Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Sabtu, 23 September 2017

Pentingnya Pendidikan Pranikah Hindu

 Dalam sebuah pernikahan kalian disatukan demi sebuah kebahagiaan dengan janji hati untuk saling membahagiakan. Bersamaku engkau akan hidup selamanya karena Tuhan pasti akan memberikan karunia sebagai pelindung dan saksi dalam pernikahan ini. Untuk itulah kalian dipersatukan dalam satu keluarga.
Rgveda X.85.36

Pernikahan atau wiwaha dalam agama Hindu merupakan yadnya dan perbuatan dharma. Wiwaha (pernikahan) merupakan momentum awal dari Grahasta Ashram, yaitu tahapan kehidupan berumah tangga. Tugas pokok dari Grahasta Ashram menurut lontar Agastya Parwa adalah mewujudkan suatu kehidupan yang disebut “YathasaktiKayika Dharma“ yang artinya dengan kemampuan sendiri melaksanakan Dharma. Jadi seorang Grhasta harus benar-benar mampu mandiri mewujudkan Dharma secara professional, sehingga butuh persiapan yang matang oleh seorang Hindu yang ingin menempuh jenjang perkawinan.
Ada dua maksud utama di dalamnya. Pertama, Tuhan memberkati lelaki dan perempuan untuk saling mencintai sebagaimana Dewa Smara dan Dewi Ratih. Kedua, manusia diberi kesempatan untuk bereinkarnasi melalui keturunan yang dihasilkan oleh sepasang lelaki dan perempuan. Itulah sebabnya mengapa melahirkan keturunan masuk dalam prioritas pernikahan bagi masyarakat Hindu di Bali.


Selain itu tujuan dari sebuah pernikahan adalah untuk membentuk sebuah keluarga yang bahagia. Keluarga yang berbahagia kekal abadi dapat dicapai bilamana di dalam rumah tangga terjadi keharmonisan serta keseimbangan hak dan kewajiban antara suami dan istri, masing-masing dengan swadharma mereka. Keduanya (suami-istri) haruslah saling isi mengisi, bahu membahu membina rumah tangganya serta mempertahankan keutuhan cintanya dengan berbagai “seni” berumah tangga, antara lain saling menyayangi, saling tenggang rasa, dan saling memperhatikan kehendak masing-masing. Mempersatukan dua pribadi yang berbeda tidaklah gampang, namun jika didasari oleh cinta kasih yang tulus, maka itu akan bisa dijalani dengan baik.
Dalam pandangan Filsafat Hindu, perkawinan seperti segitiga di manaTuhan berada di puncak segitiga,sementara itu suami dan istri berada di sisi-sisi sudut yang menjadi dasar dari segitiga. Selama pasangan berada di dasar, ada pemisahan yang besara ntara mereka. Namun, ketika mereka mulai bergerak menuju Tuhan bersama-sama, maka jarak antara mereka akan berkurang dan menjadi tidak berjarak lagi di saat mencapai Tuhan. Bersatu dalam Dia selamanya dalam sukacita.
Seperti Swami Vivekananda mengatakan, kita harus menyadari bahwa pria dan wanita adalah dua sayap burung yang sama, sehingga seorang pria dan wanita harus bekerja bersama-sama untuk mencapai kehidupan yang harmonis dalam hakekat kesetaraan yang sejati, yaitu pria dan wanita adalah bagian yang sempurna untuk membuat keseluruhan yang sempurna.
Mengingat masa grahasta asrama itu ternyata paling rumit dan sulit di antara masa kehidupan yang lainnya, maka sebaiknya para pemuda dan pemudi Hindu, terlebih dulu mengetahui dan memahami secara mendalam dan mantap tentang hal itu, guna sebagai bekal untuk memasuki jenjang grahasta asrama, sehingga pendidikan pranikah sangat dibutuhkan untuk pemuda dan pemudi Hindu yang ingin melanjutkan ke jenjang pernikahan.
Pendidikan pranikah merupakan suatu bentuk pendidikan bagi para pasangan yang akan menikah dengan tujuan untuk mempersiapkan pasangan dalam memasuki hidup pernikahan. Ada pun isi dari pendidikan pranikah berupa informasi pengetahuan dan pelatihan ketrampilan dasar terkait dengan aspek-aspek yang diharapkan dapat memperkuat relasi pasangan agar mampu mempertahankan hidup pernikahan mereka

Mengapa Pendidikan Pranikah Diperlukan
Diketahui bahwa perceraian umumnya dikarenakan pasangan tersebut tidak siap menghadapi tantangan yang muncul dalam hidup pernikahan. Menilik angka perceraian di Indonesia terlihat bahwa rata-rata perceraian setiap tahunnya sebesar 12,99 persen dan terdapat kecenderungan bahwa angka perceraian ini meningkat tiap tahunnya. Berarti dalam satu hari rata-rata menjadi 959 kasus perceraian, atau 40 kasus perceraian setiap jamnya. Bali memiliki peringkat ke 11 angka perceraian secara nasional dengan rata-rata dua perceraian terjadi setiap harinya.
Ketidaksiapan para pasangan disebabkan kurangnya pengetahuan mereka tentang hidup pernikahan, yang sebenarnya memang belum mereka jalankan. Sehingga ketidaktahuan ataupun ketidaksiapan mereka pada dasarnya dapat dipahami mengingat pengetahuan tentang peran sebagai suami ataupun istri memang perlu dipelajari.
Para pasangan yang telah memutuskan untuk menikah akan mendapat bekal, baik berupa pengetahuan seputar hidup pernikahan ataupun keterampilan-keterampilan yang diharapkan dapat dimanfaatkan dalam membangun relasi yang lebih baik dengan pasangan dan anggota keluarga yang lain. Pengetahuan dan keterampilan tersebut mencakup. Tujuan dan landasan pernikahan menurut Hindu, memahami peran dan tanggung jawab sebagai suami atau istri, cara komunikasi yang efektif, resolusi konflik, pengasuhan dan pendidikan anak, pengaturan finansial, pengenalan karakter pribadi dan pasangan serta upacara penjelasan upacara yadnya dari pernikahan sampai lahirnya seoranganak. Dengan kata lain, pendidikan pranikah diharapkan mampu membantu para pasangan untuk membangun fondasi yang kokoh bagi kehidupan pernikahan yang akan dijalankan oleh para pasangan, sehingga setiap konflik yang muncul dapat di atasi dan perceraian pun dapat dihindarkan. Bentuk pendidikan pranikah secara garis besar disampaikan dalam bentuk seminar, konsultasi pranikah, dan program pendampingan pasangan.

Pelaksanaan Kursus Pranikah
Akan sangat baik kegiatan ini dilakukan di ashram-ashram dan jugageria-geria para sulinggih, dan dijadikan sesuatu yang wajib sebelum menjalankan kehidupan grahasta ashrama. Komunitas Sadar Sehat mencoba memulai ini dengan bekerjasama dengan sebuah Geria di Mengwi, yaitu Geria Agung Batur Sari dengan mengawali kegiatan dengan mengadakan penyuluhan kesehatan reproduksi untuk Siswa SMA dan sekehe teruna-teruni dan khususnya dari anggota STT yang sudah cukup umur dan sudah merencanakan akan menjalani kehidupan grahasta kita arahkan untuk menjalani pembekalan pendidikan pranikah di Geria. Untuk pelaksanaanya nanti kami akan mendatangkan fasilitator selain dari Sulinggih, juga dari dokter, praktisi kesehatan masyarakat dan juga dari psikolog. Untuk keterangan lebih lanjut bisa tanyakan langsung ke email kami di dr.kefani@gmail.com. (kef)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar