Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Minggu, 05 Juni 2011

Menteri Jero Wacik Kritik Kebiasaan Jelek Orang Bali

Laporan Landra

Pada hari Minggu, 15 Mei 2011, Pesraman Widya Grha Kepasekan dipenuh oleh warga Pasek dan perwakilan dari paguyuban pesemetonan lainnya. Sejak pukul 16.30 wita warga sudah mulai berdatangan memadati areal Pesraman yang luasnya kurang lebih 20 are (2000 meter persegi). Keramaian ini dalam rangka menyaksikan serah terima bantuan seperangkat Gamelan (Gong) oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI (Menbudpar), Ir. Jero Wacik, S.E. Wantilan Pesraman yang berukuran 12 kali 20 meter persegi dalam waktu singkat sudah dipadati undangan, baik aparat pemerintah, tokoh masyarakat Bali, maupun warga Pasek sendiri.

Pukul 17.07 wita, rombongan Menbudpar memasuki pelataran Pesraman yang disambut oleh ketua Pesraman Widya Grha Kepasekan yang juga Ketua Umum Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi MGPSSR), Prof. Dr. dr. I Wayan Wita, Sp. JP beserta jajarannya. Sebagai ucapan selamat datang, rombongan Menbudpar disuguhi tarian Puspanjali yang dibawakan oleh mahasiswa IHDN Denpasar. Prof. Dr. dr. I Wayan Wita, Sp.JP dalam sambutannya menyampaikan, bahwa Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi telah berkomitmen untuk melaksanakan program peningkatan SDM. “Kami warga Pasek Sanak Sapta Rsi telah berkomitmen untuk turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas SDM kami khususnya dan masyarakat Bali umumnya. Dalam rangka mewujudkan komitmen tersebut, maka kami membentuk Pesraman Widya Grha Kepasekan untuk melaksanakan program-program pendidikan, seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-Kanak (TK), Kursus Pinandita dan Kepanditaan, serta kursus-kursus ketrampilan lainnya. Khusus untuk PAUD dan TK, kami telah siap beroperasi pada tahun ajaran ini di mana pendaftaran siswa sudah dibuka mulai awal bulan Mei lalu,” papar Wayan Wita.

Lebih lanjut, Wayan Wita menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan seperangkat gamelan dari Menbudpar kepada Pesraman Widya Grha Kepasekan. “Kami atas nama seluruh warga Pasek, pengurus dan juga pribadi menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan Pak Menteri. Mudah-mudahan dengan bantuan seperangkat gamelan ini, kami selaku pengurus Pesraman bisa lebih berperan aktif dalam membangun SDM Bali, tidak hanya dari segi intelektual dan skill, tetapi juga dari segi budaya,” tegasnya. Wita menambahkan, bahwa karena itu, pihaknya berharap kunjungan dan bantuan Menetri kali ini bukan yang terakhir kalinya, melainkan awal dari perhatian pemerintah khususnya Kementerian Budaya dan Pariwisata terhadap Pesraman.

Menbudpar Jero Wacik dalam pidatonya mengajak masyarakat Bali untuk terus memupuk budaya positif dan mengurangi kebiasaan negatif. “Orang Bali memiliki budaya jengah, di mana budaya jengah tersebut harus diterjemahkan sebagai motivasi diri untuk berjuang lebih keras, sehingga bisa meraih harapan. Jangan rasa jengah ini dimanfaatkan untuk mengajak warga berkonflik dan bertengkar sesama warga Bali,” himbaunya. Ia melanjutkan, bahwa kebiasaan jelek orang Bali adalah berani kepada sesama teman Bali, dan begitu berhadapan dengan orang lain nyalinya menjadi ciut dan tidak berani ngapa-ngapain. “Kalau memang berani dan mampu, mari kita tunjukkan kepada orang lain, sehingga semakin banyak orang Bali yang muncul di kancah nasional bahkan internasional,” ujar Jero Wacik yang disambut tepuk tangan.

Lebih lanjut Jero Wacik mengajak masyarakat Bali khususnya Generasi Muda untuk menyalurkan kreativitas ke hal-hal yang lebih positif. “Generasi Muda Bali seharusnya bisa memanfaatkan fasilitas umum seperti Balai Banjar untuk hal yang positif, seperti latihan megambel, tari, musik ataupun kreativitas seni lainnya. Generasi Muda jangan mudah terprovokasi, apalagi diajak untuk berkelahi sesama warga Bali ataupun warga Banjar. Kalau generasi mudanya tidak mudah terprovokasi, maka generasi tua tidak akan mudah menggerakkan massa untuk tujuan-tujuan yang tidak baik, jangan sedikit-sedikit mengangkat senjata untuk berkelahi dengan sesama warga Bali," jelas Jero Wacik.

Pada kesempatan itu juga Jero Wacik membagikan buah karyanya berupa buku yang berjudul “24 Karakter Modal Membangun Bangsa Menurut Jero Wacik”. Usai memberikan sambutan, Jero Wacik langsung ikut mekendang untuk mengiringi tari Baris Tunggal. Jero Wacik juga memberi apresiasi kepada Sekeha Tabuh dari mahasiswa IHDN Denpasar serta para penari dari Panti Asuhan Tuli Bisu Ksayan Ikang Papa. Acara tersebut diakhiri dengan acara ramah tamah, di mana Jero Wacik diberi kehormatan untuk duduk di balai panjang bersama para Pandita Mpu untuk saling bertukar pikiran sambil santap malam bersama.

1 komentar:

  1. Semoga organisasi keagamaan semakin menguatkan ajaran agama. jangan sampai sebaliknya seperti memuncul organisasi (soroh) justru melemahkan ajaran agama timbul konplik baru

    BalasHapus