat Hindu sangat mengedepankan pendidikan sebagai modal dasar dalam meningkatkan kwalitas sumber daya manusia, sehingga dapat meningkatkan kwalitas hidup di masa mendatang.
Dalam hubungannya dengan model interaksi dan komunikasi di antara umat Hindu di Kota Palu, serta meningkatkan peran dan tanggung jawab hak dan kewajiban masing-masing, terutama dalam hal pelaksanaan suka duka, sesuai awig-awig Krama Adat Kertha Winangun, Kota Palu pada Bab VIII yang menguraikan tentang wilayah, hubungan kerja dan kesekretariatan. Pada pasal 24 awig-awig itu berbunyi: ”Wilayah kerja karma desa adat dibagi menjadi lima. Wilayah ini diorganisir untuk mempermudah koordinasi.” Menurut ketua krama adat Kertha Winangun Kota Palu, Drs. I Made Sukarta, M.Si, kelima banjar ini dibagi sesuai dengan pendekatan wilayah, di mana tiap banjarnya diketuai oleh kelian banjar.
Hingga kini umat Hindu yang terdaftar aktif mengikuti kegiatan suka duka tercatat sebanyak 378 kepala keluarga yang terdiri dari Banjar Tunjung Sari 80 kk, Banjar Ratna Sari 62 kk, Banjar Sandat Sari 72 kk dan Banjar Cempaka Sari 86 kk. Memperhatikan teritorial wilayah masing-masing banjar yang begitu luas dan terpencar-pencar, maka peran pengurus banjar dituntut lebih maksimal dalam memberikan pelayanan kepada anggota banjarnya yang sebagaian besar berprofesi sebagai pegawai dan wiraswasta. Demikian halnya dalam menterjemahkan awig-awig dituntut kebijaksanaan seorang pemimpin banjar, sehingga tidak terjadi kasus seperti kesepekang banjar, sebagaimana yang kerap kali terjadi di Bali.
Keberadaan krama selain menaungi banjar juga mengayomi keberadaan Seke Gong, Seke Shanti, dan sarathi banten. Kegiatan krama seperti ngayah di pura berlangsung efektif setiap hari Minggu dan moment-moment tertentu lainnya. Dalam perayaan tertentu, ciri khas Bali-Hindu sangat tampak di sebuah komplek, tepatnya di daerah Tanggul Birobuli, dimana bermukim 78 kk warga Hindu. Keberadaan bangunan bale banjar dan sanggah di rumah penduduk setempat menunjukkan miniatur masyarakat Bali. Krama adat juga pernah memfasilitasi upacara pengabenan massal dan Awignamastu, Desember mendatang krama kembali menggelar upacara yang sama.
Sampradaya di Kota Palu
Pada tahun 1997, di era kepemimpinan Parisada terdahulu, Kota Palu sering menjadi tujuan perjalanan guru spiritual dari garis perguruan kesadaran Krishna dari berbagai negara. Hingga saat ini kota Palu masih menjadi tempat transit bagi penyebaran ajaran dharma, terbukti beberapa kali para Maharaj dari berbagai Negara berkesempatan memberi wejangan di Pura Jagatnatha dan uniknya kedatangan mereka justru didukung langsung oleh pemuda dan mahasiswa di Kota Palu. Ini sekaligus membuktikan bahwa gejolak kebangkitan spiritual itu justru berada pada tataran pemuda.
Kelompok pengkajian spiritual seperti Sai Study Group (SSG) sudah sejak tahun 1991 berkembang di Kota Palu. Berawal dari kegiatan bhajan di rumah Putu Suardana (sudah pindah ke Bali) di daerah Tanggul, saat ini bernama Banjar Sandat Sari, selanjutnya pindah di rumah Silaartha di Jalan Purnawirawan. Seiring berjalannya waktu, jumlah bhakta Sai di Kota Palu mengalamai peningkatan, sehingga pengurus mulai memikirkan untuk mencari lokasi yang lebih luas dan strategis.
Melalui pertimbangan yang matang maka disepakati untuk membeli lokasi center yang terletak di Jalan Purnawiran II berdekatan dengan kawasan elit Metro Regency seluas 12 are. Pembanguna berupa ruang bhajan dilaksanakan secara gotong royong. Didepan sebelah kanan bangunan center berdiri sebuah patung Ganesha yang cukup besar. Setelah ada penambahan lokasi seluas 6 are, maka di sebelah barat bangunan juga dilengkapi lapangan serba guna yang cukup luas yang pada waktu-waktu bhajan dapt difungsikan sebagai tempat parkir. Lokasi Sai Center diperkuat dengan terbitnya sertifikat pada bulan Juni 2011. Demikian dijelaskan Ketua SSG Kota Palu, Putu Mudita dan Ketua Yayasan Shri Satya Sai, Palu, dr. Dewa Ketut Sukarta, SPOG.
Sesuai amanat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Sai Study Group Indonesia (SSGI), maka SSG Palu pada tanggal 28 Pebruari 2002 mendirikan Yayasan Shri Satya Sai Palu dengan akte pendirian yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Palu dengan nomor: 121/2002/PN. PL.
SSG Palu dalam menjalankan program kerja mengacu kepada tiga sayap organisasi yakni bidang pendidikan, pelayanan masyarakat dan spiritual yang berpegang pada lima pilar utama, yaitu Satyam (kebenaran), Dharma (kebajikan), Shanti (kedamaian), Prema (Kasih sayang) dan Ahimsa (Tanpa kekerasan). Motor penggerak organisasi Sai adalah para yuwana vikas atau pemuda Sai yang sangat tanggap dan gesit dalam menjalanankan misi pelayanan. Di bidang pendidikan, para youth secara terjadwal seminggu sekali memberikan pendidikan nilai-nilai kemanusiaan kepada Balvikas (Anak-anak) model pengajarannya melalui duduk hening, berdoa, bercerita, bernyanyi dan bermain yang semuanya dijalankan dengan sangat menyenangkan.
Di bidang pelayanan, SSG memiliki program tetap yang diperuntukkan bagi masyarakat di sekitar Sai Center berupa pelayanan kesehatan gratis. Program medicare juga ditujukan kepada masyarakat yang membutuhkan, seperti pemberian vaksin Hepatitis serta bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia membantu mengatasi ketersediaan stok darah, khususnya di saat bulan puasa. SSG Palu telah lama bekerja sama dengan pihak PMI untuk menjadi donor setiap saat dibutuhkan. Bidang pelayanan lainya yang rutin dilakukan adalah memberikan santunan kepada Panti Asuhan, pemberian sembako kepada para pemulung dan penyapu jalan (diberikan di waktu menjelang pagi) dan tak ketinggalan pelayanan di pura. Prinsip utama dalam melakukan pelayanan sebagaimana diajarkan oleh sad guru Bhagawan Shri Sathya Sai Baba adalah Manawa seva is Madawa Seva, pelayanan kepada manusia adalah pelayanan kepada Tuhan.
Di bidang spiritual, SSG secara rutin menyelenggarakan Bhajan setiap hari Kamis di Sai Center dan bhajan khusus pada perayaan tertentu. Peningkatan kwantitas dan kwalitas Bhakta Sai di Kota Palu menunjukkan perkembangan yang semakin bagus. Semakin bnyak para pemuda yang bergabung dalam wadah ini menunjukkan, bahwa pemuda saat ini sedang mencari jati diri melalui pendalaman spiritual. Pengurus terus berbenah di samping terus meningkatkan kwalitas intelektual para bhakta, pengurus juga sedang berupaya membangun sarana fisik seperti ruang belajar bagi Balvikas, ruang peningkatan SDM para youth, kamar khusus untuk para tamu dari daerah. Mengingat ruang bhajan yang semakin sempit seiring bertambahnya bhakta, maka pengurus berupaya memperluas bangunan ruang bhajan, sehingga mampu menampung jumlah bhakta lebih banyak lagi.
Tweet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar