Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Selasa, 16 Maret 2010

BEBAYUHAN MPU LEGER

Laporan I Gede Windia Berata


Dalam mengimplementasikan ajaran agamanya umat Hindu senantiasa berlandaskan pada 3 (Tiga) kerangka dasar agama Hindu, mulai dari memahami filosofis agama Tattwa, penunjukkan tingkah laku Etika serta melakukan pendekatan kehadapan Ida Hyang Widi Wasa dengan melaksanakan Upacara agama agar terwujud suatu keharmonisan dan keselarasan.

Upaya untuk mewujudkan keharmonisan selanjutnya dilakukan dengan menata tata ruang mulai dari penataan tempat ibadah untuk melakukan pendekatan kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa (Parahyangan), mengatur tata letak tempat tinggal (Pawongan) dan penataan telajakan (Palemahan) sebagai upaya untuk menciptakan suasana hening, damai dan tenteram sehingga dapat memberikan fibrasi positif pada umat dalam melaksanakan kewajiban berkaitan dengan swadharma agama dan swadharma negara.

Untuk menyikapi kondisi dimaksud, sebenarnya banyak cara yang dapat dilakukan agar tercipta keselarasan hidup, mulai dengan melakukan Pengenalan terhadap diri sendiri, melatih tingkat kepasrahan serta melakukan latihan Tapa, Yoga dan Samadhi agar dapat lebih meyakini akan ke Maha KuasaanNYA. Namun dapat juga dilakukan dengan melaksanakan Upacara Agama yang berlandaskan pada Sastra Agama untuk mensinergikan sifat Satwam, Rajas dan Tamas pada diri melalui Upacara Bebayuhan.

Sehingga pada tanggal 6 Februari 2010 Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) Kecamatan Gianyar berupaya memfasilitasi pelaksanaannya dengan melibatkan umat yang diberkati kelebihan dana, pengetahuan (Sebagai Pendahrma Wacana), tenaga/ketrampilan (Para Undagi), peralatan (Gong dan kelengkapan lainnya), potensi seni (Wayang, Topeng, Wirama dan Penabuh) serta kemampuan untuk membuat sarana upacara oleh Para Sharati melalui ketulusan niat dengan konsep Ngayah atau melakukan Saewa/Pelayanan sebagai perwujudan Sradha dan Bhakti Kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa / Tuhan beserta manifestasiNYA. Dan hal ini merupakan program kerja MGPSSR Kecamatan Gianyar
Peserta bayuh oton sapuh leger sebanyak 195 orang terdiri dari umat Hindu yang berasal dari wilayah Kabupaten Gianyar, Klungkung dan Bangli. Dengan anggaran biaya sebesar Rp. 20.000.000,- yang bersumber dari yadnya peserta yang sifatnya tidak mengikat dan dana punia dari umat sedharma.

Dilakukan Upacara Bayuh Weton Sapu Leger adalah untuk membatu umat sedharma yang belum mampu melaksanakan upacara secara perorangan. Upacara bebayuhan memiliki makna untuk menetralisir berbagai pengaruh yang kurang baik pada diri manusia dan dalam pelaksanaannya, upacara ini sering dikaitkan dengan waktu/hari kelahiran seseorang.

Bayuh memiliki sepadan kata bayuh yang dalam bahasa Bali berarti sejuk sehingga bayuh dimaksudkan untuk menyejukkan diri manusia dari hal-hal yang bersifat kurang baik atau panas terkait dengan waktu kelahiran seseorang. Sedangkan kata ruwatan berasal dari kata ruwat yang berarti menyucikan. Sehingga untuk upacara bebayuhan dilaksanakan juga penglukatan yang berfungsi sebagai upaya pembersihan diri secara spiritual.

Dengan demikian pelaksanaan upacara bayuh atau ruwatan memiliki makna penyucian atau pembersihan, terlebih bagi seseorang yang lahir pada Wuku Wayang sering dianggap sebagai anak Sukerta yang akan menjadi santapan Bhatara Kala dan untuk menetralisir hal dimaksud, seseorang yang terlahir pada wuku Wayang harus dilukat dengan Penglukatan/Bebayuhan Weton Sapu Leger.

Sebelumnya upacara dilakukan di rumah masing-masing yakni pada tanggal 31 Januari 2010 sampai dengan tanggal 5 Pebruari 2010 namun untuk sarana upacara tertentu disediakan oleh panitia penyelenggara. Sedangkan Hari Sabtu, 6 Pebruari 2010 seluruh peserta Upacara Bayuh Weton Sapu Leger secara bersama-sama mengikuti pelaksanaan upacara mulai pukul 14.00 Wita sampai selesainya Upacara, dengan memakai pakaian adat madya dan membawa busana pengganti berwarna putih kuning. Bertempat di Jalan Tukad Melangit Belakang Kantor PDAM Kabupaten Gianyar. Sebagai Wiku Tapini adalah Ida Pandita Mpu Nabe Istri Griya Pemacekan, Siangan. Sebagai Yadnyamana Ida Pandita Mpu Nabe Purwanatha, Griya Pemacekan, Siangan dan sebagai pemuput dalam pelaksanaan upacara ini: Ida Pandita Mpu Nabe Purwanatha, Griya Pemacekan, Siangan, Gianyar, Ida Pandita Mpu Catur Dharma Daksa Natha, Griya Sebatu, Tegallang, Ida Pandita Mpu Jaya Dangka Sukerta,, Griya Giri Kencana, Sumampan, Sukawati

Sebagai Pemuput upacara adalah Ida Pandita Mpu yang memiliki kualifikasi sebagai berikut: Amengku Dalang Brahmana ( Panditta sebagai Dalang yang disebut Ida Mpu Leger), Mampu menguasai Tattwa atau Dharma Pewayangan, Menguasai beberapa mantram penglukatan seperti “ Agni Nglayang, Asta Pungku, Dangacharya, Penglukatan Penyapuh Leger serta mantram penglukatan lainnya, Menguasai gagelaran sebagai seorang Panditta (Sulinggih sebagai Siwa, Sadda Siwa, dan Parama Siwa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar