Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Rabu, 16 Maret 2011

Kisah Kesadaran Seorang Kucela

Luh Made Sutarmi

Di pagi hari yang cerah, Kucela duduk dengan tenang menghadap pantai di pinggir utara. Udara pagi yang dingin berdesir menembus ruang-ruang kesadaran badan yang berlapis selimut tipis. Di sana terngiang pesan Krishna: tutup telingamu atas semua yang terjadi, biarkan dia hadir sebagai pengetahan yang membuat hidupmu berharga, sebab alam sedang memberikan pelajaran pada diri kita bahwa engkau memang sangat penting. Itulah pesan Krishna pada Kucela saat dia masih dalam usia permaianan.
Ajaran Krishna pada Kucela adalah pesan yang agung, yang tidak lekang sepanjang massa. Krishna menggambarkan bahwa kehidupan anak-anak adalah interaksi seorang pada kondisi murni. Dan itu terjadi dalam atmosfer anak-anak. Jiwa anak-anak adalah sebentuk kemurnian yang tak tergambarkan. Dengan berkembangnya pikiran manusia sering memasukan pikiran yang dilingkupi ego, milikku dan milikmu, sehingga wajar bila anak-anak TK berkelahi beberapa menit sudah berpelukan. Namun jika siswa tersinggung, diperlukan waktu lama untuk berpelukan kembali. Apalagi orang tua tersinggung, bisa-bisa dibawa sampai mati. Ini memberikan pelajaran, semakin tua seseorang, semakin sulit ia memaafkan.

Inilah fosil yang terus menggelembung dalam diri manusia. Ini juga yang bertanggungjawab kenapa kerja sama antarorang menjadi tidak sederhana. Itu sebabnya, mengatur kerja sama antarmasyarakat untuk menyelamatkan sebuah bangsa itu lebih sulit lagi. Menandatangani kesepakatan perdamaian antar negara, itu yang paling sulit dilakukan. Inilah pesan yang hendak dituturkan dalam interaksi Krishna dengan Kucela.

***
Saat bertemu Krishna, Kucela berkata: Krishna, Walapun engkau telah berkuasa sebagai penguasa Dwaraka, namun sifatmu tetap saja memperhatikan teman-teman lain termasuk diriku yang miskin ini. Walaupun saat ini aku miskin, kenapa begitu, apakah karena pendidikan itu membuat seseorang berubah menjadi ‘manusia pembeda?

Krishna berkata dengan senyum simpul, “Saudaraku Kucela, Aku tidak mau gegabah untuk menilai pendidikan dan pengalaman itu berbahaya bagi perkembangan jiwa seseorang. Ada memang pendidikan dan pengalaman yang membuat seseorang jadi fanatik, ada juga pendidikan dan pengalaman yang membuat manusia jadi rendah hati sekaligus memiliki pikiran terbuka (open minded). Manusia harus selalu bersikap waspada, Kucela!

“Apa yang harus dilakukan sebagai orang yang berpendidikan, Krishna?” tanya Kucela heran.

Krishna memegang pundak Kucela, sambil berkata, “Kucela, kegiatan yang sulit dilakukan manusia adalah memegang prinsip berpendidikan itu, atau berpengalaman sekaligus membuka diri pada orang lain. Prinsip itu menjadi sulit karena pengetahuan cenderung membangun kotak, kemudian membagi manusia ke dalam dua kelompok. Yang sesuai dengan kotak disebut teman, yang tidak sesuai menjadi lawan. Itu sebabnya banyak perang dan permusuhan di mana-mana, Kucela.”

“Lalu menurut Krishna, apa yang harus dilakukan manusia?” kata Kucela serius
Krishna melanjutkan, “Kucela, engkau harus menyadari bahwa sesakit apa pun tubuhmu, seberat apa pun beban jiwamu, berjanjilah bahwa manusia tidak pernah menjadi musuh kita. Musuh sesungguhnya adalah kesalahpahaman. Artinya manusia lain bukan musuh sejatimu, yang menjadi musuhmu yang sebenar-benarnya adalah keserahkahanmu.”

“Keserakahan,” sela Kucela heran. “Ya, hanya bila engkau dapat menenangkan pikiranmu engkau akan mampu mengatasi nafsu, dan hanya setelah engkau berhasil menguasai nafsu engkau akan mampu mengendalikan amarah. Karena itu, langkah pertama untuk menaklukkan nafsu dan amarah ialah dengan membebaskan diri dari proses berpikir. Hal ini berlaku, baik untuk pengabdi maupun orang awam, keheningan pikiran sangat penting bagi seorang bhakta.”

Krishna melanjutkan: Kucela, membantu tanpa pamrih penting engkau hayati, dalam setiap kegiatan pertolongan, tidak saja yang diberi memperoleh manfaat, yang memberi pun memperoleh manfaat. Bahkan manfaat yang lebih besar, yaitu matinya ego sekaligus lahirnya kebaikan. Pemberian itu sudah sempurna hanya dengan dilaksanakan. Tanpa dihitung, tanpa ditagih, tanpa diharapkan. Melayani, itulah satu-satunya tujuan olah spiritual.

Engkau perlu tahu Kucela, bahwa Institusi keluarga yang sedang mengalami keruntuhan, hubungan antar manusia yang memanas di mana-mana, juga ikut ketularan. Ia yang tekun di jalan ini akan mengerti, dalam jangka panjang hanya kebaikan yang paling menyelamatkan, Artinya, ketika kita melaksanakan kebaikan sesungguhnya tidak saja sedang menolong orang, namun juga mendidik diri untuk menjadi baik. Dan kebaikan inilah suatu hari yang akan menyelamatkannya.

Memberilah terus menerus. Kata krishna, itu sebabnya, wajah mereka yang selalu memberi berubah menjadi lebih lembut setelah melakukan banyak pemberian. Untuk bisa memberi engkau harus menyadari bahwa Tuhan Yang Maha Esa bersemayam dalam semuanya. Ajaran ini diberikan untukmu dan mereka yang belum menyadari kebenaran agung akan persatuan semua makhluk. Kucela mengangguk, tanda paham, Om Gam ganapataye namaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar