Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Rabu, 18 Januari 2012

Pemlaspasan Pura Purohita Diiringi Tarian Kosmik dan Kerauhan

Pada Minggu, 11 Desember 2011 lalu diadakan pemlaspasan Pura Purohita yang terletak di Desa Unggahan, Seririt, Singaraja. Upacara ini, disaksikan Pinisepuh Puri Agung Gharma Giri Utama, I Gusti Agung Yudhistira, juga para pengempon Puri Agung Dharma Giri Utama, dan prajuru desa serta umat Hindu sekitar. Upacara ini di-puput oleh Jero Mangku Pasek Mukti Murwo Kuncoro.

Sebelum di-plaspas terlebih dahulu dilaksanakan mendem pedagingan dengan upacara yang sangat sederhana. Diawali nedunang taksu Leluhur Hyang Maha Guru Bhatara Agung Mpu Kutura. Upakara-nya dilakukan sangat praktis, sehingga hanya mengunakan pejati saja.

Purohita dibangun di areal 1,5 hektar dikelilingi bebukitan yang sangat tinggi, berada di wilayah Desa Unggahan Kecamatan Seririt-Singaraja. Dari Kota Seririt bisa ditempuh kurang lebih 1 jam perjalanan menaiki bebukitan dengan kendaraan. Di lingkungan Purohita juga terdapat 11 sumber mata air sakral, yang ke depannya akan dibuatkan kolam Tamba Urip yang akan dibangun oleh Peguyuban Puri Agung Dharma Giri Utama yang nantinya diharapkan berkhasiat menyembuhkan penyakit setelah dipasupati oleh pinisepuh.

Pada tahap pertama ini, pelinggih Pura Purohita yang sudah selesai dikerjakan dan di-plaspas adalah Padma dan Genah Pratima. Sedangkan tempat melukat Astha Gangga sedang dikerjakan, yang akan dilanjutkan dengan tempat Pemujaan Tridharma, Pesraman.

Suasana meriah dan terasa sakral ketika pratima Siwa dan Durga diusung memasuki area pura. Sepanjang kurang lebih 500 meter berjalan menelusuri pingiran sungai menuju pura terdengar sayup-sayup suara gambelan dan ketika itu para pemedek yang menari mendak Ida Bhatara, banyak di antaranya yang mengalami histeris kerauhan karena sentuhan energy-Nya.

Menurut Jero Mangku Pasek Mukti Murwo Kuncoro, bahwa pada awalnya pembangunan tempat suci ini adalah puri, namun konsepnya adalah pura. “Berawal mendapat amanah dari sesuhunan di Silayukti, akhirnya pura ini dapat dibangun. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi dan mendekatkan masyarakat sekitar untuk melakukan kegiatan sembahyang, yoga semadhi serta kalau ada yang melukat bisa di sini. Jadi tempat ini diperuntukkan untuk umat dalam meningkatkan diri dalam segala aspek kehidupan,” ungkapnya di sela-sela memberi sambutan di hadapan umat. (Aa.nanda)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar