Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Kamis, 08 Desember 2011

Dalam Ramayana Bali disebut Mali

Laporan Matha Riswan

Menjelang akhir tahun 2011 ini, BEM STAH Lampung mengadakan kuliah umum yang menyajikan materi, “Hubungan India-Bali dalam Perspektif Hindu.” Hadir sebagai pembicara tersebut adalah Rektor IHDN Denpasar, Prof.Dr.I Made Titib. Ph.D. Pada kesempatan kuliah umum ini, beliau banyak memberi motivasi – motivasi terhadap mahasiswa melalui ajaran-ajaran agama Hindu.


Dalam kuliah umum tersebut, beliau mengatakan, bahwa Hindu adalah agama universal. Hindu dikembangkan oleh para penulis dan pengarang, seperti contoh sikha dan genta di mana hal ini menandakan, bahwa Hindu dikembangkan oleh penulis dan kalangan intelektual. Dan dengan berbagai penemuan-penemuan yang contohnya seperti dikatakan bahwa bumi itu bulat telur dan hanya Hindu yang menyatakan demikian. Hal ini pula dinyatakan dalam kitab Purana yang berisikan tentang bumi yang berasalkan dari brahmanda atau telur Brahman. Dan beliau juga berkata bahwa Hindu percaya dengan hukum karma phala. Orang-orang Hindu akan dihakimi oleh karmanya sendiri. Menurutnya, dalam hindu ada tiga bentuk karma, yaitu: Sancita karma phala, Prarabda karma phala, dan Kryamana karma phala. Di dalam penyampaiannya belum banyak menceritakan perbedaan – perbedaan etnis yang ada di India Selatan maupun bagian utara, dengan Bali. Tapi menurutnya mempengaruhi India Selatan terhadap Bali adalah huruf pallawa.

Dalam perkembangan Hindu di Bali ada tiga bentuk bukti, yaitu: Inskripsi atau prasasti. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan-penemuan prasasti yang ada di Bali seperti Prasasti Jong Belah yang ditemukan di Sanur. Prasasti ini menyatakan bahwa pada abad ke-8 Hindu sudah ada di Bali dengan ditemukannya bahasa Sansekerta yang ada pada abad tersebut. Prasasti ini merupakan prasasti terunik, karena mengunakaan dua bahasa yang disebut bilinguals. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa Kuno dan bahasa Sansekerta.

Bali disebut mali pada ceritanya Ramayana dalam Kiskinda Kanda yang berisikan tentang perjalanan Rama dan Sinta beserta adiknya Rama, yaitu Laksmana di dalam hutan dengan adanya tragedi penculikan Sinta oleh Rahwana. Sehingga diperintahkan Hanoman untuk mencarinya yang dalam pencarianya melewati Udhayana Parvata atau gunung agung. Hal ini membuktikan bahwa hindu ada dibali sudah ada sejak jaman Ramayana.

Jika ingin mencari Hindu di India, maka carilah arca-arcanya. Misalnya kelapa yang disebut nyiur, maka jika kita pergi pada suatu daerah di India, jika ada banyak pohon kelapa atau adanya nyiur, maka Hindu pernah berpijak di sana.

Berbagai penjelasaan yang disampikan beliau pada saat kuliah umum tersebut, dan para mahasiswa pun menanggapinya dengan semaksimal mungkin, dan menghujani dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan. Dalam hal tersebut beliau juga menyampaikan bahwasanya ada tiga teori penyebaraan Hindu, yaitu: teori Brahmana. Di mana teori tersebut menyatakan, bahwa perkembangan Hindu tidak luput dari orang suci, hal ini dibuktikan dengan adanya rsi-rsi suci yang mengajarkan agama Hindu kepada orang-orang di sekitarnya. Hal ini membuktikan, bahwa Hindu berkembang dari para brahmana, misalnya kitab-kitab suci yang ditulis oleh sapta rsi dan juga rsi-rsi lainnya.

Ada juga teori yang menyatakan agama Hindu berkembang ke Indonesia dengan adanya pedagang yang masuk ke daerah Indonesia yang kemudian secara tidak langsung menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Hal ini terjadi karena ada sistem barter pada saat itu. Sedangkan teori “Timbal Balik” ini menyatakan, bahwa pengaruh Hindu di Bali dan di India bersifat timbal balik. Misalnya pelaksanaan agni hotra di Indonesia juga ditemukan hal tersebut pada perayaan-perayaan upacara.

Dalam peyampaian tersebut, Prof.Dr.I Made Titib. Ph.D. juga memberikan pesan-pesan kepada seluruh mahasiswa STAH Lampung, bahwasannya kita sebagai mahasiswa dan mahasiswi Hindu haruslah kreatif dan berwawasan luas. Seperti murid Rsi Daya Nanda yang mampu menjelaskan apa yang terjadi pada jalan yang telah dilalui mereka saat akan pergi ke tanah daratan. Dan beliau berkata untuk jangan pernah memikirkan apa yang sudah STAH berikan kepada mahasiswa, tapi pikirkan apa yang bisa mahasiswa berikan untuk STAH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar