Laporan Ni Wayan Pariatni
Generasi muda adalah asset bangsa yang paling berharga untuk membangun masa depan, tetapi saat ini banyak generasi muda yang dihadapkan pada tantangan dan kemerosotan moral atau karakter. Hal ini tidak bias kita abaikan terlalu lama. Saat ini adalah waktu yang terbaik untuk menyelamatkan generasi muda dari ancaman yang bias menghancurkan masa depan mereka.
Pendidikan memegang peranan yang sangat besar dalam membentuk karakter generasi muda, namun sisitem yang diterapkan saat ini belum menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pembentukan karakter generasi muda. Sisitem pendidikan moderen cenderung hanya menekankan pada sisi akademis dan mengabaikan sisi pengembangan nilai-nilaikemanusiaan/pendidikan karakter.
Pendidikan nilai-nilai kemanusiaan (PNK) Sathya Sai hadir memberikan sebuah solusi untuk menyeimbangkan dua sisi dari pendidikan ini, layaknya seperti burung terbang dengan dua sayap, pendidikan juga akan bias terbang tinggi mencapai pembentukan manusia yang seutuhnya (human excellent) apabila sayap pendidikan akademik dikembangkan selaras dengan pendidikan karakter. Hal ini akan membuat generasi muda yang sehat cerdas dan berkarakter. Sisitem pendidikan moderen menjejali kepala anak-anak dengan banyak informasi yang sifatnya menghafal. Hal ini akan membuat anak-anak menjadi pahlawan dalam kata, tetapi nol dalam tindakan.
Dalam hal ini yang memegang peranan penting untuk menerapkan model pendidikan ini adalah para pendidik/guru. Dalam model PNK SathyaSai guru diharapkan menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya tidak sekedar hanya member contoh. Kalau member contoh, guru hanya berprilaku baik di depan kelas saja, begitu keluar dari kelas guru tidak melakukan apa yang diaajarkan kepada sisiwanya. Sementara itu menjadi contoh adalah bahwa seorang guru itu mesti menerapkan semua hal baik yang diajarkan kepada anak didiknya. Dengan demikian maka niscaya anak didik akan menjadi baik juga, karena pada umumnya sisiwa itu bukan pendengar yang baik, tetapi peniru yang baik. Sehingga sebagai seorang guru ketika anak didik kita tidak mau mendengarkan nasehat kita jangan khawatir, tapi berhati-hatilah dengan tingkah laku kita sendiri, karena mereka akan mengamati dan menirunya.
Jadi ditangan seorang guru terletak tanggung jawab moral yang teramat mulia untuk membentuk generasi emas bagi nusa dan bangsa. Oleh karena itu untuk mengawali pembentukan karakter siswa kita mulai dengan membina para guru/pendidik, agar para guru lebih sadar betapa mulia dan besar perannya dalam membangun bangsa yang berdaulat dan bermartabat. Seorang guru mesti belajar seumur hidup. Seorang guru mesti terus menambah wawasan dan pengetahuannya, agar selalu mampu memberikan pembelajaran yang menarik untuk anak didiknya.
Menyadari hal ini, Lembaga Pendidikan Satya Sai Indonesia (LPSSI) hadir mengisi ruang dalam turut membentuk pribadi-pribadi yang berkarakter mulia. LPSSI sebagai wadah di bawah naungan Sai Study Group Indonesia ( SSGI) memiliki cabang di berbagai wilayah termasuk di kota Palu. LPSSI Kota Palu yang diketuai oleh Dr. Drs. I Nengah Kundera, M. Si, M. Kes., sudah menjalin kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Palu berupa seminar dan training terhadap guru-guru.
Pada hari Sabtu, 20 April 2019 LPSSI kota Palu kembali menggelar Seminar Nasional Pendidikan Karakter bagi 100 guru TK dan PAUD bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Palu. Seminar sehari yang dibuka oleh kepala bidang PAUD Dan Dikmas Drs. Taufik Lamohido, M. Pd., dilaksanakan di Aula Inspirasi dan transformasi kawasan hunian sementara bagi korban gempa dan liquifaksi Petobo Palu. Seminar Nasional menghadirkan narasumber Instruktur Nasional Guru berprestasi yang juga kepala PAUD Sai Prema Kumara Denpasar I Wayan Wijania, S. Pd. PAUD, M. Pd. Sebelum mengawali materinya seniman lukis yang jago memainkan musik tabla ini mengajak peserta seminar yang seluruhnya guru wanita bermain dan bernyanyi bersama. Wijania mengawali materinya dengan penekanan bahwa pendidikan karakter berbasis nilai-nilai kemanusiaan lebih menyentuh pada hati nurani anak-anak. Sebab sejatinya pendidikan not head to head but heart to heart. Mungkin dengan mengisi kepala mereka mendapat banyak informasi, namun kalau kita menyentuh hatinya maka mereka akan bertransformasi.
Sejatinya pendidikan itu adalah eduucare, yaitu menarik keluar dari dalam. Olehnya guru diharapkan tidak saja memberi contoh melainkan menjadi contoh yang baik, sebab anak didik itu bukan hanya pendengar yang baik, tetapi peniru yang baik. Ketika anak didik tidak mau mendengarkan nasihat kita jangan khawatir, tetapi berhati-hatilah dengan tingkah laku kita sendiri karena mereka akan mengamati dan menirunya.
Di tangan guru terletak tanggung jawab moral yang teramat mulia untuk membentuk generasi emas bagi mereka. Oleh karena itu untuk mengawali pembentukan karakter siswa kita mulai dengan membina para guru/pendidik, agar para guru lebih menyadarl betapa mulia dan besar perannya dalam membangun bangsa yang berdaulat dan bermartabat. Seorang guru menurut Wijania harus belajar seumur hidup, guru mesti menambah wawasan dan pengetahuannya, agar selalu mampu memberikan pembelajaran yang menarik untuk anak didiknya.
Semoga kedepannya para guru selalu berusaha memberi yang terbaik untuk para sisiwanya, sehingga mereka bertumbuh menjadi generasi emas kebanggan bangsa yang berkarakter mulia. Karena sejatinya pendidikan itu dianggap berhasil kalau pendidikan itu mampu menghasilkan sisiwa-sisiwa yang berkarakter mulia, sesuai dengan slogan dari PNK Sathya Sai, yaitu akhir dari pendidikan adalah karakter.
Seminar sehari yang disuguhkan secara menarik ini tak terasa harus berakhir. Metode pengajaran, motivasi diri bagi pendidik, etika profesi dan hal lainnya dikupas secara menarik dalam seminar ini. Peserta berharap ke depan seminar seperti ini terus digiatkan.
Sementara itu ketua Yayasan Nasional Sathya Sai Indonesia (YNSSI) Ir. I Gusti Putu Eka Yudhana yang turut hadir bersama pemateri menegaskan bahwa yayasan yang digawanginya berkewajiban mensuport dari segi pendanaan apapun program LPSSI. “YNSSI Mendorong ke depannya semakin intensif kegiatan seminar, workshop dan pelatihan yang bisa diselenggarakan dengan melibatkan berbagai pihak, seperti pelajar, guru-guru dan kalangan professional, pungkas Yudhana yang juga relawan kemanusiaan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar