Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Senin, 25 Juni 2012

Hindu dan Umat Manusia di Masa Depan

Ngurah Parsua

Umat manusia di masa depan tidaklah berlebihan, bila dikatakan ditentukan oleh apa terjadi dan diperbuat sekarang. Hindu dianut oleh sebagian umat manusia di dunia. Bila dikatakan secara sederhana, Hindu ikut menentukan umat manusia di masa depan, bersama keyakinan dan faham lainnya. Bukan saja karena jumlahnya cukup signifikan, juga pesannya yang positif, sangat mengarahkan penganutnya, menjadi manusia mencintai perdamaian.

Sutan Takdir Alisyahbana mengakui hal itu. Sehingga Takdir membuat semacam ‘’Pusat Seni’’ bertempat, di Toya Bungkah, di kaki gunung dan di tepi danau Batur yang permai. Diharapkan dari tempat itu, dapat menyebar ke seluruh dunia. Nuansa kebudayaan ekspresif Bali yang halus dan kaya dengan pesan perdamian. Tempat itu memang disinggahi wisatawan dari seluruh dunia. Kegiatan dilakukan di tempat pusat seni itu, meliputi; seminar, pameran, pertunjukan berbagai seni, dan sejenis itu. Memang datang dan singgah untuk menginap, wisatawan berasal dari berbagai belahan dunia.

Hindu memang kaya dengan filosofis, seni dan budaya serta amanat-amanat penuh makna. Misalnya, seperti, tat wam asi; bila diterjemahkan dan ditafsirkan secara bebas, kurang lebih, maknanya: ‘’Engkau adalah aku’’. Sebelum kita menjatuhkan kebencian kepada seseorang, sebaiknya, terlebih dahulu berempati, bagaimana kalau kita berposisi seperti dia? (Dalam kesalahan, berdosa, miskin, lemah dan sejenis itu). Pertimbangan empati seperti itu, perlu diperhatikan. Bermaksud mengurangi rasa ‘’ego’’, musuh terbesar manusia justru bercokol di dalam diri manusia. Itulah yang konon dikatakan ego. Rasa keakuan yang sering membawa bencana, kepada diri manusia itu sendiri. Ini diajarkan pula oleh Hindu.

Sehingga dengan demikian, memberi hukuman hendaklah, tidak berdasarkan pada kebencian. Tat twam asi, pesan yang memberi kesan: ’’Jangan membenci dan jangan menyebarkan kebencian’’. Sebaliknya, shanti adalah kunci hidup diajarkan Hindu. Shanti bermakna damai dan damai.

Seiring dengan hal itu, tanpa kekerasan, ‘’Ahimsa’’ tidak melakukan kekerasan adalah jalan untuk mencapai tujuan hidup. Hindari kekerasan, bunuh-membunuh, sehingga sering diperdengarkan kata-kata: ‘’Kita semua adalah bersaudara.’’ Di dalam doa, ada juga yang memanjatkan doa, kepada Betara Swadiaya.’’ Semoga semua hidup berbahagia’’. Jelas sekali, penulis kira tak ada menyebutkan rasa benci kepada siapa pun. Perintah untuk memerangi keyakinan lain, suku, ras, etnis, bangsa bahkan kepada orang atheis pun. Tidak diperintahkan untuk memusuhi dan membencinya. Semua adalah ciptaan-Nya. Sebaliknya bukan berarti harus lemah menghadapi ancaman, tantangan dan rintangan.

Hindu menyadari bahwa, dunia tak mungkin harus dihuni oleh satu keyakinan yang seragam. Di bawah satu ego yang maha dahsyat. Karena itu, Hindu memahami betul arti Bhineka Tunggal Ika, beserta isinya, secara luas dan mencapai kepada sejarah dan filosofisnya. Dipesankan, untuk sangat toleran kepada faham lain yang hidup di dunia, selama secara moral dan etika kehidupan berperikemanusiaan dan berbangsa, dapat dipertanggungjawabkan.

Sedangkan kata yang paling dahsyat, rasionil dan merupakan kenyataan sebenarnya adalah makna kata Shanti (damai). Apabila semua tindakan manusia bertindak berdasarkan kasih, maka tujuan hidup shanti sangat dekat. Hidup di dunia bagaikan hidup di sorga, damai dan sejahtra. Tuhan menciptakan kehidupan untuk mencapai hal seperti itu. Hindu telah memikirkan hal itu, sehingga kata kunci pesannya antara lain: Tat twam asi, ahimsa, toleransi dan shanti.’

Di dalam buku berjudul, ’’The future of humanity’’ (Two Dialogues between J. Krishnamurti/David Bohm, 2003), David Bhom menyatakan: ’’Apakah masa depan umat manusia?’’ Pertanyaan ini sekarang menjadi perhatian vital setiap orang, oleh karena sains dan teknologi modern, jelas terlihat membuka kemungkinan-kemungkinan yang hebat untuk penghancuran. Dalam hal ini, penyebabnya kemungkinan adalah mentalitas umat manusia, pada umumnya sekarang, mewarisi pikiran yang kacau.

Bahkan dikatakan, ‘’Tidak pernah berubah secara mendasar’’. Mungkin keadaan ini telah berlangsung, jauh sebelum saat sekarang. Maka perlu ada pengkajian mendalam sampai ke akar kesulitan. Diharapkan dari sini manusia berbelok arah, dari jalan dianggap sangat berbahaya, seperti keberadaan yang sekarang.

Menurut J. Krishnamurti, waktu psikologis, atau ‘proses menjadi’ adalah sumber dari arus destruktif yang membahayakan masa depan umat manusia. Namun, mempermasalahkan waktu secara ini, berarti mempermasalahkan pula memadai-tidaknya pengetahuan dan pikiran sebagai cara, untuk menggarap masalah-masalah ini. Jika pengetahuan dan pikiran tidak memadai, apakah yang sesungguhnya dibutuhkan? Pada gilirannya, ini membawa masalah apakah bathin itu dibatasi oleh otak manusia, dengan segala pengetahuan yang telah dikumpulkan selama berabad-abad. Pengetahuan ini, yang pada saat ini, mengkondisikan kita secara mendalam, telah menghasilkan sebagai buahnya suatu program yang bersifat merusak-diri-sendiri, yang di dalamnya terlihat otak terperangkap tanpa berdaya.

Jika batin dibatasi oleh otak yang berada dalam keadaan seperti itu, maka masa depan umat manusia sungguh mengkhawatirkan. Namun Krisnhamurti tidak menganggap keterbatasan ini, sebagai tidak dapat dihindarkan. Alih-alih ia menekankan bahwa bathin pada dasarnya bebas dari bias yang inheren, di dalam otak yang terkondisi, dan bahwa melalui pencerahan yang muncul dengan perhatian-tanpa-arah-dan-tanpa-pusat yang sebenarnya, bathin dapat mengubah sel-sel otak dan melenyapkan pengkondisian yang destruktif. Jika ini benar, maka sangat penting adanya perhatian, terhadap apa yang penulis paparkan tentang kekayaan ajaran rohani dan perilaku Hindu, menuju kepada perdamaian. Di mana umat manusia di masa depan, tidak seperti bayangan saat ini. Pikiran yang salah satunya berwajah destruktif, menghancurkan manusia itu sendiri.

David Bohm menyatakan, ‘’Pada titik ini, ada manfaat dikemukakan bahwa penelitian modern mengenai otak dan sistem syaraf. Sesungguhnya telah memberikan cukup banyak dukungan kepada, pernyataan Krisnhamurti bahwa pencerahan dapat mengubah sel-sel otak. Misalnya, sekarang telah diketahui bahwa ada zat-zat penting di dalam tubuh, hormon-hormon dan neurotrnasmitters, secara mendasar mempengaruhi seluruh fungsi otak dan sistem saraf. Zat-zat ini beresponsi dari saat ke saat terhadap apa yang diketahui orang yang bersangkutan, terhadap semua ini. Telah dapat ditegakkan dengan kuat, bahwa dengan cara ini, sel-sel otak dan fungsinya dipengaruhi secara mendalam, oleh pengetahuan dan suasana hati (passion). Diduga mengubah sel-sel otak. Lebih lanjut dinyatakan oleh David Bohm, ‘’Dengan demikian, adalah mungkin bahwa pencerahan yang tentunya muncul dalam keadaan energi mental dan suasana hati kuat, dapat mengubah sel-sel otak secara lebih mendalam lagi. (Masa Depan Umat Manusia, Dialog antara J.Krisnhanmurti dan David Bhom, 2003: X).

Pikiran yang terbatas, disertai sel-sel otak yang belum mampu bebas dari keterikatan, bisa mngancam umat manusia di masa depan. Kemajuan ilmu dan teknologi tanpa disertai kehalusan bathin akan mudah melahirkan tindakan destruktif. Tanpa pemikiran didasari oleh kemanusiaan yang beradab dan kesadaran bertanggung jawab, umat manusia, di masa datang mengkhawatirkan.
Menyadari dengan hal itu, Vivekananda yang namanya melambung, ketika berpidato di Parlemen Agama-Agama Sedunia di Chicago, Amerika Serikat 27 September 1893. Salah satu anjurannya, agar orang Barat belajar spiritual ke Timur (India) dan orang timur belajar teknologi ke Barat. Kedua hal itu, saling melengkapi hidup, untuk meningkatkan umat manusia secara berproses ke masa depan. Tetapi isi pidatonya yang menggetarkan adalah seruannya, tentang harmoni, damai dan kasih sayang antara umat beragama dari seluruh agama yang ada di dunia.
Vivekananda dalam pengembaraannya di belahan bumi bagian Barat, Eropah, dan Amerika Serikat, selalu ditemani sekretaris pribadinya, orang Ingris Mr. H.H. Goodwin yang mencatat apa-apa yang disampaikannya. Vivekananda sepanjang pengembaraannya tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada dunia Barat yang penuh dinamika, suka membantunya dengan tulus dan ramah. Tidak sedikit orang-orang Barat datang ke India untuk mencari pengalaman atau bermaksud mendalami demi profesinya sebagai jurnalistik, akhirnya terpikat dan menjadi guru-guru spiritual andal di tanah kelahirannya. Bahkan relatif ada yang sampai, mendirikan tempat perguruan spiritual. Amerika serikat diharapkan menjadi pelopor kebangkitan toleransi agama-agama yang ada, termasuk agama Hindu dan memang Chicago, California, Los Angeles, San Fransisco, memberi tempat bagi peguyubannya yang berkembang.

Vivekananda, menyatakan kebanggaannya, sebagai orang Hindu di mana bangsanya telah melindungi mereka yang dihukum, atau melarikan diri dari agama dan bangsa lain yang menekannya, di dunia ini. ‘’Aku sungguh bangga menyatakan bahwa kami telah menghimpun di bumi kami, sisa-sisa termurni dari bangsa Israel yang datang ke India selatan dan tinggal bersama kami tepat pada masa di mana Kuil Suci mereka dihancurkan oleh Tirani Romawi. Aku bangga menjadi penganut agama yang telah memberi perlindungan dan masih terus membantu sisa-sisa bangsa Zoroastra yang agung.’’ (Percik Pemikiran Swami Vivekananda, 1993: 16, Oleh: Nyoman S. Pendit).

Hindu telah ikut memberi warna keberadaan umat manusia saat ini. Sebaliknya, perlu meningkatkan diri dan pasti tak akan terlupakan, bahwa Hindu berperanan positif di dalam membangun umat manusia di masa depan.

(Penulis Budayawan tinggal di kota Denpasar, Bali).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar