Oleh Luh Made Sutarmi
Kehidupan menampilkan wajah ganda, manusia diberikan untuk memilih dan menjalani hidup dengan beragam jalan. Manusia tinggal memilih. Walaupun mampu memilih, namun manusia penuh dengan keterbatasan Nobody can count the starts. Manusia memiliki batas kemampuan masing-masing.
Dalam koridor itu, konsespsi Hindu menyediakan beragam marga (jalan), yakni Jnana marga, Bhakti marga, Karma marga dan Raja marga. Semua marga bertemu di sisi Tuhan. Jalan itu, diaspal oleh cinta kasih yang tulus. Cinta kasih adalah perasaan hati yang harus diungkapkan dengan hati, bukan hanya dengan rayuan atau pujian. Cinta dengan hati lebih bersifat permanen. Apa yang mudah uuntuk didapatkan akan mudah ununtuk disesalkan. Apa yang butuh perjuangan untuk didapatkan, akan sulit untuk dilupakan.
Narasi pesan-pesan bijak kehidupan yang selalu menjadikan diri manusia selalu hidup. Arjuna berkata syahdu pada Subadra, “ “Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa, pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta di jalanan. Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk, pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya. Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istrimu, pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup. Tuhan berpesan dalam gita:” Inilah janji-Ku kepadamu. Jika engkau mengingat Aku dengan kasih, akan Kuberi engkau kemampuan kearifan, buddhi yoga sehingga engkau dapat masuk ke dalam diri-Ku untuk selamanya dan manunggal dengan Aku.”
Demikianlah percakapan Arjuna pada Sang Istri Dewi Subadra dalam sunyi di saat Purnama, sasih kartika, ketika bulan mulai menampakkan wajahnya di musim semi bunga bunga di taman Dwaraka.
“Lalu apa yang harus yang dinda perlu lakukan “untuk mengimplementasikan Budhi Yoga, kanda?” tanya Dewi Subadra kepada suaminya tercinta. Malam yang indah menyambut hati yang penuh kesejukan, nampak menyisakan sebait kesan indah.
Arjuna berkata dengan penuh kegembiraan, bahwa bakti yoga adalah kemampuan membedakan yang mampu membedakan diri sejati dari yang bukan diri sejati, membedakan yang kekal dari yang tidak kekal atau dapat berubah. Kemampuan membedakan ini terdapat hanya pada orang yang telah melakukan pengabdian suci dan penuh cinta kasih terhadap Tuhan. Pengabdian adalah jalan yang mudah untuk memperoleh kebijaksanaan, sesungguhnya ia adalah satu-satunya jalan menuju pengetahuan spiritual. Dalam konsep berbeda ikhlaskan semuanya padaNya. Relakan jika memang harus berakhir. Karena akhir sebuah kisah adalah pertanda bahwa akan ada kisah yang baru.
“Apa sebenarnya bhakti itu kanda?” tanya Subdra. Arjuna menjawab, “Dinda Subadra, yang rahimmu menjadi tempat roh leluhurku bertapa, sehingga melahirkan ‘ksatria abadi, perlu engkau ketahui bahwa bhakti adalah kasih yang mengalir dengan tiada putusnya kepada Tuhan. Bila kasih ditujukan pada hal-hal yang bersifat sementara, itu bukan pengabdian, melainkan hanya merupakan suatu bentuk keterikatan. Tetapi jika kasih ditujukan kepada sesuatu yang permanen, maka hal itu menjadi bhakti. Bhakti atau pengabdian mulai dengan sikap bahwa dirimu adalah hamba Tuhan, daasoham. Kemudian engkau melangkah maju ke tahap peleburan yakni langsung menyatukan diri dengan Tuhan, maka engkau mengatakan soham ‘aku adalah Dia. Tuhan dan aku satu’. Di terminal inilah nasehat menarik harus engkau ketahui, Subdra istriku yang cantik, “Kanda tidak akan pernah bisa mencintai dirimu , jika engkau menutup kekuranganmu dariku, itulah awal dari cara untuk mendapatkan jalan Tuhan.””
Subadra bertanya, “ Ada berapa jalan mudah menggapai cintanya Tuhan, kanda?” Arjuna berkata, “Istriku sayang, ada tiga jalan yang secara berturut-turut menuju pada kesadaran Tuhan, yaitu dwaita ‘dualisme’, wishishtadwaita ‘nondualisme yang terbatas’, dan adwaita ‘nondualisme’. Mula-mula engkau akan menyatakan, ‘Aku adalah abdi Tuhan’. Di sini ada dua perwujudan, yang satu Tuhan dan yang lain engkau, pengabdi, Tuhan dianggap berada di suatu tempat dan engkau ingin mencari-Nya, mendekati-Nya, dan ingin sangat erat dengan-Nya. Sedikit demi sedikit engkau maju di jalan ini sehingga akhirnya engkau akan berhadapan dengan Tuhan, maka engkau akan mengatakan kepada-Nya, ‘Ya Tuhan, aku ini abdi-Mu’. Pada tahap kedua ini engkau berdiri tegak di hadapan Tuhan dan menyatakan dirimu sendiri sebagai abdi Tuhan. Kemudian pada tahap ketiga engkau menyatakan, ‘Aku adalah Engkau dan Engkau adalah aku.’
Terminal itu, maka Jangan hanya karena engkau merasa kaya raya lalu bisa membeli sebuah kebahagiaan dan cinta yang suci. Kebahagiaan dan cinta tidak serta merta anda dapatkan dengan kekayaan, melainkan dengan perasaan yang tulus dan menerima tidakdir ilahi dengan kerelaan hati.”
“Bagaimanakah hati seorang penganut bhakti?” Arjuna menjawab, “Seorang penganut Bakti disebut bhakta. Bhakta yang menempuh hidup berkeluarga itu bernama Nagamahaasaya, merasa dirinya sebagai Tuhan, karena itu ia selalu mempraktekkan prinsip daasoham. Keampuhan tahap daasoham ialah bahwa dengan bersikap merendahkan diri dan pasrah, rasa keakuan segera lenyap. Siapa saja yang tekun melatih diri seperti ini, suatu hari akan berjumpa wajah-wajah jiwa yang semakin tenang dan tenteram. Bagi jiwa yang sudah melewati fase-fase ini sering dibagikan pesan seperti ini. Bertumbuh itu menyakitkan. Berubah itu juga menyakitkan. Namun tanpa pertumbuhan dan perubahan, maka jiwa akan mirip dengan kayu bakar yang kering. Di satu sisi ia tidak menghasilkan dedaunan yang menyejukkan lingkungan, di lain sisi ia juga gagal memberikan persembahan pada kehidupan berupa bunga yang indah.”
“Lalu bagaimana caranya seorang bhakta menghayati kebahagiaan?” tanya Subadra. Arjuna menjawab, “”Dalam hutan kehidupan ini lebih bagus lagi kalau mulai berkenalan dengan ajaran dan praktik spiritual yang menyejukkan. Meditasi, yoga, doa, puja, dan lain-lain adalah pilihan yang tersedia. Apa pun bentuk praktik dan olah spiritualnya, selalu pilih bentuk-bentuk praktik spiritual yang menyejukkan dan menenteramkan. Sekaligus yang membuat seorang pencari semakin dekat dengan cahaya dan keluarga.
Arjuna menambahkan,“Subadra, bila engkau mencari kebahagiaan yang dapat dibandingkan dengan makanan yang kau siapkan. Tiga sifat satwa, rajas, dan tamas akan selalu mengintai. Badanmu dapat dianggap sebagai periuknya. Perasaan dan keinginanmu adalah air, dan kerinduan serta aspirasi spiritualmu adalah beras. Api yang dinyalakan di antara ketiga batu itu adalah sadhana yang menyucikan yang digunakan untuk mencari kebijaksanaan. Api yang menyucikan ini memanaskan badan, melalui badan diteruskan ke perasaan dan keinginan; ini semua dimasak dan diubah menjadi kerinduan spiritual yang tertinggi sehingga akhirnya menghasilkan makanan matang, makanan spiritual, atmajnana, penghayatan akan Yang Esa yang selama ini telah kau dambakan. Tidak mungkin engkau dapat mewujudkan kebijaksanaan spiritual semacam itu secara langsung dalam hatimu, dengan serta merta, tanpa lebih dulu melalui proses memasak. Melalui badan dan perbuatan yang baik engkau harus membakar nafsu atau keinginanmu dan mengubahnya menjadi kerinduan spiritual; inilah yang kemudian menuntunmu menuju penghayatan pengetahuan yang utama.”
“Lalu apakah sebenarnya inti dari Bhakti Yoga?” Arjuna manjawab, “Cinta dengan setulus hati pada yang maha memberi kehidupan. Ajaran kasih yang telah aku wedarkan intinya adalah cinta kasih adalah dasar segala-galanya; cinta kasih adalah satu-satunya sifat terpenting yang harus dikembangkan. Seluruh pikiranmu harus diresapi oleh sifat ini sehingga kebenaran akan menetap dengan sendirinya dalam hati. Tidak ada kesia-siaan yang menguras tubuh kecuali kekhawatiran, dan orang yang punya keyakinan pada Tuhan seharusnya merasa malu kalau masih mengkhawatirkan sesuatu. Sebab, orang lemah tidak pernah bisa memaafkan. Memaafkan adalah sifat orang perkasa.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar