Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Rabu, 15 Mei 2019

Mitologi Tentang Anak-Anak Siwa

 Made Budilana

Dalam cerita-cerita yang tertuang dalam Purana, Bhatara Siwa dikisahkan memiliki banyak anak dari perkawinannya dengan berbagai istri. Bahkan kelahiran anaknya sangat unik seperti Bhatara Kala lahir dari Kama Bhatara Siwa yang jatuh di laut. Ada juga kelahiran anaknya karena Bhatara Siwa marah lalu lahirlah Bhagawan Druwasa. Untuk mengetahui kisah lengkapnya, silahkan simak cerita berikut ini.

Dalam kitab Kala Tatwa diceritakan Bhatara Siwa punya anak bernama Bhatara Kala. Konon Bhatara Siwa bersama dewi Uma, istrinya, sedang bercengkerama di laut. Sedang asyiknya menikmati keindahan laut, tiba-tiba birahi Bhatara Siwa bangkit dan langsung menyatakan kehendaknya kepada Dewi Uma. Hasrat Bhatara Siwa itu ditolak oleh Dewi Uma karean perilaku yang demikian itu tidak sesuai dengan perilaku para dewa di kahyangan. Tetapi pada waktu itu Bhatara Siwa membantah pendapat Dewi Uma, karena siapa yang dapat menahan nafsu yang sedang bergelora secara tuntas dan seketika karena nafsu itu timbul dari indriya yang bertemu dengan wisayanya. Karena tidak dapat menahan nafsu, pada saat itu juga kama Bhatara Siwa keluar dengan sendirinya dan jatuh di laut. Setelah itu sebagai Ardanareswari, Siwa dan Uma kembali ke Siwaloka.

Kemudian diceritakan Brahma dan Wisnu memandang laut yang bergelora itu menyaksikan tanda-tanda yang ajaib. Brahma dan Wisnu beryoga. Akibat yoga mereka itu akhirnya kama Bhatara Siwa dapat berkumpul menjadi satu. Tiba-tiba kama itu berubah menjadi raksasa yang sangat besar yang bernama Bhatara Kala. Lalu Bhatara Kala mengeluarkan suara yang keras yang menyebabkan dunia menjadi bergetar dan sorga loka menjadi bergoyang. Para Dewata Nawa Sanga kemudian melaporkan kepada Siwa bahwa Sorgaloka diancam raksasa yang maha besar. Siwa lalu menghampiri Bhatara Kala dan terjadilah percakapan antara Siwa dengan Bhatara Kala. Inti dari percakapan tersebut adalah Bhatara Kala menanyakan siapa orang tuanya. Akhirnya Siwa menyarankan untuk mengetahui orang tua Bhatara Kala, maka Bhatara Kala disuruh memotong taringnya bagian kanan. Setelah Bhatara Kala memotong taringnya yang bagian kanan akhirnya dia mengetahui bahwa Siwa adalah ayahnya.

Cerita ini sering digelar dalam pewayangan di Bali dalam upacara Sapuh Leger atau ruwatan untuk orang-orang yang lahir pada Wuku Wayang.Sedangkan anak Siwa yang lain seperti yang tertuang dalam beberapa kitab Hindu adalah Bhagawan Druwasa, yaitu Bhagawan yang pernah memberikan ilmu Aditya Hredaya pada Dewi Kunti semasa remajanya. Cerita kelahiran Bhagawan Druwasa diawali dari perselisihan antara Brahma, Wisnu, dan Siwa. Akibat perselisihan tersebut menyebabkan Siwa murka dan lepas kontrol membuat dewa-dewa lain undur diri dari hadapan Siwa supaya tidak terkena efek kemarahan Siwa. Karena sulit meredamkan amarahnya, Siwa melampiaskan sebagian rasa amarahnya kepada Dewi Anasuya. Efek dari tindakan Siwa tersebut menyebabkan Dewi Anasuya hamil dan lahirlah seorang anak yang rewel dan pemarah bernama Bhagawan Druwasa.
Sementara anak-anak Bhatara Siwa dalam serat Paramayoga yang dipadukan dengan serat Purwacarita, Bhatara Siwa memilki lima orang anak hasil perkawinannya  dengan Dewi Umayi, yaitu Bhatara Sambu, Brahma, Indra, Bayu, dan Wisnu. Sebenarnya masih banyak lagi cerita tentang anak-anak Siwa. Tapi saya akhiri ceritanya sampai disini dulu. Kalau ada kesempatan, saya akan lanjutkan lagi pada kesempatan berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar