Luh Made Sutarmi
Ajaran agung Gita, berujar dengan manis, "Orang yang berbhakti dengan mantap dan tidak tergoyahkan kepada-Ku, dialah yang amat Kucintai." Berbakti dan berbakti, adalah ikatan hati dengan Tuhan yang Maha Memberi dan selalu berada dalam kasanah peradaban kemanusiaan yang abadi. Lalu setiap kehadiranNya di dunia dimaknai sebagai anugrah karena memberikan luapan kasih kepada baktaNya.
Di ruang yang berjibun kepetingan duniawi, selaksa cahaya masih terus terungkap bahwa hanya dengan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi dapat memenuhi tujuan utama dari kehidupan manusia. Pengetahuan yang seperti itu membuat seseorang menyadari, bahwa ia bukanlah kesadaran badan, tetapi benar-benar mewujudkan kesadaran itu sendiri sebagai perwujudan dari "Being-Awareness-Bliss" (Sat-Chit-Ananda). Ketika kebenaran ini disadari dan dialami, seseorang dibebaskan. Salah satunya adalah dibebaskan dari kabut kebodohan, (Ajnana) bahkan dalam kehidupan ini. Seseorang yang dibebaskan bahkan saat hidupnya, ia dapat menjadi muktha jivan.
****
Dalam ruang ini, menarik membahas tentang kecerdasan interaksi Arjuna dengan Drona pada dimensi pendidikan. “Sukses dapat diprediksi,” kata Guru Drona kepada Arjuna, saat mengajarkan kemahiran memanah. Sebab semua berawal dari sebuah keyakinan yang panjang. Arjuna bengong kemudian menyahut, “Apa alasan Guru, sehingga keberhasilan itu dapat dicapai?” Drona menyahut, “Arjuna, seperti halnya bila engkau mau menuju ke suatu tempat, asalkan telah memilih arah yang benar, maka apakah ditempuh dengan merangkak, jalan kaki, atau berkendaraan kuda, pasti suatu ketika akan sampai di tempat tujuan. Hanya masalah waktu yang membedakan, bukan?”
“Anakku,” kata Drona menambahkan, “Sukses adalah buah dari perilaku, karena itu bila engkau mempunyai perilaku orang sukses, pasti suatu saat menjadi sukses pula. Perilaku adalah buah dari kebiasan. Kebiasaan dimulai dari sikap. Sikap dipengaruhi oleh keyakinan. Dan keyakinan dipengaruhi oleh pengetahuan. Jadi, awalnya adalah pengetahuan. Setiap hari, pengetahuan beredar secara berlimpah ruah di sekeliling dirimu. Kemampuan menangkap pengetahuan, merasakannya, menghayatinya, dan menjadikannya sebagai aksi untuk meraih tujuan, sangat dipengaruhi oleh kecerdasan, oleh karena itu sadarilah kecerdasan dirimu.”
“Para pahlawan perkasa,” kata Guru Drona menambahkan, “Seperti telah diduga, memiliki kecerdasan yang cukup baik. Lebih penting lagi, mereka memiliki kecerdasan yang berimbang. Mereka rata-rata menjalani pendidikan dengan teramat baik. Kalaupun putus sekolah, itu dikarenakan kondisi ekonomi keluarga, bukan karena mereka tidak cerdas. Jadi para pahlawan perkasa ini memiliki kecerdasan intelektual yang baik, Arjuna.”
“Apa ciri mereka,” tanya Arjuna memotong.
Sambil menatap wajah Arjuna, Drona berkata, “Mereka menjadi pahlawan perkasa, karena mereka adalah orang-orang yang tangguh, ulet, sabar, mampu mengendalikan diri, bermasyarakat dengan baik, memiliki keluarga harmonis, dan berbagai hal lain, yang menjadi bukti bahwa mereka memiliki kecerdasan emosional yang baik. Semua dari mereka juga setuju bahwa kehidupan spiritual, pelayanan, dan sedekah adalah hal yang sangat penting. Kebanyakan dari mereka menyumbangkan penghasilan 10 persen atau lebih dari pendapatan kotor. Mereka meyakini Tuhan sebagai sumber pemberi rizki, sebagai pendamping yang tidak kelihatan, atau sering diistilahkan sebagai "silent partner". Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kecerdasan spiritual yang sangat baik.
“Guru, bagaimana caranya kita berusaha agar hidupku bisa berhasil,” tanya Arjuna lagi. Guru Drona berkata, “Jika engkau menanam benih tanpa terlebih dahulu menyiangi dan mempersiapkan ladang sebaik-baiknya, engkau tidak akan memperoleh hasil yang baik. Demikian pula dalam ladang hati kita, jika semua sifat buruk yang bersifat mementingkan diri sendiri tidak dibuang terlebih dahulu, engkau tidak akan memperoleh hasil yang baik.”
Drona menambahkan, “Engkau harus menyadari bahwa rumput liar yang terutama harus dibuang ialah keterikatan dan penyamaan diri dengan badan kasar. Sekarang pun engkau mungkin membayangkan bahwa engkau mencintai Tuhan, tetapi, sekedar memiliki pikiran semacam ini tidak akan memberikan hasil yang berguna bagimu. Sama seperti menanam benih di tanah yang tandus dan tidak dipersiapkan. Yang terpenting ialah engkau harus mengetahui apakah Tuhan mencintaimu. Walau engkau mencintai Tuhan, jika Tuhan tidak mencintaimu, pengabdianmu tidak akan berarti.” Arjuna memahami dan mengangguk setuju. Om Gam Ganapataye namaha.
Tweet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar