I Made Titib
Tvam eva mata ca pita tvam eva
Tvam eva bandhus ca sakha tvam eva
Tvam eva vidya dravina tvam eva
Tvam eva mama sarva deva-deva
Guru Stotra 14
Tuhan Engkau adalah Ibu dan Bapak saya,
Tuhan Engkau adalah keluarga dan sahabat kami,
Tuhan Engkaulah yang menganugrahkan pengetahuan dan kekayaan,
Tuhan Engkau adalah dewa dari semua dewa.
Dalam mantram Guru Stotra di atas, Tuhan Yang Maha Esa disebut sebagai Ibu, Bapak, Keluarga, Sahabat, Penganugrah pengetahuan dan kekayaan dan Dewa dari semua dewa, menunjukkan bahwa Yang Maha Esa adalah yang Ultimate, Supreme dan yang absolut yang tidak terjangkau oleh akal dan pikiran manusia. Acintya tan kagrahita dening manah mwang indriya. Penggambaran Tuhan Yang Maha Esa sebagai ibu jagat raya dan segala isinya juga kita temukan dalam kitab suci Veda dan susastra Hindu. Beliau disebut Jagatdatri, dan bahkan yang memberikan makanan kepada semua makhluk hidup, disebut Annapurna.
Salah satu abhiseka Tuhan Yang Maha Esa adalah sebagai Ibu Gayatri. Mengapa disebut sebagai Ibu? Konon karena Ia merupakan Ibu dari semua mantram Veda (The Mother of all Vedic Verses) dan perpaduan dari tiga Dewi Utama dalam agama Hindu, yakni Durga, Laksmi dan Sarasvati. Kata Durga artinya yang sulit di atasi, sulit dibendung dan tidak seorang pun yang mengalahkannya. Kata Laksmi artinya yang menurunkan kesejahteraan, dan kata Sarasvati, merupakan pengetahuan yang mengalir terus menerus. Perpaduan ketiga dewi di atas sungguh sangat luar biasa, oleh karena itu dalam berbagai masalah kehidupan, artinya bila kita menghadapi berbagai masalah, maka sangat tepatlah kita memohon kepada Ibu Gayatri, termasuk dalam berbagai pelaksanaan Yajna atau upacara keagamaan dan kegiatan apa pun lainnya.
Dalam Citradevata, penggambaran dalam seni lukis, Ibu Gayatri dilukiskan sebagai seorang dewi yang memiliki tiga kepala di atas satu badan. Tiga kepala tersebut adalah kepala Dewi Durga, Laksmi dan Sarasvati. Di Bali dalam berbagai mantram Stuti, Stava dan Stotra yang dihimpun oleh C. Hooykaas (1970) ditemukan fungsi mantram sebagai Kavaca dan Pañjara, yakni Ramakavaca dan Rama Pañjara. Maka sejalan dengan mantram Kavaca dan Pañjara tersebut, tidak salah pula bila Gayatri mantram juga berfungsi sebagai Kavaca dan Panjara tersebut, di samping tentu banyak fungsi-fungsi mantram lainnya.
Kavaca berarti baju atau baju zirah yakni kain penutup tubuh untuk keselamatan dalam peperangan atau menghadapi berbagai tantangan hidup, sedang Panjara artinya benteng, yakni benteng yang melindungi diri, keluarga dan rumah kita. Berdoa dan memohon dengan menjadikan Gayatri Mantram sebagai sarana utama, maka doa permohonan tersebut umumnya selalu berhasil, misalnya dalam berbagai pengalaman ketika penulis memberi Dharma Wacana di berbagai tempat, sesaat sebelum Dharma Wacana hujan dan kadang-kadang sangat lebat, tetapi dengan memohon melalui mantram Gayatri, sering hujan tersebut pergi disapu angin yang cukup keras, sehingga langit menjadi terang dan bila malam tampak rembulan tersenyum di atas bangunan suci merestui acara Dharma Wacana di sebuah pura.
Memohon kesemalatan terhadap bayi yang baru lahir, juga dapat dilakukan dengan membisikkan mantram Gayatri pada masing-masing lubang telinga bayi tiga kali berturut-turut, maka bayi-bayi yang mendengarkan mantram Gayatri tersebut umumnya jarang sakit dan tidak rewel bahkan selalu tersenyum ceria. Demikian pula memohon kelahiran anak baik anak laki-laki atau anak perempuan dapat dilaksanakan dengan Gayatri Sadhana.
Dari pengalaman penulis dan juga pengalaman teman-teman guru agama Hindu, pengurus Parisada dan lain-lain ternyata ketika kita menghadapi apa saja, dengan meyakini keagungan-Nya dengan sarana mantram Gayatri sering doa dan permohonan kita dapat terpenuhi seperti diamanatkan dalam Bhagavagita IX.22: “Siapa saja yang senantiasa berbakti kepada Aku, dengan sepenuh hati. Akan Aku berikan apa yang dibutuhkan dan akan Aku lindungi apa yang dimiliki. Demikian dalam melaksanakan berbagai Yajna atau upacara keagamaan jangan lupa memohon dengan sarana mengucapkan mantram Gayatri, maka segala halangan, gangguan dan rintangan akan segera dapat di atasi, dan bila dilakukan sungguh-sungguh sebelum acara dilakukan, maka halangan, rintangan dan gangguan tersebut tidak akan muncul dalam aktivitas ritual tersebut.
Demikian pula sekiranya upacara yadnya itu berhasil maka tidak ada gangguan apa pun yang memasuki arel peyadnyan. Persediaan makanan untuk tamu masih berlimpah ruah, bahkan daging atau sesajen caru tidak diganggu oleh anjing yang masuk ke areal upacara tersebut. Para tamu dan sang yajamana bersama keluarga merasakan kepuasan lahir dan batin serta ketika upacara yadnya selesai dilaksanakan, kehidupan keluarga semakin rukun dan memmperoleh rejeki yang berlimpah serta kedamaian.
Tweet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar