"Welcome His Excelency Gurjit Singh The Ambassador Of The Republik of India." Kalimat inilah yang terpampang dalam sepanduk di ruang aula sekretariat STAHN Gde Pudja Mataram, menyambut kunjungan Dubes India untuk Indonesia, Gurjit Singh. Kunjungannya ke Lombok, NTB dimaksudkan untuk menjajaki berbagai kemungkinan dalam kerjasama dengan Pemda setempat, sekaligus sebagai salah satu bagian dari usaha untuk mempererat hubungan persahabatan antara India dan Indonesia. Kunjungannya ke Indonesia didampingi oleh Consulate General India di Bali, A.S. Takhi. Dalam acara kunjungannya inilah Gurjit Singh juga berkunjung ke STAHN Gde Pudja Mataram yang disambut antusias oleh civitas akademika STAHN Gde Pudja Mataram.
Gurjit Singh disambut langsung Ketua STAHN Gde Pudja Mataram, yaitu Prof. Drs. I Ketut Widnya, MA, M.Phil. Ph.D., pada hari libur nasional, tanggal 24 Januari 2013. Pada kesempatan itu semua mahasiswa, para pegawai, dan semua unsur dosen STAHN Gde Pudja Mataram hadir menyambut kunjungan dubes India tersebut. Ketua STAHN Gde Pudja Mataram dalam sambutannya mengatakan, bahwa kunjungan Dubes India ke kampusnya adalah suatu kehormatan dalam membangun dan meningkatkan kerjasama kongkrit dengan lembaga-lembaga pendidikan dan kebudayaan India. Widnya mengatakan sejak tahun 2009 sudah menjalin kerjasama dengan ICC Bali, dan Consulate General India Di Bali yang tujuannya adalah untuk penyelenggaraan berbagai event yang bertarap internasional, seperti seni tari, pelatihan yoga dan seminar.
Menurut Widnya, sangat penting menjalin kerjasama dengan pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan India, termasuk menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan yang bernuansa keagamaan Hindu, tidak saja untuk mempelajari agama sebagai sebuah praktik keagamaan, melainkan sebagai kajian akademika. Sepanjang sejarah manusia, sejak jaman Indonesia Purba, India telah memberikan banyak pemikiran kreatif dan inspiratif dalam membangun peradaban rohani Indonesia.
Kemudian Gurjit Singh dalam kesempatannya ia lebih banyak memberikan arahan dan memperkenalkan kebudayaan India, bahwa India dan Indonesia memiliki kesamaan kultur dan keinginannya adalah, agar India dan Indonesia mempunyai hubungan yang penting. Menurutnya, institusi STAH dan civitas akademikanya adalah salah satu yang terpenting, karena dengan STAH pihaknya ingin membangun hubungan yang kuat. Gujrit Singh mengatakan, penerbangan langsung dari India ke Indonesia dan dari Indonesia ke India diharapkan bisa diwujudkan pada tahun 2013. Penerbangan langsung dua negara ini akan memberi peluang bagi India untuk menjalin persahabatan yang lebih erat dengan Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut Gurjit Singh juga mengatakan dengan penerbangan langsung antara kedua Negara diharapkan menambah jumlah orang untuk saling mengunjungi. Dengan lebih sering saling mengunjungi otomatis akan lebih mempererat persahabatan antar kedua negara. Selain melalui jalur penerbangan udara, Gurjit Singh menegaskan, hubungan persahabatan juga bisa dibangun melalui kerjasama memberikan program beasiswa, dan pemerintah India menyediakan program beasiswa setiap tahunnya yang dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama adalah program beasiswa untuk mendapatkan gelar akademis di perguruan tinggi, baik untuk gelar sarjana, magister dan doktor dari berbagai bidang ilmu. Kelompok kedua adalah program beasiswa untuk orang yang sudah bekerja antara umur 25-45 tahun. Program ini meliputi berbagai pelatihan profesional bagi pegawai, dengan durasi singkat di bawah program Indian Technical and Economis Cooperation (ITEC) dan Technical Cooperation Scheme (TCS) of Colombo Plan. Kelompok ketiga adalah Program beasiswa untuk Ayur Veda.
"Pada tahun 2013 kami akan mengadakan Woorkshop Ayur Veda di Bali, karena Bali dan NTB memiliki ayur Veda yang potensial untuk dikembangkan," ulasnya. Secara pribadi Gurjit Singh mengatakan dalam pengarahannya di STAHN Gde Pudja Mataram, "Mulai saat ini kita adalah berteman dan menjadi teman," serunya yang disambut tepuk tangan oleh para hadirin.
Dewi Puspa Rahayu sebagai penerjemah dan moderator memberikan kesempatan mahasiswa dosen dan pegawai untuk bertanya. Di antara pertanyaan yang mengemuka adalah tentang cara mendapatkan beasiswa dan mengenai program beasiswa serta pertanyaan tentang bagaimana membawakan perdamaian pada sebuah negara yang mayoritas penganutnya multikultural, yaitu ada mayoritas dan minoritas. Adakah solusi, saran, arahan untuk itu. agar perdamaian itu tidak saja hanya sekadar legalitas semata di atas kertas.
Duta Besar menjelaskan tentang hal-hal yang prinsip mengenai beasiswa yang dari awal sudah dijelaskan dan proses serta tata cara mendapatkan beasiswa bisa langsung menghubungi konsulat India untuk Indonesia. Kemudian untuk perdamaian menurutnya Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai perekat persatuan. Itu menurutnya sesuatu yang riil, kemudian dalam negara demokratis memang memunculkan berbagai hal dan demokrasi juga memberi banyak hal, baik kemajuan, keseimbangan dan terpenting adalah sebuah proses dalam pendewasaan karakter.
(Suamba, Mataram)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar