Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Jumat, 15 Februari 2019

Tirtayatra ke Candi Abang Bersama Ashram Lembah Bhayam


 Laporan Putu Sari-Yogyakarta



Sebetulnya kita tidak tahu nama Tuhan siapa, walaupun beliau datang, anda pun akan tidak tahu, karena kita terbatas untuk sampai menggapai sifat beliau, paling-paling kita hanya mampu menangis, merasakan saja. Inilah yang perlu kita dapatkan dalam hidup beragama, dalam berkeyakinan, berkepercayaan untuk memelihara bumi kita disini, penting sekali karena doa luar biasa sekali vibrasinya. Walaupun sedikit kita berdoa, tetapi semua suci doa itu, kalau Tuhan menjawabnya, berhasil sudah doa itu. Apa yang dikehendaki Tuhan, itulah yang terjadi, kalau itu sudah terjadi, kita tidak bisa mengulang, maka berdoalah yang suci, jangan berdoa yang jelek, nanti menyesal, kita hindari berdoa karena marah, sentimen dan negatif lainnya.


Mahaguru juga mempertegas tentang pentingnya memuliakan leluhur di tempat-tempat suci di Yogyakarta, karena Yogya merupakan sumber budaya. Melalui budaya orang bisa mengerti masa lalunya. Budaya itu luhur sekali, vibrasi-vibrasi Tuhan, leluhur kita ada disana, Kalau tempat sucinya banyak, maka bagus sekali, terlindungi kita semua, kita itu bisa meresap, masuk disana, kita merasa dekat. Penting sekali memelihara budaya, simbol-simbol (tempat suci Candi Abang) ini budaya semua. Kalau tempat suci ini dimasuki kekuatan suci, semakin dekat kita, maka kita merasakan vibrasi kekuatan Tuhan, sehingga merasakan pentingnya orang membuat tempat suci, vibrasi kekuatan Tuhan meresapi tempat itu, melalui tempat itu kita memuja dekat. Kalau langsung menjangkau Tuhan susah sekali, karena pikiran kita kacau, oleh karena itulah memerlukan tempat suci.




Menjawab pertanyaan terakhir dari penulis, terkait pemujaan leluhur di Candi-Candi  Mataram, bagaimana seharusnya penulis lakukan mengingat sangat dekat selama ini dengan Candi. Mahaguru memberikan petunjuk bahwa datang saja ke Candi (tempat suci), Beliau para leluhur sudah pasti senang, ini ukuran kita di dunia. Kalau kita tidak pernah datang, mungkin dipertanyakan. Kalau Beliau (leluhur) punya sesuatu, pasti diberikan, sesuatu itu bisa berupa inspirasi, pastinya yang baik, kata hati yang nyambung terus yang diberikan,  itulah leluhur namanya.

Diberi nama leluhur karena sifat luhurnya/sucinya yang banyak. Kalau datang ke tempat suci beliau (leluhur), pakai doa, kalau ingin pakai prasadam seperti yang dipersiapkan hari ini boleh-boleh saja, tanpa itu pun boleh, tidak apa-apa. Kenapa memakai prasadam seperti ini, karena kita berbudaya. Hanya ini yang bisa dibuat/dipersembahkan berupa makanan bagi kita semua. Semua orang yang pernah terlahir dibumi ini, kemudian tidak ada lagi, begitu ke bumi lagi maka dia merasa hidup, ini rahasianya. Kalau merasa hidup seperti manusia, tentu dia seleranya muncul karena seleranya muncul, apa yang menjadi makanan khasnya, itulah yang cocok, jadi jangan membawa makanan khas Bali, pasti khas Yogya,  seperti yang Beliau lakoni selama ada di Bumi, bentuknya seperti persembahkan ini. Kalau tidak bawa juga tidak apa-apa, karena beliau tidak pernah meminta. Kita sudah datang dengan berdoa sesuai keyakinan masing-masing sudah bagus sekali.

Luar biasa penulis rasakan menyimak dan meresapi setiap wejangan leluhur yang hadir di Candi Abang melalui Mahaguru Sri Jaya Nara yang disampaikan dengan bahasa sederhana, tetapi sarat makna. Semoga sedikit yang bisa penulis teruskan/bagikan ke hadapan pembaca yang budiman akan menjadi bermanfaat bagi penulis pribadi dan pembaca budiman dalam menumbuhkan sraddha bhakti lebih baik lagi kepada leluhur dan Tuhan (Hyang Siwa) melalui nilai-nilai luhur Tirtayatra mengunjungi tempat suci budaya leluhur. Bentuk rasa syukur dan penghormatan semacam ini sangat perlu dilakukan, agar tempat suci yang sudah dibangun, kemudian diwariskan oleh para leluhur akan terus terjaga vibrasi kesuciannya, sebagai tempat memohon tuntunan kebaikan dan kedamaian alam semesta karena candi itu sendiri sejatinya merupakan simbol alam semesta (makrokosmos) itu sendiri.  Semoga inspirasi yang baik datang dari segala penjuru. Om Nama Siwaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar