Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Senin, 04 Maret 2013

Peradah Jawa Tengah Seminarkan Pancasila

Laporan Made Widhi dan Kadek Rahayu

Dewan Pimpinan Provinsi Peradah Indonesia Jawa Tengah sebagai wadah berhimpunnya pemuda Hindu di Jawa Tengah, pada bulan November 2012 lalu mengadakan kegiatan seminar nasional bertajuk "Pancasila Menjawab Tantangan Zaman". Tujuan dalam pelaksanaan seminar nasional ini adalah agar pemuda dapat memahami kembali pentingnya nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi dan pandangan hidup dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pancasila merupakan sebuah karya-cipta bangsa Indonesia yang mengagumkan, karena Pancasila terbukti mampu menjawab kebutuhan akan sebuah cita-cita, falsafah hidup, pandangan hidup dan tata nilai serta prinsip-prinsip bernegara bagi bangsa besar seperti Indonesia. Pancasila juga telah berkali-kali menjadi jalan keluar dari berbagai kebuntuan politik terkait dengan berbagai perbenturan yang lahir dari keragaman ideologi, budaya, agama, suku dan kepentingan.

Pancasila juga meneguhkan komitmen pada nilai-nilai universal seperti humanisme, keadilan, solidaritas sosial, kerakyatan, peradaban dan demokrasi. Nilai-nilai yang diperjuangkan secara internasional ini tentu memadai bagi terwujudnya sebuah bangsa yang memiliki masa depan peradaban yang cerah. Pendiri bangsa ini dengan sangat cemerlang mampu menyepakati pilihan yang pas tentang dasar negara sesuai dengan karakter bangsa, sangat orisinil, menjadi sebuah negara modern yang berkarakter religius pada nilai-nilai luhur universal, tidak sebagai negara sekuler juga tidak sebagai negara agama.

Namun demikian, Pancasila tidak lantas dipahami, dihayati dan diamalkan secara baik oleh bangsa ini. Perwujudannya dalam dunia nyata mengalami pasang surut. Demikian juga dengan pamor Pancasila itu sendiri. Kadang kala ia dianggap penting, kadangkala disakralkan, kadangkala bahkan dilupakan dan diabaikan. Semenjak Reformasi dikumandangkan, Pancasila sedang mengalami masa surut, akibat sekian lama ia menjadi alat dan simbol penindasan Orde baru. Ia seakan-akan menghilang dari ruang publik baik dalam wacana intelektual maupun dalam perumusan kebudayaan, politik dan ekonomi. Pancasila tidak pernah disebut-sebut sebagai faktor penting dalam menentukan arah Reformasi kita.

Arus globalisasi menjadi salah satu penyebab menurunnya nilai-nilai Pancasila. Sebab, arus informasi dan perkembangan teknologi seolah-olah telah menyatukan manusia sebagai bagian dari arus globalisasi. Turunnya nilai-nilai Pancasila ini juga dipengaruhi oleh euforia reformasi yang berlangsung sejak 1998. Sejak tahun ini, jarang sekali disinggung tentang ideologi dasar negara Indonesia tersebut. Oleh karena itu, Peradah Indonesia DPP Jawa Tengah melaksanakan seminar nasional tersebut.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah) Indonesia, Wayan Sudane mengatakan, penurunan nilai-nilai tersebut menjadi tantangan bagi generasi muda sekarang untuk merekonstruksi pemahaman Pancasila. ”Merekonstruksi pemahaman Pancasila menjadi tanggung jawab generasi muda supaya mereka tidak lupa ruh Pancasila yang sakral dan sakti,” kata Wayan dalam seminar nasional ”Pancasila Menjawab Tantangan Zaman” di Hotel Dafam, Semarang, Jawa Tengah pertengahan November 2012. Prof. Eko Budihardjo, Msc mengatakan, kemunduran nilai-nilai Pancasila pada saat ini membuat dirinya risau. Kemunduran ini salah satunya bisa dilihat dari adanya ketimpangan hidup dalam masyarakat. ”Waktu ada pameran mobil mewah di Jakarta, banyak orang memesan. Padahal masih banyak masyarakat kita yang masih sengsara dan ini menunjukkan adanya ketimpangan yang sangat jauh,” katanya.

Selain itu, pengaruh globalisasi juga menyebabkan kota-kota di Indonesia saat ini semakin berwajah Barat lewat bentuk bangunan yang serba kotak tanpa adanya sentuhan keunikan lokal. Padahal keunikan lokal tersebut merupakan warisan budaya yang sangat luar biasa. ”Kaum muda jangan silau melihat perkembangan Barat, karena sesungguhnya di seluruh pelosok tanah air kita tersimpan kearifan lokal yang luar biasa dan sangat beragam,” katanya.

Sementara dalam materi “Merekonstruksi Pemahaman Pancasila,” Sudaryanto menambahkan, carut-marut kehidupan masyarakat di bidang pendidikan, ekonomi, budaya, dan politik disebabkan oleh kebijakan para pemimpin. Tujuan dari merekonstruksi ini adalah untuk meneguhkan kembali konsensus dasar pendirian negara dan memperkuat kembali posisi Pancasila sebagai universum simbolicum bangsa Indonesia. Hal ini supaya Pancasila sebagai dasar negara dapat secara efektif dioperasikan.

Dengan diselenggarakan seminar nasional DPP Peradah Jawa Tengah bertajuk "Pancasila Menjawab Tantangan Zaman" diharapkan kepada pemuda Hindu khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya dapat memahami pentingnya nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi dan pandangan hidup dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Juga mampu mengkontekstualisasikan nilai-nilai ketuhanan yang menghormati prinsip-prinsip kemanusiaan, terpeliharanya persatuan dalam keberagaman, menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dalam semangat permuswaratan sehingga apa yang menjadi cita-cita para pendiri bangsa dalam pembukaan UUD 1945 menuju keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dapat kita wujudkan bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar