Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Rabu, 14 April 2010

Mewujudkan Generasi Muda Hindu yang Militan

I Ketut Sandika

Generasi muda Hindu adalah suatu generasi penerus yang nantinya akan meneruskan segala sesuatu yang diwariskan oleh generasi yang terdahulunya.
Entah itu budaya, adat, tradisi dan agama. Kalau kita menilik akan keeksistensian generasi muda Hindu sekarang, tentunya tengah berada dalam tantangan dan harapan.
Tantanganya adalah bagaimana generasi muda Hindu mampu mengemban tanggung jawab yang sangat berat untuk menjaga budaya, adat, tradisi di tengah-tengah arus modernisasi, dimana Hinduisme sebagai jiwa yang menyusupi segala bentuk budaya, adat dan tradisi yang berkembang.

Fenomena generasi muda Hindu yang berkembang sekarang, tentunya cukup mengkahwatirkan. Banyak kita temui mereka terjerumus ke hal-hal yang berbau negative. Contoh, narkoba, seks bebas, dan yang lainya. Generasi muda Hindu di tengah-tengah arus modernisasi sekarang begitu mudahnya terseret oleh arus jaman yang berbau materialistis. Mereka seolah-olah tertidur oleh kenikmatan sementara yang bersifat semu, yang pada akhirnya menuntun mereka ke jurang kegelapan.
Tubuh yang diberikan oleh Tuhan sebagai sang pura-nya jiwa yang tujuanya untuk meningkatkan kualitas jiwa menuju yang lebih baik tidak digunakan dengan sebaik-baiknya. Justru tubuh tempat beristananya jiwa diracuni dengan asap rokok, drugs, minuman keras dan yang lainya. Ironis memang!

Demikian pula dalam hal mereka meyakini suatu agama, mereka cendrung begitu mudahnya berpindah keyakinan atau agama. Akibat dari pemahaman mereka tentang nilai tatwa dalam ajaran agama Hindu sangat rendah sekali. Bagaimana tidak, di beberapa daerah masih juga dapat kita jumpai generasi muda Hindu banyak yang berpindah keyakinan atau agama dan melupakan agama leluhurnya. Satu hal yang mencengangkan adalah, banyak generasi muda pindah agama karena mengikuti agama sang istri alias “paid bangkung”. Ke mana jiwa militansi generasi muda Hindu terhadap agamanya, itu perlu dipertanyakan.

Semua hal tersebut jika kita telusuri lebih dalam lagi, pada dasarnya semua bersumber pada satu akar permasalahan, yaitu; kelemahan generasi muda Hindu kita. Kelemahan ini meliputi segala sektor dan yang paling menonjol adalah kelemahan dalam hal pendalaman nilai-nilai ajaran agamanya. Hal apa saja yang sepatutnya dikerjakan pada saat masa atau usia muda sebenarnya sudah sangat jelas sekali diungkap dalam kitab Sarasamuscaya sloka 27 yang bunyi slokanya sebagai berikut :”Yuvaiva dharmamanvicched yuva vittam yuva srutam, Tryyagbhavati vai dharbha utpatam na ca viddyati”yang artinya: “Oleh karena itu seseorang hendaknya menggunakan masa mudanya dengan sebaik-baiknya, selagi tubuh sedang kuatnya hendaknya dipergunakan untuk menuntut dharma, artha dan ilmu pengetahuan, sebab tidak sama kekuatanya tubuh setelah tua jika dibandingkan dengan kekuatan tubuh saat muda; contohnya seperti pohon ilalang yang sudah tua pada rebah, dan ujungnya pun tidak tajam lagi.”

Sloka Sarasamuscaya 27 ini telah memberikan suatu peringatan kepada genersi muda kita untuk menggunakan masa muda dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan belajar menuntut ilmu pengetahuan. Sebab bagaimanpun juga masa muda itulah masa yang lagi pikiran sedang tajam-tajamnya, ibarat ilalang yang masih muda yang ujungnya tajam. Lain halnya jika tubuh kita sudah tua sudah barang tentu pikiran serta daya nalar kita akan menjadi tumpul.

Masa muda juga hendaknya digunakan untuk melakukan sadhana (disiplin) spiritual, kembali lagi karena disaat kita mudalah kita memiliki kejernihan pikiran dan daya nalar, kesehatan yang sangat prima dan intelek yang tajam. Tidaklah benar ada anggapan bahwa belajar tentang agama pada saat usia tua. Nah, jika pada masa-masa yang seperti itulah kita gunakan untuk hal-hal yang kurang baik, dan melayani segala keinginan indria untuk mencari kepuasan yang sesaat, maka sudah pasti setelah kita tua akan sulit untuk memurnikan pikiran. Sebab masa mudalah suatu masa di mana karakter seseorang dibentuk. Potensi-potensi masa muda tersebutlah mestinya dibentuk dan diarahkan dengan cara pendalaman ajaran-ajaran agama. pendalaman ajaran agama dengan Shadana yang kuat akan membentuk karakter dan keyakinan diri generasi muda Hindu yang tangguh dan tidak lemah lagi.

Guru pengulas Vedanta termasyur Svami Vivekananda pernah berwacana “Sejarah dunia adalah sejarah beberapa orang yang memiliki kekuatan dan kepercayaan diri yang mantap. Sebab kekuatan dan kepercayaan diri yang mantap akan membangkitkan sifat keilahian dalam diri.” Kegagalan yang generasi muda Hindu alami dewasa ini adalah bersumber dari tidak adanya usaha untuk memanifestasikan kekuatan yang tidak terbatas itu. Kekuatan yang tidak terbatas itu adalah kepercayaan diri. Sebab percaya akan diri sendiri adalah percaya akan kehadiran Tuhan dalam diri. Hilangnya kepercayaan diri merupakan ciri-ciri kelemahan kita sebagai pemuda Hindu. Bagaimana mewujudkan sikap militansi terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalam Hinduisme itu sendiri, sedangkan kita tidak memiliki kepercayaan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar