Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Selasa, 01 November 2011

Hindu Sultra Susun Grand Design Persiapkan Diri Menjadi Pusat Hindu Terbesar Setelah Bali

DR. Ir. I Ketut Puspa Adnyana, M.TP (Ketua PHDI Prov. Sultra)

Perubahan adalah sesuatu yang kekal di dunia ini. Demikian penjelasan filsafat hidup, kalau tidak berubah tentunya melawan kodrat hidup dan hukum Tuhan. Demikian halnya sejarah masa lalu di mana Hindu pernah mencapai puncak kejayaannya pada zaman keemasan kerajaan Majapahit, apakah Hindu akan bangkit lagi dan mencapai zaman keemasannya itu lagi, apakah keemasan Hindu hanya dapat kita lihat di Bali saja sekarang? Mari kita mencoba berencana menyongsong keemasan itu lagi dalam sebuah Grand Design di Pulau Celebes (Sulawesi) khususnya di Sulawesi Tenggara. Untuk merencanakan dan mewujudkan cita-cita serta harapan dengan melihat berbagai potensi dan peluang yang ada. Bagaimana umat Hindu di Sulawesi Tenggara terkini? Dan apa harapan yang diinginkan sampai di Tahun 2050. Kita mencoba sesaat untuk memejamkan mata, seraya melepaskan lelah dengan sebuah ilusi mimpi dan khayalan untuk mewujudkan cita-cita mulia, yaitu Hindu Sulawesi Tenggara yang humanis, sejahtera dan profesional di tahun 2050.
Diawali dengan sebuah pertanyaan, apakah umat Hindu di Indonesia secara umum pernah mendengar keberadaan umat Hindu di Pulau Sulawesi (Celebes) dan secara khusus Provinsi di Sulawesi Tenggara? Apakah umat Hindu di Indonesia tidak ingin mengetahuinya? Apakah juga umat Hindu yang berdomisili di Sultra mengetahui sesungguhnya keberadaanya, dan pernah memikirkan potensi yang dimilikinya? Apakah benar Sulawesi Tenggara akan menjadi pusat perkembangan Hindu kedua setelah Bali? Apakah dalam kancah Nasional umat Hindu di Sulawesi Tenggara pernah diperhitungkan? dan tentunya masih sangat jelas dalam ingatan bersama bahwa pelaksanaan Utsawa Dharma Gita tingkat Nasional X tahun 2008 yang sukses terselengara dimana? Pasti umat Hindu di Indonesia akan mengatakan ”sudah pasti di Sulawesi Tenggara” atau di bumi anoa tercinta, dengan ciri masyarakat yang terkenal dengan sebutan Pan Putulaki alias Tolaki.


Targetkan Kejayaan Hindu Sultra Tahun 2050

Bila kita menerawang bak orang pintar (balian) secara seksama nampak secara defakto, bahwa sesungguhnya potensi Hindu di Sulawesi Tenggara sangat besar. Mengapa besar, karena saat ini umat Hindu di Sulawesi Tenggara bermukim pada 10 Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Tenggara, yaitu Kota Kendari, Kota Bau-Bau, Kabupaten Konawe, Konawe Utara, Konawe Selatan, Kolaka, Buton, Muna, Buton Utara, Bombana, tersebar dan mendiami lebih dari 200 desa/kelurahan dengan jumlah umat Hindu adalah 10 persen dari sekitar 2,3 juta penduduk Sulawesi Tenggara, yang secara riil merupakan pemeluk agama kedua terbesar setelah pemeluk Islam.

Keberadaan umat Hindu di Sulawesi Tenggara saat ini secara ekonomi semakin baik dan merata, karena telah tinggal selama 30 tahun lebih menjadi warga transmigrasi, yang tetap tekun melaksanakan keberagamaan Hindu dengan bingkai lascarya di setiap ranah pelaksanaan yadnya, dan tidak pernah terdengar di telinga bahwa umat Hindu di Sulawesi Tenggara sebagai penyebab disharmoni selama ini.

Dengan melihat potensi umat yang ada sekarang, tidak ada salahnya kalau kita membuka kelopak mata, mengedipkannya dan melebarkan sesaat daun telinga untuk secara bersama-sama melihat peluang emas di tengah ladang garapan yang luas dan subur itu. Dengan kondisi umat yang ada, sudah pastinya harapan kita tidak muluk-muluk karena berdasarkan kenyataan, peluang dan potensi umat Hindu yang ada. Khayalan yang super tinggi itu jauh-jauh hari kita tancapkan untuk dapat men-starter-nya dari sekarang sehingga puncak finis sejarah kejayaan di tahun 2050 dapat di wujudkan. Apa saja harapan Hindu Sulawesi Tenggara sampai di tahun 2050 nanti? Bagaimana potret Hindu Sultra yang kita inginkan dengan modal yang telah ada ini?
Bagi yang pesimis pasti mengatakan angkuh dan sombong, akan tetapi bagi yang optimis pasti mengatakan itu sudah pasti menjadi kenyataan! Namanya sebuah harapan dan cita-cita yang dibarengi khayalan boleh dan sah-sah saja, yang penting tidak ada yang iri dan tentunya tidak ada yang cemburu, iri dan cemburu merupakan jentik penghambat kemajuan. Khayalan itu merupakan sebuah bibit atau benih untuk motivasi sehingga lahir produk unggul yang dapat bermanfaat untuk kita semua.

Harapan yang pertama yang diinginkan Hindu di Sulawesi Tenggara tahun 2050 adalah peningkatan Sumber Daya Manusia, seperti; 10 persen umat Hindu di Sultra adalah pengusaha sukses, 10 persen berpendidikan tinggi, 3 persen PNS, 1 persen miskin, secara Nasional memiliki keterwakilan: 2 legisltaif, 2 senator, di tingkat Provinsi: 2 di eselon II, 3 persen menjadi PNS, 50 umat Hindu di Sultra menjadi tenaga dosen bergelar Doktor, 25 profesor, 10 orang dokter spesialis, memiliki keterwakilan di setiap Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.

Targetkan Aset Lembaga Rp 10 Triliun

Secara ekonomi di tahun 2050 umat Hindu di Sultra diharapkan memiliki aset kekayaan dan aset lembaga yang melimpah minimal 10 Trilun rupiah, memiliki pelaba pura 1000 hektare, memiliki pendapatan rata-rata 5 kali PDRB perkapita, memiliki yayasan pendidikan yang berkualitas dari TK, SD, SMP, SMA dan PT, adanya Bank Perkreditan Rakyat 5 buah, telah mampu memiliki Rumah Sakit Umum berkualitas sebanyak 3 buah yang tersebar di tiga Kabupaten/Kota, dan seluruh umat Hindu sebagai peserta asuransi jiwa dan kesehatan.

Dari segi Sosial-Budaya, umat Hindu di Sulawesi Tenggara diharapkan memiliki pura pada setiap desa dengan kualitas standar dan megah, diharapkan berkembangnya pesantian di setiap desa. Selalu menduduki 3 besar dalam setiap event keagamaan di tingkat Nasional. Minimal umat Hindu di Sultra memiliki 5 buah pustaka suci di setiap rumah tangga Hindu, setiap remaja Hindu menamatkan membaca 2 pustaka suci utama seperti: Bhagawad Gita dan Saracamuccaya. Dalam ranah Spritual umat Hindu di Sultra di tahun 2050 diharapkan memiliki 40 orang pandita terdidik minimal master agama, adanya sebuah maha asrham yang menjadi pusat pengkajian Hindu, berdiri dan hadirnya pasraman berkulitas pada setiap desa, The Hindu Centre yang menjadi andalan pusat diskusi Hindu, dan terwujudnya kehidupan beragama yang santih (intern dan ekstern), serta sampradaya yang semakin berkualitas. Di Tahun 2050 kondisi pemerintah dan kemasyarakatan adalah adanya kerukunan yang kondusif antar umat beragama (paling tidak, bukan sebagai penyebab disharmoni), yang di mulai dari Sueca-Bakti ke Tresna-Asih. Mendapat fasilitas dan perlindungan dari pemerintah pada berbagai aspek kehidupan.

1 komentar:

  1. Yang lebih penting bukan besar secara kuantitas tetapi kwalitas umat harus dikedepankan. kalo hanya besar secara kuantitas kwalitas hanya akan berjalan seperti yang sekarang besar secara kuantitas.

    BalasHapus