Laporan Nyoman Suamba
Dewan Persatuan Pasraman Bali menyelenggarakan Perayaan Gita Jayanti pada hari Minggu tanggal 19 Desember 2010 bertempat di Gedung DPRD Bali Renon Denpasar. Perayaan ini dimaksudkan untuk memperingati Bhagavad Gita disabdakan oleh Sri Krishna (Tuhan yang maha Esa) pada 6000 tahun yang silam di tengah-tengah medan perang Kuruksetra.
Perayaan Gita Jayanti kali ni dihadiri oleh Seluruh Pasraman yang ada di Bali, seperti Seruling Dewata, Bali Homa, Gandi Asram, Ananda Marga, Sradha, Ratu Bagus, Pasraman Blahkiuh, Sakkhi, Buddha Tri Dharma, Penjor Jagatdhita, Art of Living serta masyarakat luas.
Menurut Ketua Panitia Perayaan Gita Jayanti, I Ketut Gerejeg, S.Ag yang inisiasinya bernama Drtatma Das, mengatakan, perayaan ini diawali dengan pelaksanaan Agni Hotra dengan membacakan 700 sloka Bhagavad Gita yang melibatkan berbagai organisasi spiritual dengan menggunakan sembilan kunda dan mempersembahkan berbagai jenis hasil bumi ke dalam api suci guna tercapainya kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini Gerejeg mengatakan, prosesi perayaan ini di prakarsai oleh SAKHI yang diketuai oleh Prabhu Adipurusa. Selanjutnya, kegiatan ini kemudian dilaksanakan oleh Dewan persatuan Pasraman Bali yang diketuai oleh Aripta Wibawa,SH, M.Ag yang inisiasinya bernama Acarya Paramananda Muni Daksa.
Menurut Gerejeg yang juga pioneer dan praktisi senior kesadaran Krishna di Asram Sri-Sri Nitai Gorangga Mengwi, pada saat hari Gita Jayanti ini orang –orang di seluruh dunia biasanya bertirtayatra ke Dharmaksetra yang saat ini disebut sebagai Jyotisar Tirtha dan di tempat tersebut didirikan monumen di mana Sri Krsna sebagai Parthasarati (supir Kereta) dari Arjuna. Di dekat bangunan tersebut juga terdapat sebuah pohon yang umurnya sangat tua yang diyakini sebagai saksi bisu pewahyuan Bhagavad Gita. Orang-orang yang datang ketempat tersebut biasanya melakukan Arati/pemujaan dari pagi, membaca Bhagavad Gita, Shobha Yatra dan juga mimbar Gita.
Menurut Gerejeg yang juga tercatat sebagai karyasiswa di fakultas terkenal di Bali menguaraikan, bahwa perayaan Gita Jayanti ini menceritakan kisah malam sebelum perang Kuruksetra dimulai di mana Maha Rsi Vyasa datang ke Astinapura menemui Drstaratha untuk memberikan wejangan dan kekuatan magis agar Drstaratha yang buta sejak lahir dapat melihat anak-anaknya pada detik-detik terakhir hidup mereka. Namun Drstraratha menolaknya, karena dia tidak sanggup melihat kematian anak-anaknya yang sudah pasti akan terjadi, karena itulah Maha Rsi Vyasa memberikan kemampuan penglihatan batin itu kepada Sanjaya, sais yang setia mendampingi Drstraratha selama perang berlangsung. Dengan anugerah tersebut Sanjaya dapat mengetahui apa saja yang terjadi di medan perang, baik siang maupun malam bahkan Sanjaya mampu membaca pikiran orang-orang dalam medan perang tersebut. Jadi dalam perang Bharata ini ada tiga pribadi yang dapat mengetahui jalannya perang secara lengkap, yaitu Sanjaya, Maha Rsi Vyasa, dan Krshna (Tuhan Yang Maha Esa penyabda Bhagavad Gita.
Menurut Gerejeg sebagai seorang Praktisi Kesadaran Krsna dan penekun spiritual, perayaan ini dimaksudkan sebagai satu rangkaian yang erat kaitannya dengan perayaan hari raya Umat Hindu, yaitu Galungan dan Kuningan sebagai hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Untuk itu kegiatan ini sebagai wujud dan cerminan kemenangan masyarakat Hindu dan kemenangan ini bukan sekedar simbol. Perayaan ini merupakan sebuah aplikasi ajaran agama Hindu sesuai dengan kitab suci Veda. Dan sebagai umat Hindu yang merupakan bagian integral dari umat lain di Indonesia adalah sebuah komunitas intelektual yang memiliki tugas, tanggung jawab serta kewajiban dalam mengaplikasikan ajaran agama sesuai dengan kitab suci Veda.
Pada perayaan kali ini mengambil tema “Melalui Gita Jayanti kita tingkatkan Sradha Bhakti kepada Tuhan dan Memperkokoh Persatuan Menuju Masyarakat Hindu yang Harmonis.” Untuk persiapan acara perayaan telah dipersiapkan semenjak tiga bulan sebelumnya. setelah Homa Yadnya dan pembacaan 700 sloka Bhagavad Gita kemudian dipersembahkan Gaguritan yang dibawakan masing-masing pasraman acara dimulai dari pukul 09.00 pagi kemudian pada acara resminya dipersembahkan tari Panyembrahma sebagai tari pembukaan yang dibawakan oleh anak-anak Asram Gurukula Nitai Gaurangga Asram Mengwi. Acara dilanjutkan dengan Doa Puja Trisandhya, yang dilanjutkan dengan laporan-laporan, kemudian dilakukan manggala carana/pemujaan dan diisi lagu Gita Jayanti. Kemudian ada acara bhajan, yaitu pengulangan nama-nama suci yang terakhir semua peserta undangan dan panitia perayaan sama-sama menikmati prasadam. Ada pun undangan adalah Gubernur Bali, PHDI Pusat DPR , Wali Kota, dan Kanwil Kementerian Bali serta umat Hindu.
Tweet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar