Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Rabu, 16 Maret 2011

Dari India Utara hingga Selatan, Tirta Yatra ke Situs Suci Kuno

Laporan Agus Indra Udayana

Tirtayatra yang ditekankan sejak era Itihasa dan Purana sampai saat ini masih menjadi tradisi utama bagi umat Hindu. Mengunjungi daerah atau tempat-tempat suci yang diyakini mampu memberikan dampak spiritual bagi pelaku menjadi salah satu event religius yang penting di dalam kehidupannya. Sejak beberapa tahun terkahir umat Hindu di Indonesia mulai mengangap bahwa mengunjungi tempat-tempat suci di India sangat penting seiring dengan semakin disadarinya sumber asal perkembangan sanatana dharma (Hindu).
Seperti misalnya tirtayatra yang dilakukan oleh rombongan sebanyak 21 orang asal Bali yang didampingi oleh pengasuh Ashram Gandhi Puri BR Indra Udayana dan Pengasuh Ambar Ashram I Made Suambara ke beberapa tempat suci di India. Perjalanan dilakukan selama satu minggu dari tanggal 9 sampai 16 Desember 2010. Ada beberapa tempat yang dikunjungi di bagian utara India seperti Rishikesh, Haridvar, Kuruksetra, Mathura, Brindavan, dan Akshardam.
Rombongan selama 3 hari menginap di Omkara Gangga Sadan Rishikesh. Selama ini mereka dengan khusuk melakukan persembahyangan di beberapa temple dan juga mendapat dharsan dari beberapa guru suci yang berdiam disana. Rombongan juga mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Sri Prabhuji dan Siddharta Krishna di Krishna kutir Omkara Gangga Sadan, Rishikesh. Rishikesh diyakini sebagai tempat di mana Rama melakukan tapa untuk membunuh Rawana. Laksmana, adik Rama saat itu menyeberangi sungai gangga dimana tempat penyeberangan itu sekarang disebut Lakshman Jhula. Aliran Sungai Gangga melawati Rishikesh meninggalkan Shivalik dan menuju daratan di wilayah bagian utara India sampai di Bay of Bengal. Rishikesh juga terkenal sebagai tempat berbagai ashram, temple dan organisasi spiritual besar seperti Divine Life Society, Paramartha, dan lain sebagainya.

Rombongan juga sempat mengikuti Arathi Gangga di Haridvar. Arathi adalah salah satu pemujaan Hindu dengan menggunakan api untuk Dewa melalui nyanyian Ilahi yang dikidungkan bersama. Haridvar adalah salah satu tujuan penting tirtayatra. Haridvar adalah salah satu dari empat tempat (yang lainnya: Ujjain, Nasik, dan Allahabad) di mana Kumbha Mela diadakan (setiap 3 tahun). Diyakini, bahwa keempat tempat tersebut adalah tempat yang pernah ditetesi oleh Tirtha Amerta yang menetes saat dibawa oleh burung Garuda. Diyakini pula, bahwa dengan melakukan ritual mandi di sungai Gangga di Haridvar ini, seluruh dosa-dosa yang pernah dilakukannya akan terhapuskan serta akan meraih moksa. Di sekitaran tempat ini juga berdiri temple-temple penting seperti Mansa Dewi, Chandi Dewi, Maya Dewi dan yang lainnya.

Rombongan juga sempat mengunjungi Kurukshetra. Tempat ini juga disebut dharmakshetra, tempat di mana perang besar antara Kaurava dan Pandava terjadi. Di wilayah ini ada beberapa tempat yang penting untuk di kunjungi seperti Bhisma Kund (tempat bhisma berbaring di atas panah-panah Arjuna), Jyotisar (tempat turunnya Bhagavad gita), Brahma Sarovar (diyakini sebagai tempat dimana Brahma menciptakan alam semesta pertama kali), dan yang lainnya.

Dalam satu jurusan rombongan mengunjungi Taj Mahal, Mathura, dan Brindavan. Mathura adalah tempat kelahirannya Krishna, Brindavan merupakan tempat masa kecilnya Krishna, dan Taj Mahal merupakan situs peninggalan Kerajaan Mughal Shah Jahan untuk mengenang istrinya Mumtaz Mahal. Di tengah kota Delhi rombongan mengunjungi Akshardham, temple terbesar di dunia yang didirikan oleh BAPS atas prakarsa Pramuks Swami Maharaj.

Sebelum balik pulang, pada tanggal 15, rombongan menuju wilayah selatan India, yakni Chitoor via Chennai. Rombongan berkunjung ke Oneness University yang didirikan oleh Amma Bhagavan. Beliau diyakini sebagai Kalki Awatara. Rombongan sempat melakukan meditasi di temple berwarna putih yang disebut Oneness temple yang berbentuk Surya Yantra. Demikian juga rombongan mendapat kesempatan mendapat Dharsan langsung dari Amma Bhagavan. Seusai melakukan diksa paduka di Oneness temple, rombongan balik ke Chennai dan berangkat balik ke Bali.

GERBANG SPRIRITUAL DI INDIA SELATAN

Indra Udayana yang didampingi oleh 3 warga Ashram Gandhi Puri (I Gede Suwantana, I Nyoman Sukerta, dan I Made Sudarma) setelah mengantarkan rombongan ke bandara langsung menuju Chinmaya Heritage Centre yang kemudian disambut hangat oleh Swami Mitrananda, salah seorang Acharya yang sekaligus sebagai presiden Youth Wing Chinmaya Mission. Pada kesempatan tinggal beberapa hari ini, I Made Sudarma juga sempat menampilkan tari Bali Kebyar Duduk pada saat pertunjukan seni “2047” di Tapovan Hall, Chinmaya Heritage Center yang ditonton lebih dari 500 pengunjung.

Tanggal 19 Desember kita berangkat ke Trichy. Ada beberapa temple utama yang sangat penting dikunjungi di tempat ini, yakni Siwa temple di Tanjavur yang orang-orang di sana menyebutnya sebagai Tanjavur Temple. Temple ini sangat kuno dan besar dengan arsitektur yang unik. Semua bangunan terbuat dari batu dan doom yang terletak di puncak temple di atas Siwa lingga terbuat dari batu gelontongan yang beratnya ber ton-ton. Uniknya bayangan doom itu tidak pernah tampak di tanah saat matari bersinar dari arah manapun. Di sini juga terdapat Nandini (wahana Siwa) terbesar di dunia yang juga terbuat dari satu bongkah batu besar. Setiap hari temple ini dikunjungi puluhan ribu pengunjung dari seluruh India.

Temple yang paling terkenal di Trichy adalah Sri Ranganathaswamy temple atau orang menyebut sebagai Srirangam temple. Temple ini diyakini sebagai salah satu dari delapan Svayam Vyakta Ksetra (perwujudan langsung dewa Wisnu). Tujuh tempat lainnya adalah Srimushnam, Venkatadri (Tirumala), Saligram (Muktinath), Naimisaranya, Totadri, Pushkara dan Badrinath. Menurut sejarah temple ini dibuat pada masa kerajaan Chola pada abad ke-10. Keindahan arsitektur dan kemegahan bangunan membuat suasana temple ini sangat baik untuk dijadikan sebagai tempat tujuan tirtayatra.

Temple lain yang bagus untuk dikunjungi adalah Vinayaka temple di atas bukit di tengah-tengah kota Trichy. Temple ini letaknya tidak terlalu jauh dengan Srirangam. Dengan menyeberang sungai Kaveri, sekitar 15 menit temple ini bias kita capai dari sana. Untuk tiba di temple di mana dewa Ganesha dipuja diperlukan berjalan kaki menaiki bukit tersebut kurang lebih 30 menit. Hal yang menarik juga adalah kita bias melihat kota Trichy dan juga aliran sungai Kaveri.

Setelah mengunjungi temple tersebut kami melanjutkan perjalanan ke Madurai kurang lebih 5 jam perjalanan dengan bus. Madurai termasuk kota besar di wilayah Tamil Nadu. Di kota ini terdapat temple yang sangat besar dan indah yang disebut Meenakshi. Meenakshi adalah avatara dari Dewi Parwati yang secara luar dipuja oleh masyarakat Tamil. Temple ini dibangun oleh Raja Pandiyan pada abad ke-13. Konsep temple ini menyerupai temple Srirangam yakni pusat murti diapit oleh empat gapura utama. Gapura ini terbentuk dengan sangat tinggi dan megah.

Perjalanan terakhir sebelum akhirnya kembali ke Chennai adalah mengunjungi situs yang sangat penting yakni Rameswaram. Tempat ini adalah tempat dimana Rama beserta dengan pasukannya membangun jembatan ke alengka. Bersama dengan Kashi, Rameswaram merupakan tujuan tirtayatra paling utama. Bagi masyarakat Hindu, sebelum mengunjungi Rameswaram, hidup ini belum terasa lengkap. Di temple sendiri, pusat pemujaannya adalah Siwa lingga. Lingga yang dipuja juga adalah salah satu dari 12 Jyotirlingga yang tersebar di seluruh India.


PERTEMUAN DALAM UPAYA MERAKIT JARINGAN

Idealisme untuk mengedepankan pendidikan bagi pemuda-pemuda Bali selalu menjadi prioritas utama kemanapun BR Indra Udayana pergi. Belajar di India merupakan kesempatan emas untuk mengerti tentang hidup dan kehidupan, tidak hanya sekedar gelar kesarjanaan akademis mengingat kondisi alam dan lingkungan India mendukung tentang itu. Untuk mewujudkannya maka jaringan international adalah modal dasar baginya. Oleh karena demikian kapan pun mendapat kesempatan untuk ketemu orang, baik dalam forum maupun secara pribadi, BR Indra Udayana selalu berbicara tentang pendidikan serta kemungkinannya mendapat bea siswa bagi pemuda-pemuda Bali untuk belajar di India di segala disiplin Ilmu.

Perjalanan sebulan penuh yang dijadwalkan dari awal tidak memiliki rencana untuk mengikuti beberapa pertemuan penting di India, namun ketika kesempatan itu ada, BR Indra Udayana mengambilnya dan hadir sebagai delegasi. Pada kesempatan itu kami (BR Indra Udayana, I Gede Suwantana, I Nyoman Sukerta, dan I Made Sudarma) dari tanggal 25 sampai 27 Desember 2010 mengikuti International Hindu Summit di Mumbai untuk membahas permasalahan-permasalahan Hindu dan rencana 1st International Hindu Congress 2014. BR Indra Udayana dihubungi Swami Vigyananda, dan dari dialog tersebut, Swamiji mengundang kami untuk menghadari pertemuan tersebut.

Dalam kesempatan bicara di panggung, BR Indra Udayana dalam pertemuan 3 hari tersebut secara singkat mengungkap kondisi pendidikan masyarakat Bali terutama masalah pembelajaran sastra dan dengan tegas menyatakan, bahwa sekiranya organisasi-organisasi Hindu di India memberikan beasiswa bagi pemuda Bali untuk belajar sastra-sastra Hindu di India secara berkelanjutan. Permintaan ini disambut hangat oleh audience dan segera ditanggapi pihak beberapa pihak dan berjanji untuk memberikan beasiswa penuh beberapa pemuda Bali untuk belajar baik S1, S2 atau S3 di Benares Hindu University (BHU). Pada kesempatan ini pula, I Made Sudarma sempat menampilkan tarian Bali Kebyar Duduk di hadapan seluruh peserta yang hadir kurang lebih dari 39 negara.

Setelah 3 hari Hindu Summit tersebut, kami pun mendaptarkan diri untuk menghadiri Camp Hindu Visva Sangh Sibhir dari tanggal 29 Desember 2010 sampai 3 Januari 2011di Pune. Pada kesempatan ini, kami bertemu dengan pentolan-pentolan Hindu dari seluruh dunia. Tujuan camp ini adalah untuk memperkuat rasa kepemilikan terhadap tradisi-tradisi Hindu dan kemungkinannya untuk diaktualisasikan di dalam kehidupan masyarakat. Pada kesempatan itu, salah satu nara sumber sempat menyatakan bahwa sebuah negara memerlukan tentara untuk menjaga negara dari serangan luar sedangkan bagi Sibhir, di dalam tubuh Hindu sendiri mesti memiliki pasukan untuk melindungi diri sendiri di dalam. Bentuk pasukan tersebut bukanlah pasukan militer, tetapi pasukan intelektual yang paham akan (dalam istilahnya Sibhir) Hindutva (kehinduan). Mereka-mereka akan diajak melakukan tindakan untuk memperkenalkan tradisi kehinduan serta memberikan teladan bagaimana mengaktualisasikan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya di dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah di Pune, kami menghadiri seminar International antar agama di Somaiya College, Mumbai. Kesempatan untuk menjadi peserta di dalam seminar tersebutpun sangat unik, sebab Dr. Kala Acharya teringat akan mendiang Shri Santilal Somaiya juga sahabat dekat BR Indra Udayana, mengenang 1 tahun berpulangnya Santilal Somaiya seorang bisnisman juga pendidik yang tangguh Direktur College bertemu saat di Hindu Summit. BR Indra Udayana diberikan kesempatan sebagai nara sumber dalam Seminar International Interfaith Dialogue yang mengambil topic “Mater and Spiritual” bersama puluhan Scholar dari berbagai negara. Dalam acara pembukaan acara ini pun penampilan Tari Kebyar Duduk dari Sacred of Arts Shanti Sena Ashram Gandhi Puri sempat memukau seluruh peserta.

Dari uraian BR Indra Udayana di depan seluruh peserta seminar, pihak Somaiya sangat terketuk dan tertarik untuk memberikan kesempatan bagi pemuda Bali untuk mendapatkan beasiswa dan menempuh pendidikan di sana. Yang sangat melegakan lagi di kesempatan tersebut kami bertemu Head of Department of Philosophy Mumbai University dan sekaligus mengundang BR Indra Udayana untuk memberikan kuliah umum di sana. Pada kesempatan ini pula, tawaran untuk belajar di Mumbai University dengan program beasiswa mengalir, terutama untuk kursus enam bulan tentang Niti Sastra. Semoga dengan ini semakin banyak anak muda Bali memanfaatkan peluang beasiswa dari international negara manapun berada, karena ke depan networking dan persaudaraan lintas bangsa tidak dapat dihindarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar