Oleh Mohan M.S.
Dua pemuda desa, Ram dan Shyam adalah dua sahabat karib, semenjak kecil kedua-duanya berusaha di desa mereka secara rajin dan mulai maju hasil-hasilnya. Namun walaupun keduanya seakan sulit berpisah, ada perbedaan jauh di dalam diri mereka yang amat mencolok. Ram amat rajin sembahyang, tetapi Shyam amat rajin berjudi dan bermain perempuan.
Pada usia menjelang 25 tahun Ram sangat tekun pada pujanya dan masih perjaka. Shyam sebaliknya rajin berjudi dan sering melacur. Persamaannya adalah, kedua-duanya tinggal bertetangga dan saling tolong menolong dan curhat. Walau Ram berusaha selalu agar Shyam berhenti melakukan hal-hal yang dilarang agama, namun tetap sia-sia belaka, sebaliknya Shyam yang selalu mengajar bermaksiat juga sia-sia belaka. Kedua-duanya tegar dalam pendirian masing-masing, namun selalu bersama-sama.
Tiap sore Ram selalu bermeditasi di kuil Shiwa dan Syam akan duduk menantinya di luar dengan senang. Sebaliknya kalau Shyam berjudi atau melacur, maka Ram akan menunggu dan menjaganya dengan sabar.
Suatu malam Shyam mengajak Ram ke desa tetangga, yang terkenal cantik-cantik wanita penghiburnya, setelah Ram selesai sembahyang keduanya menyeberangi sungai dengan sampan ke desa tersebut. Tiba-tiba angin topan dan hujan deras melanda dashyat, perahu sampan yang ditumpangi mereka terasa oleng ke kiri-kanan, semua penumpang berdoa demi keselamatan mereka karena maut sudah di depan mata. Kedua sahabat berpelukan erat seakan-akan tidak mau lepas. Ram berdoa dan berpikir-pikir, ”Seandainya aku seperti Shyam, mati pun tidak apa karena ia telah menikmati kenikmatan-kenikmatan dunia, sedang aku berciuman dengan seorang wanitapun belum.” Pada saat itu timbul gairah nafsu Ram yang berkobar-kobar dengan penuh penyesalan.
Di saat yang sama Shyam yang selama ini jarang bersembahyang berkata di dalam dirinya, ”Aku telah mengabaikan agama dan Tuhanku selama ini, kalau saja aku seperti Ram, maka aku akan mati tanpa dosa dan masuk sorga. Pada saat itulah perahu tenggelam dan semua penumpang tewas dalam kepanikan, termasuk dua sahabat ini dalam satu pelukan.
Roh Ram dan Syam pun langsung menghadap ke depan Yama Raja dan terjadilah hal yang aneh. Ram yang alim masuk ke neraka, dan Shyam yang berdosa masuk sorga. Apa telah terjadi kesalahan? Tidak, ternyata sesuai Shastra Widhi, maka apa yang dipikirkan saat-saat ajal menentukan alur karma mereka masing-masing. Setelah masa-masa hukuman neraka selesai, Ram berpindah ke sorga, dan Shyam ke neraka.
Setelah kedua masa mereka berakhir dengan masing-masing mendapat hukuman dan pahala, maka Rama raja pun memanggil keduanya untuk menghadap. Ternyata persahabatan keduanya yang penuh kesetiaan diperhitungkan di atas sana. Kedua-duanya atas perkenan Yang Maha Esa dilahirkan kembali di dunia ini dan sewaktu dewasa mereka menikah. Ram lahir sebagai pria dan Shyam sebagai wanita, mereka hidup bahagia tanpa pernah sadar akan rahasia-rahasia mereka di masa silam.
Pesan moral cerita ini: Persahabatan yang setia ternyata berpahala. Kemudian, ternyata di atas sana berlaku sistem yang amat adil, pahala dan hukuman diberikan secara karma dan kadar iman masing-masing, bukan hasil ritual yang megah-megah. Pesan berikutnya, Tuhan Maha Pengasih dan Maha Pengampun, dan memberi kesempatan kedua kepada Ram dan Shyam untuk bersatu lagi di kesempatan yang baru.
Seluruh kisah-kisah di atas ini menunjukkan ada hal-hal di Hindu Dharma yang selama ini dipercaya secara ceroboh, dan tanpa sadar yang akhirnya menimbulkan persepsi-persepsi kasta, iman, puja dan pemahaman yang salah kaprah tentang doa, karma, perilaku agama, bakti dan sebagainya. Semoga kisah-kisah pendek spiritual ini dapat bermanfaat untuk umat sedharma dalam melaraskan dan menyerasikan diri dengan jalan dharma yang terarah dan tidak asal main tembak saja.
Tweet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar