Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Senin, 25 Juni 2012

Mencari Solusi Entaskan Permasalahan di Karangasem


Para perantau asal Kabupaten Karangasem yang terhimpun dalam wadah Sekar (Semeton Karangasem) melangsungkan kegiatan darmasanthi dan dharmatula pada Jumat, 4 Me1 2012 lalu bertempat di Hotel inna Grand Bali Beach, Sanur, Denpasar. Acara yang dimulai sejak pagi ini selain untuk mengikuti Dharma Santhi usai perayaan Nyepi, juga untuk menjaring berbagai ide dan pemikiran untuk kemajuan pembangunan di Karangasem.



Ketua Forum Sekar, Prof. Dr. Nyoman Suparta pada kesempatan itu mengatakan, acara dharmasanti ini merupakan acara rutin yang diselenggarakan Forum Sekar pada tiap tahunnya, namun tempat pelaksanaannya yang selalu berbeda beda. “Pada kesempatan ini kami Forum Sekar, yaitu Semeton Karangasem melaksanakan dua acara sekaligus, yaitu darmasanthi dan dharmatula. Acara ini dimaksudkan untuk memetik hikmah dari perayaan Nyepi, sehingga ada hal-hal yang baik diingatkan oleh pendharmawacana sebagai introspeksi diri atau mulat sarira kemudian dharma tula dimaksudkan secara khusus membahas masalah-masalah yang ada di Karangasem,” jelas Nyoman Suparta. Ia menambahkan, bahwa semeton Karangasem seringkali berkumpul untuk mencari solusi-solusi di dalam merumuskan pemecahan masalah-masalah yang ada di karangasem. Untuk nantinya pemikiran-pemikiran itu disumbangkan ke Pemkab Karangasem maupun bagi masyarakat Karangasem secara menyeluruh.

Menurut Prof. Suparta, pertemuan ini sifatnya independen dan tidak pilih kasih, artinya forum ini tidak terlibat dalam kegiatan partai. “Karena kita bukan simpatisan partai tertentu, jadi siapa pun yang menjadi bupati Karangasem, baik si A atau si B, maka kami wajib untuk memberi masukan karena masukan ini penting dalam mewujudkan pembangunan dan mengentaskan kemiskinan,” tambahnya. Oleh karena itulah, kemudian nampak acara diskusi pada hari itu dikemas sedemikian rupa dengan terbuka untuk mengesampingkan adanya kesan sesuatu yang rahasia atau ditutup-tutupi. Diskusi ini sengaja dibuka dengan model rembug, sehingga cepat membangkitkan semangat dalam memberikan sumbang sih pemikiran. Menurut rencana, untuk selanjutnya apa yang diputuskan dalam pertemuan ini akan dijadikan laporan dalam bentuk sebuah buku yang akan diserahkan kepada Bupati Karangasem.

Bupati Karangasem, I Wayan Geredeg, SH., yang hadir dalam kesempatan itu di sela-sela acara mengatakan, bahwa Forum Sekar sangat penting artinya bagi masyarakat Karangasem, karena Sekar sudah menjadi mitra pemerintah, apalagi saat ini beberapa pengurus Sekar merupakan Tim Ahli dari Pemkab Karangasem,“ sebut Geredeg. Sejumlah tokoh Karangasem yang nampak hadir pada acara tersebut di antaranya, Prof. Dr Made Sukarsa yang juga Rektor Warmadewa, Rai D Mantra (Walikota Denpasar), Dr. I Gusti Ngurah Sudiana (Ketua PHDI Bali), Bagus Sudibya (Pengusaha Pariwisata), Prof. Dr. Nengah Dasi Astawa (Guru Besar Undiknas), dan anggota Sekar lainnya yang bersal dari berbagai profesi.

Menurut Prof. Nyoman Suparta, darmasanthi ini adalah khusus pertemuan para tokoh-tokoh karangasem dan setelah ini nanti rencananya juga akan digelar pertemuan antarmassa Karangasem. Konteksnya pertemuan ini dalam kaitannya dengan agama Hindu adalah bagaimana momen baik ini sebagai kesempatan menyampaikan dharma, sehingga melalui momen dharmasanthi dan dharmatula dapat ditemukan manfaat baik, bagaimana cara berpikir yang baik dan dengan demikian dapat mewujudkan sesuatu yang baik.

Menurut koordinator acara, yaitu Prof. Dr. Nengah Dasi Astawa mengatakan, acara dharmasanti sebenarnya acara yang spesial bagi umat Hindu. Menurutnya, memang kesannya perayaan ini di adakan berselang jauh dari perayaan Nyepi, akan tetapi yang namanya perayaan tidak ada istilah terlambat untuk merayakannya, karena di Bali tiap saat ada perayaan yang bermanfaat bagi Bali dan seluruhnya karena perayaan itu adalah hari suci. Menurutnya yang terpenting adalah proses kontemplasi dengan warga Sekar yang ada di rantau berlangsung lancar. Kemudian yang kedua bagaimana momen ini bertujuan memberikan kontribusi bagi Karangasem dan pemerintah khususnya dalam rangka mencarikan solusi bagi perbaikan masyarakat Karangasem dan mewujudkan pembangunan daerah, khususnya pembangunan Karangasem, sehingga terwujud mental spiritual yang baik.

Mengenai keberadaan Forum Sekar menurutnya adalah, bagaimana supaya forum ini benar-benar bisa bermanfaat bagi masyarakat luas, sehingga untuk itu para anggota Sekar dimanapun tempatnya perlu proaktip dalam melakukan kajian-kajian mengenai fenomena yang tengah terjadi di masyarakat Karangasem khususnya. Yang terpenting adalah bagaimana momen ini bisa dimanfaatkan oleh Sekar supaya bisa memberikan solusi, bagaimana mengantisipasi masalah-masalah pemuda yang terjadi di Karangasem supaya dapat diantisipasi sedini mungkin.

Menurut Dasi Astawa, strategi Sekar ini adalah ikut berpartisipasi membangun Karangasem dari aspek luar, supaya benar-benar dapat diketahui dari luar. Kiprah Sekar semestinya tidak saja diketahui oleh kalangan internal saja, melainkan pentingnya kinerja Sekar bisa diketahui oleh masyarakat Karangasem secara luas. Untuk mencapai hal ini, maka caranya adalah dengan ikut mengentaskan kemiskinan, terutama dalam konteks gagasan, karena gagasan sangat mahal sekali nilainya. Termasuk dalam bidang pendidikan.

Dasi Astawa juga menyinggung masalah desa pakraman. Menurutnya setiap desa pakraman memiliki wilayahnya masing-masing dan mempunyai otoritas sendiri-sendiri. Dengan demikian dipersilakan mereka berkembang sesuai potensi dan kekhasan desa masing-masing. “Desa pakraman itu merupakan suatu kearipan lokal yang termahal dan terbaik,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu ia juga memaparkan berbagai kalangan yang hadir pada acara ini yang berasal dari segala aspek lapisan masyarakat, mulai dari akademisi, profesional, pengusaha, buruh, tani semuanya hadir, termasuk penggiat sosial kebudayaan. “Saya rasa inilah sebagai bentuk partisipasi kebhinekaan bagi warga Karangasem dan wilayahnya yang terjadi dalam forum ini. Dan ini bentuk motivasi solidaritas sosial, di mana kegiatan sosial itu tidak hanya dilakukan dengan fasilitas dan finansial saja, melainkan dalam bentuk aksi kegiatan seperti ini,” imbuhnya.

Ia berharap, momen dharmasanti dan dharmatula ini sebagai momen pencerahan dan sekaligus di sisi lain momen ini diharap dapat memberi sulusi dalam konteks pembangunan sumber daya manusianya. Acara ini juga menurutnya tidak bisa dilepaskan dengan spirit Hindu. Karena dalam konteks Hindu, setiap kegiatan adalah merupakan suatu proses aspek pencerahan. Dan dalam Hindu pentingnya pembangunan mental spiritual tidak saja dilakukan melalui upakara dan upacara, karena kehidupan ini penuh dengan persaingan global maka umat Hindu juga perlu mengisi dirinya dengan kegiatan pembangunan dan debat. “Karena Hindu di Bali erat kaitannya dengan situasi pembangunan dan mendambakan lingkungan yang sangat harmonis dan adaptif, maka untuk mewujudkan maksud kebaikan tersebut ke depan, tentulah umat Hindu harus berbuat banyak. Salah satunya berkarya melalui Forum Sekar,” pungkas Guru Besar Undiknas ini.
(Suamba)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar