Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Rabu, 24 April 2013

Dharma Paling Luhur Adalah Mengikuti Kebenaran

A.A. Gede Raka

Suatu kali ketika Dharmaraja dan Draupadi sedang berada dalam pembuangan, mereka berjalan-jalan di hutan. Pada waktu itu Draupadi melihat suatu buah yang sangat besar di atas sebatang pohon. Ia ingin mendapatkan buah itu karena akan merupakan santapan yang mewah bagi Pandava bersaudara. Dharmaraja menanggapi keinginan Draupadi lalu memanah buah itu hingga jatuh. Kemudian ia berusaha mengangkatnya, tetapi tidak berhasil karena sangat berat. Sementara itu Arjuna datang dan mencoba mengangkat buah tersebut. Dharmaraja dan Draupadi berusaha membantunya, tetapi mereka bertiga tetap tidak mampu mengangkatnya. Sementara itu Bhima, Nakula, dan Sahadewa tiba. Bhima mencemooh, ”Agak mengherankan kalau adikku Arjuna yang dapat mengangkat gandiwa tidak mampu mengangkat buah yang sekecil itu. Mungkin gandiwa itu terbuat dari….” Mula-mula Bhima mencoba mengangkat buah itu secara sambil lalu hanya dengan satu tangan, tetapi buah itu tidak bergerak. Ia menjadi serius dan menggunakan kedua tangannya, tetapi gagal. Mereka berenam berusaha mendorong dan menarik buah itu, tetapi tetap saja tidak berhasil.

Nah, ada kisah di balik buah yang luar biasa ini. Di hutan itu tinggallah seorang pertapa bernama Romarishi. Secara harfiah namanya berarti ‘yang panjang rambutnya’. Rambut sang resi telah menyebar ke segala tempat. Ialah yang memelihara pohon ini dan melakukan tapa brata yang keras untuk mendapatkan buahnya. Buah ini dikenal sebagai amrutapala. Orang yang memakannya akan bebas selamanya dari lingkaran kelahiran dan kematian. Itulah sebabnya Romarishi ingin memperolehnya. Ketika Pandava bersaudara berusaha keras mengangkat buah itu, Romarishi merasa terganggu karena rambutnya terinjak-injak. Ia sadar bahwa ada orang yang mencoba mencuri buah itu dan ia menjadi berang. Rambutnya yang tergerai sangat panjang mulai bergerak mencari Pandava dan mengikat mereka. Draupadi katakutan melihat gulungan-gulungan rambut datang mendekat. Ia berdoa, ”Oh,Krishna, selama ini Paduka selalu melindungi kami. Paduka harus datang menyelamatkan kami lagi. Selain Paduka, kami tidak mempunyai perlindungan lain.”

Sebagai tanggapan atas doa Draupadi, Krishna muncul sambil tersenyum. Beliau datang dengan suatu muslihat yang akan menyelamatkan Pandava dari murka Romarishi. Beliau berkata, ”Jika kalian ingin diselamatkan, kalian harus menaati perintah-Ku secara mutlak.” Kemudian Dharmaraja berkata, ”Krishna! Pernahkah kami tidak menaati perintah Paduka? Kami siap sedia melakkan apa saja yang Paduka katakan.” Kemudian Krishna berkata, ”Dharmaraja! Tidak banyak waktu yang dapat dilewatkan. Engkau tidak bisa lagi tetap tinggal di sini. Aku akan segera pergi ke ashram Romarishi. Kalian menyusul ke sana setelah lima menit. Apa pun yang terjadi di sana, tetaplah tutup mulut dan diam.”

Sementara itu Romarishi luar biasa marahnya. Ia akan mengutuk para pencuri. Tepat pada saat itu Krishna masuk ke ashramnya. Romarishi bergegas menyambut Sri Krishna. Ia bersujud di kaki Beliau seraya berkata, ”Swami, betapa mujur dan beruntungnya saya karena Paduka mengunjungi tempat tinggal saya yang sederhana.” Kegembiraan sang resi meluap-luap. Sementara itu Pandava bersaudara tiba di pertapaan sang resi sesuai dengan rencana Sri Krishna.

Krishna yang sedang asyik bercakap-cakap dengn sang resi berpura-pura baru saja melihat kedatangan Pandava. Perhatian Tuhan selalu terpusat kepada bhakta Beliau. Begitu Krishna melihat Pandava, Beliau langsung bersujud dengan sangat hormat di hadapan mereka satu demi satu. Beliau bahkan bersujud di kaki Draupadi. Pandava bersaudara merasa sangat malu, tetapi karena mengingat perintah Sri Krishna, mereka tidak berkata apa-apa.

Melihat kejadian ini sang resi merasa heran dan bingung. Ia berpikir, ”Krishna adalah seorang Avatar dan Beliau bersujud di hadapan orang-orang ini. Pasti orang-orang ini lebih hebat dari Beliau.” Karena itu, sang resi mengikuti contoh Sri Krishna dan ikut bersujud di kaki Pandava bersaudara satu demi satu. Setelah bersujud, ia tidak dapat lagi mengutuk orang yang telah disambutnya dengan salam hormat.

Kemarahan sang resi segera lenyap. Kemudian Romarishi bertanya kepada Sri Krishna, ”Swami, apa makna segenap misteri ini? Tiada yang lebih mulia dan lebih hebat daripada Paduka, akan tetapi Paduka bersujud di hadapan orang-orang ini, Apa makna yang terkandung dalam hal ini?” Krishna tersenyum dan berkata, ”Oh resi yang mulia, Aku bersemayam dalam hati para bhakta-Ku. Aku adalah tawanan bhakta-Ku. Pandava bersaudara ini luar biasa besar bhaktinya kepada-Ku. Dalam keadaan apa pun mereka tidak pernah melupakan Aku. Aku dikuasai oleh bhakta semacam itu.”

Sang resi menyadari kehebatan Pandava lalu berkata, ”Silakan ambil buah ini, saya tidak memerlukannya. Buah itu lalu dipotong oleh Draupadi dan dipersembahkan seiris kepada Sri Krishna. Krishna berkata, ”Tidak tahukah engkau kalau Aku tidak makan buah? Tidak hanya pada waktu itu, sekarang pun Aku tidak makan buah-buahan.” Kemudian Draupadi mohon kepada Sri Krishna agar setidak-tidaknya Beliau menyentuh buah itu sehingga mereka dapat memakannya sebagai prashadam ‘makanan yang telah dipersembahkan kepada Tuhan’.

Romarishi terharu melihat kasih Sri Krishna kepada bhakta Beliau sehingga ia menitikkan air mata bahagia. Krishna berkata kepada sang resi bahwa hidupnya telah mendapatkan pemenuhan. Kemudian Beliau menumpangkan tangan pada sang resi yang kemudian menunggal dengan Beliau.

Melihat ini, Pandava bersaudara pun mohon agar dianugerahkan kemanunggalan. Mereka berkata, ”Swami, kami sudah tidak mempunyai keinginan apa-apa. Kami sudah mengalami segala hal dalam hidup ini. Mohon kami juga dianugerahi kebebasan.” Kemudian Sri Krishna berkata, ”Peran kalian dalam drama kehidupan ini belum selesai.Kalian masih harus mencapai banyak hal lagi.”

Suatu drama terdiri atas banyak adegan. Seorang aktor tidak dapat meminta agar sutradara membebaskannya setelah adegan pertama selesai. Ia tidak dapat pergi sebelum seluruh adegan drama selesai. Krishna berkata kepada Pandava, ”Masih banyak hal yang harus dicapai dalam kehidupan ini. Kalian harus memberi teladan kepada dunia dan dharma harus ditegakkan. Bagaimana kalian dapat meninggalkan dunia tanpa menyelesaikan tugas yang telah diserahkan kepada kalian? Setiap manusia lahir untuk memahami dan menghayati kebenaran. Apa guna kelahiranmu sebagai manusia, jika engkau tidak mencapai hal ini. Mainkan peranmu secara sempurna dalam drama kehidupan ini.” Sambil berkata demikian, Krishna pun menghilang.

Kini tidak seorang pun menyadari keluhuran satya ‘kebenaran’ dan dharma ‘kebajikan’ Siapa saja yang mengikuti jalan kebenaran dan kebajikan tidak akan pernah dibiarkan menderita. Karena itu, ikuti jalan kebenaran. Jangan memberi peluang pada kebohongan, ketidakbenaran, dan ketidakadilan. Kebenaran dapat mengubah bumi menjadi langit dan langit menajdi bumi. Oleh karena itu, anggaplah kebenaran sebagai nafas hidup dan hayati kebahagiaan jiwa dari hal itu. Inilah pendidikan yang seharusnya dipelajari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar