Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Jumat, 10 November 2017

Devprayag: Titik Awal Sungai Gangga

Rasa haru dan syukur, saya panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat kuasaNya saya dapat melakukan dharma yatra ke tanah Bharata, India. Bahkan semua biaya akomodasi dan sebagainya telah ditanggung sepenuhnya. Beginilah ketika Tuhan mewujudkan impian kita, melalui tangan-tangan orang lain.

 Astungkara, sebagairasa syukur ini, saya membagikan pengalaman terutamanya tempat suci yang saya pernah kunjungi selama berada di India. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk seluruh umat Hindu dalam membuka pengetahuan Hindu yang universal. Kali ini saya memaparkan tempat suci Devprayag.

Perjalanan saya mulai dari Rishikesh yang merupakan kota para Rsi dan banyak melahirkan pemikir besar dan nanti saya ulas pada edisi berikutnya. Perjalanan dari Rishikesh menempuh jarak kurang lebih 70 Kilometer dan saya mulai perjalanan ke Devprayag pada awal bulan Oktober 2017. Berangkat dari Gangga Vatika, sebuah tempat di sekitar Sungai Gangga di Rishikesh, padapukul 08.00 menggunakan bus kecil yang memuat kurang lebih 12 orang. Bus ini memang diperuntukkan untuk turis. Kami berangkat 9 orang yang terdiri dari orang Bali, Kendari,dan Medan. Kami sangat akrab dalam perjalanan, karena merasa sama-sama dari Indoensia. Rasa nasionalisme begitu kuat kita rasakan. Perjalanan cukup panjang, kurang lebih menghabiskan waktu kurang lebih 2-3 jam dari Rishikesh.


Sepanjang perjalanan tampak pegunungan Himalaya yang begitu luas. Jumlahnya ratusan bahkan ribuan, dan semua tampak hijau dengan temperatur cuaca 21-25 Celcius. Mata ini pun tak bosan memandang Sungai Gangga yang begitu indah seperti naga berliak-liuk di antara pegunungan Himalaya dan pergunungan Windya-Kedna. Semuanya sangat jelas terlihat dari perjalanan, karena rute perjalanan mengikuti rute Sungai Gangga yang begitu luas. Tidak mengherankan, jika sungai Gangga disebut sebagai sungai terbesar ketiga di dunia dan menjadi sungai suci bagi umat Hindu. Meskipun dalam peradaban masa lalu, sungai Gangga adalah pusat peradaban bangsa arya ketika mengalahkan Dravida, tetapi sampai saat ini sungai Gangga tetap menjadi pusat keyakinan umat Hindu dalam melaksanakan sadhana spiritualnya.

Selama perjalanan saya merasa penasaran sampai dimanakah ujung sungai Gangga ini, apakah berbentuk mata air seperti tirta empul misalnya, atau seperti apa. Rasa penasaran ini membuat rombongan semakin semangat untuk cepat-cepat melihat titik awal sungai Gangga. Tepat pukul 11.00 waktu setempat, kami telah berada di atas sebuah bukit dan bus parkir di pinggir jalan raya utama. Memang agak susah untuk mencari tempat parkir yang ideal, namun di sebelah bus parkir telah tersedia sebuah tempat yang dipersiapkan untuk bersantai atau sekedar melihat ujung awal sungai Gangga dari pinggir jalan, karena untuk menjangkau Devprayag harus turun, tetapi sudah ada tangga yang telah disiapkan, sehingga medanya menjadi mudah untuk mencapainya, apalagi jalanya menurun.

Dibutuhkan waktu 20 menit untuk mencapai Devrayag sebelum mencapai titik awal sungai Gangga saya melewati jembatan yang dibuat dengan kokoh dan di bawah jembatan itu terbentang sungai Alaknanda yang begitu lebar dengan arus yang deras.
Setelah sampai di sisi jembatan terdapat perkampungan yang begitu ramai terdapat pasar, rumah warga, temple-temple, sekolah, asram, tailor, penjual sarana upacara dan seperti perkampungan idealnya. Namun saya  melihat akomodasi pariwisata di tempat itu, seperti hotel, yoga teaching dan lainya. Apakah karena pikiran saya hanya terfokus pada titik awal sungai Gangga yang membuat penasaran atau karena waktu yang begitu singkat, entahlah.

Setelah melewati perkampungan tampaklah yang kita cari selama ini dan menghapus segala bentuk penasaran kita, yaitu titik awal sungai Gangga. Ternyata sungai Gangga itu adalah pertemuan antara sungai Alaknanda dengan sungai Bhagirathi. Secara harfiahnya Devprayag adalah pertemuan kedua sungai yang melahirkan Gangga dan sebagai tempat suci untuk melihat para dewa melalui kedalaman batin. Hal ini tak lepas dari cerita Raja Bhagirath yang menurunkan Gangga dari sorga untuk dibawa ke bumi yang bertujuan untuk menyucikan roh-roh leluhurnya berjumlah 60000 yang terkena kutukan. Agar sungai Gangga yang turun dari sorga tidak menenggelamkan dunia, maka Dewa Siwa yang berstana di Kailash, puncak pegunungan Himalaya menyangga air suci Gangga di ujung rambutnya dan setelah itu baru kemudian dialirkan ke Bumi. Dari campuan inilah kemudian mengalir sungai Gangga yang luar biasa dan telah ada berabad-abad sebagai saksi sejarah peradaban masa lalu, baik sebelum Ramayana, Mahabharata dan sampai saat ini.

Pertemuan dua sungai ini sangat terlihat secara jelas dan tampak secara langsung. Saya pun kemudian menuju ujung campuan untuk melakukan puja kepada Ibu Gangga, “Om Gangga Ma Ya Namaha.” Ketika mata ini terbuka sungai Gangga yang begitu luas tampak mengalir begitu luar biasa dan saya merasakan ketenangan yang tiada tara. Setelah puja saya pun bertanya pada Brahmin disana untuk meminta izin mandi di campuan yang suci dan astungkara saya dan kawan-kawan lainya diberikan izin dengan syarat berhati-hati mengingat arus yang begitu sangat deras.

Tanpa berpikir panjang saya langsung buka baju dan hanya menggunakan kamben yang dibawa dari Bali dan layaknya seperti melukat saya pun melakukan ritual kecil dengan sarana bunga, dupa, dan air yang telah diajarakan dalam Bhagawadgita IX.26. Kemudian memegang rantai besi yang telah disiapkan Saat kaki ini menginjak campuan Gangga, maka sangat terasa airnya begitu dingin. Saya benar-benar merasakan Gletser Alkapuri bertemu dengan Badrinath di campuan Gangga yang luarbiasa. Saya pun seperti anak kecil bermain-main di aliran air yang begitu deras dan bibir ini hanya mengucapkan “Om Gangga Ma Ya Namaha.”

Kemudian setelah naik ke atas, tubuh ini terasa begitu ringan dan begitu plong, wooow, ini sensasinya luar biasa, saya seperti bermimpi bisa mandi di campuan Gangga yang luar biasa dan melihat pegunungan Himalaya yang begitu menjulang tinggi, sangat luar biasa, rasa syukur ini mengobati perjalanan dan penasaran saya selama di perjalanan.

Inilah pengalaman yang luar biasa yang bisa saya bagikan pada umat se dharma, semoga pengalaman ini menginspirasi dan memberikan motivasi untuk mengunjungi peradaban Hindu di masa lalu yang tetap eksis sampai saat ini. Jangan khawatir, kunci utama agar doa terwujud adalah memiliki tujuan terlebih dahulu, lanjutkan berdoa, kemudian lakukan dana punia, astungkara keajaiban datang dari segalapenjuru. Sampai jumpa pada edisi berikutnya.

(Made Surya Pradnya, Dosen Pascasarjana IHDN Denpasar).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar