Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Selasa, 15 Januari 2019

Senandung Kebenaran Dewi Surga

Luh Made Sutarmi

Dewi Durga dalam  banyak benak dikatakan seram dan menakutkan, lalu itulah jiwa yang hadir. Sedangkan dalam dimensi lain, dia  berlaku seperti Dewi Uma,  menawan, Dia berjalan dalam kecantikan, bagai malam tak berawan dan penuh bintang. Segala kebaikan dari gelap dan terang terpancar indah pada sosok dan sinar matanya: menyeruakkan kasih sayang penuh kedamaian dalam kecerahan hari yang sungguh tak mampu terbantahkan. Itulah pesan sang Maha Purusa  yang hadir dengan wajah indah dalam memperbaiki karakter manusia. Sabdanya yang sangat indah selalu dikenang dalm pusaran hati, “Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.”

Filosof  Socrates berkata dengan jujur perihal manusia, “Kebaikan satu-satunya adalah pengetahuan dan kejahatan satu-satunya adalah kebodohan.” Seperti harta karun yang belum ditemukan, kebaikan muncul dari benih yang baik dan kebijaksanaan datang dari pikiran yang suci dan damai. Untuk berjalan melewati lika-liku kehidupan manusia seseorang memerlukan cahaya kebijaksanaan dan panduan kebaikan. Apapun yang kita lakukan dalam kehidupan ini adalah perlombaan dalam kebaikan. Bukan perlombaan keunggulan satu sama lain.

Ruang sunyi itu seakan berbalik dalam keindahan yang datar lalu bergelombang menjadi deru yang syahdu, itulah dunia yang membuat kita berteduh dalam kilatan maya. Kebenaran itu meskipun di semak-semak, di hutan, di jurang di tempat-tempat yang berbahaya, di segala tempat yang dapat menimbulkan kesusahan, baik di dalam peperangan, sekalipun tidak akan timbul bahaya menimpa orang yang senantiasa melaksanakan dharma, karena perbuatan baiknya itulah yang melindungi. Seperti itulah yang terjadi pada anak-anak kita, Anak-anak yang diizinkan mengekspresikan dirinya secara sehat, cenderung tumbuh lebih sehat tatkala bertumbuh dewasa. Undangannya: “Kurangi membonsai anak-anak melalui ketakutan berlebihan. Izinkan mereka tumbuh alami sesuai panggilan mereka.”

Inilah dialog Dewi Durga dengan Sahadewa saat melakukan penyupatan, sebagai sosok Sudamala bagi Dewi Durga.  “Ibu Dewi Durga apa yang menarik hamba pelajari dari Ibu yang sangat menyeramkan ini,” tanya Sahadewa.

*****

Dewi Durga berkata,   “Sahadewa, engkau memang ditakdirkan  memberikan jalan bagiku untuk kembali ke Kahyangan, untuk bersama lagi dengan Dewa Siwa.  Oleh karena itu berbuat kebajikanlah selalu. Ibaratnya tebu yang terendam air, air adalah bentuk kebaikan, tentu tidak hanya pohon tebu yang dapat air, juga rumput dan tumbuhan yang lainnya, juga mendapatkan siraman air. Kutambahkan bahwa, pada hakikatnya orang yang melaksanakan dharma diperolehnya pula  artha, kama dan yasa (kemegahan). Lalu janganlah berhenti berbuat kebajikan itu.  Menjadi sangat penting itu adalah, tergantung dirimu memandangnya bila engkau memandang hidup itu indah, maka   kehidupan pun akan membuka wajahnya yang juga indah. Untuk itu, kehidupan boleh dihadiri  kesulitan, namun jangan izinkan kesulitan mencuri  keindahan di dalam hatimu.”

“Bagaimana dengan kegiatan berdasarkan kebenaran itu, Ibu?” tanya Sahadewa lagi. Dewi Durga berkata, “Keutamaan dharma itu sesungguhnya merupakan sumber datangnya kebahagiaan bagi yang melaksanakannya; lagi pula dharma itu merupakan perlindungan orang yang berilmu; tegasnya hanya dharma yang dapat melebur dosa triloka atau jagadhita itu. Disinilah sinar yang selalu mengabarkan bahwa apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.”
Dewi Durga menambahkan, “Adalah orang yang tidak bimbang bahkan budinya tetap teguh untuk mengikuti jalannya pelaksanaan dharma; orang itulah sangat bahagia, kata orang berilmu, dan tidak akan menyebabkan kaum kerabat dan handai taulannya bersedih hati, meski sampai berkelana meminta-minta sedekah untuk menyambung hidupnya. Selalulah berbuat baik, sebab orang yang melakukan perbuatan baik kelahirannya dari sorga kelak menjadi orang yang rupawan, gunawan, muliawan, hartawan, dan berkekuasaan. Buah hasil perbuatan yang baik didapat olehnya lalu adalah bijak berteman dengan orang baik yang disebut dharma adalah jalan untuk pergi ke sorga. Sebagai halnya perahu sesungguhnya adalah merupakan alat bagi orang dagang untuk mengarungi lautan. Memiliki target dan cita-cita tentu tidak dilarang. Namun menyatu dengan setiap kekinian bersama senyuman, itu lebih dianjurkan. Sambil ingat, ia yang melakukan yang terbaik di saat ini sedang melakukan persiapan terbaik menuju masa depan.”

“Bagaimana dengan kegiatan  yang tekun dalam melaksnakan kebenaran itu Ibu?” tanya Sahadewa. Dewi Durga berkata,  “Usaha tekun pada kerja mencari kama, artha dan moksa, dapat terjadi adakalanya tidak berhasil,  akan tetapi usaha tekun pada pelaksanaan dharma tak tersangsikan lagi pasti berhasil sekalipun baru hanya dalam angan-angan saja. Kesenangan ada di sini agar manusia termotivasi. Kesedihan ada di sini agar manusia rajin untuk saling menerangi.”

“Inilah contoh yang baik,” sambung Dewi Durga. “Seperti prilaku matahari terbit melenyapkan gelapnya dunia, demikianlah orang yang melakukan dharma, adalah memusnahkan segala macam dosa. Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui mengapa didirikan. Jangan pernah mengabaikan tuntunan kebaikan tanpa mengetahui keburukan yang kemudian Anda dapat. Oleh karena itu, narasi keindahan pesan ini seakan tak pernah usai untuk dicapai menuju jalan kebajikan. Jangan biarkan setiap orang yang datang pada Anda pergi tanpa merasa lebih baik dan lebih bahagia. Jadilah ungkapan hidup dari kebaikan Tuhan. Kebaikan dalam wajah Anda, kebaikan dalam mata Anda, kebaikan dalam senyum Anda. Segala orang, baik golongan rendah, menengah atau tinggi, selama kerja baik menjadi kesenangan hatinya, niscaya tercapailah segala yang diusahakan memperolehnya.”

Dewi Durga menambahkan,  “Keutamaan dharma itu sesungguhnya merupakan sumber datangnya kebahagiaan bagi yang melaksanakannya,  lagi pula dharma itu merupakan perlindungan orang yang berilmu. Tegasnya hanya dharma yang dapat melebur dosa triloka atau jagadhita itu.  Yang lebih kalian cari bukanlah kebaikan melainkan kekayaan, yang lebih kalian buru bukanlah keluhuran melainkan kenyamanan, dan pada posisi seperti itu kalian selalu merasa lebih tinggi derajat dibanding orang kecil. Lalu disnalah berupaya dalil ini berbunyi:   Beri nilai dari usahanya jangan dari hasilnya. Baru kita bisa mengerti kehidupan.”

Mendengar wejangan Dewi Durga, Sahadewa terdiam dan mengangguk setuju, tanda paham bahwa kebenaran kebajikan selalu menjadi pegangan dalam hidup. Untuk bebas tidak hanya membuang satu rantai. Tetapi untuk hidup dalam rasa saling menghargai dan memperbesar kebebasan orang lain. Om gam ganapateye Namaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar