Senin, 04 Maret 2013

Arjuna dan Pencarian ke Dalam Diri

Luh Made Sutarmi

Keindahan adalah kehidupan itu sendiri saat ia membuka tabir penutup wajahnya. Dan kita adalah kehidupan itu, kita adalah cadar itu. Keindahan adalah keabadian yag termangu di depan cermin. Prawertti rahayukta sadhananing ramaksang dharma. Tingkah laku yang baik merupakan alat untuk menjaga dharma. Disana lahirlah keindahan kehidupan. Sama seperti jeda di antara dua pasukan yang siap berperang di medan Kuruksetra.

Dalam keindahan senja itu, Krishna berkata dengan penuh khidmat, “Orang yang Ku cintai ialah orang yang tidak mementingkan diri sendiri, melepaskan segala keterikatan, dan bersikap sama dalam suka dan duka.” Arjuna menatap ke depan dengan penuh syahdu, bahwa dalam pikirannya yang ragu dan penuh duka, karena sebentar lagi akan berperang dengan sanak saudara, guru dan juga sahabat. Perang memang menyakitkan sekali. Krishna berusaha menggelontorkan aneka filsafat hidup, agar Arjuna bangkit dari perasaan duka itu. Bisa dipahami, bila orang yang berkeluarga, bekerja tanpa balasan, hampir tidak mungkin. Memang sulit menghilangkan keakuan selama manusia membedakan keinginannya dengan perintah dan keinginan Tuhan. Inilah sekelumit renungan kali ini.
***
Dalam kegelapan hati Arjuna bertanya, “Kakanda Krishna, sejak zaman dahulu orang selalu bertanya apakah Tuhan ada atau tidak, bagaiman kita menjelaskan ini?” Krishna tersenyum dan menjawab, “Kalau engkau telah yakin bahwa Dia ada, langkah selanjutnya adalah mencari jalan untuk mencapai-Nya. Seperti pada masa lalu, masalah bagaimana dan di mana menemukan Tuhan tetap merupakan pertanyaan yang membingungkan umat manusia masa kini. Para resi itu mengemukakan, di mana mereka mencari dan bagaimana mereka dapat mengetahui adanya Tuhan Yang Mahacemerlang. Arjuna, engkau dapat menyimpulkan kata-kata bijak para tetua dulu: Oh manusia, kami telah berhasil melihat dan memahami prinsip adikodrati itu yang ada di luar dunia yang kasat mata ini. Bukannya di dunia atau di ruang angkasa, tetapi dalam dirimu sendirilah Tuhan yang penuh kebahagiaan dapat ditemukan. Dalam pandangan batinmu, dalam jiwamu, dalam hati yang suci dalam badan inilah Ia bersemayam."

Krishna menambahkan, “Tuhan disebut Sarira, yaitu yang tinggal dalam badan yang tidak kekal. Ia disebut juga Dehi, artinya yang mengenakan wujud sementara atau disebutkan sebagai Kshetrajña 'yang mengetahui Ksetra' yaitu yang tidak bergerak dan tidak mengetahui dirinya sendiri. Untuk menembus tirai kebodohan yang menutupi kebenaran dirimu, engkau harus berusaha menemukan Tuhan Yang Kekal yang bersemayam cemerlang dalam badan kasarmu.

Arjuna berkata lagi, “Apakah jalan pengabdian itu yang paling mudah?” Krishna tersenyum dan berkata, “Telah dijelaskan semua sifat mulia seorang bhakta yang membuatnya dikasihi Tuhan. Di situ ditekankan bahwa sifat-sifat yang terpuji ini akan bersemi bila keenam musuh manusia dikuasai. Keenam musuh manusia itu dapat ditaklukkan bila engkau menyadari kebenaran bahwa Tuhan Yang Maha Esa berada di mana-mana dalam kelima unsur alam dan Dia-lah yang menggerakkan semua makhluk. Demikian pula halnya jika engkau dapat menyingkirkan sifat-sifat buruk yang ada pada dirimu, seperti kebencian, kemarahan, kecemburuan, kecongkakan, keserakahan, dan keakuan, maka engkau akan dapat merasakan manisnya belas kasihan, manisnya pengorbanan, manisnya kedermawanan, manisnya kesetiakawanan, dan manisnya cinta Tuhan.”

Arjuna bertanya lagi, “Bagaimana aku harus memandang Tuhan, kakanda Krishna?” Krishna menjawab, “Barangkali engkau memandang Tuhan, tetapi engkau tidak memohon ketuhanan itu sendiri. Tentu engkau memanjatkan doa kepada Tuhan, tetapi yang kau mohon adalah barang-barang yang sepele dan hal yang bersifat duniawi.”

Dalam kebahagian itu Arjuna bertanya lagi, “Bagaimana caranya menambah dan meningkatkan bakti itu, kakanda Krishna?” Krishna menambahkan, “Engkau harus senantiasa menambah dan meningkatkan bhaktimu dengan keyakinan bahwa Tuhan ada dalam badanmu sendiri. Jika engkau ingin mencari dan menemui Tuhan yang ada dalam dirimu, engkau harus mengarahkan pandanganmu ke dalam batin. Bagaimana engkau harus merindukan Tuhan? Engkau harus menangis seperti anak sapi memanggil induknya yang telah meninggalkannya bersama kawanan sapi lain. Engkau harus meratap seperti wanita setia yang kehilangan suami dan menangis sedih karena berpisah. Engkau harus menjerit memohon kepada Tuhan seperti suami istri yang tidak punya anak memohon dengan sangat agar dikaruniai anak. Begitulah sebaiknya engkau berdoa kepada Tuhan, penuh kasih serta pengabdian dan rindu ingin menghayati keberadaan-Nya dalam dirimu.”

Apa yang harus aku lakukan sekarang,” tanya Arjuna lagi. Sri Krishna menambahkan, “Engkau harus mawas diri, apakah engkau mengikuti jalan satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan ini. Jika engkau memeriksa dirimu sendiri dengan jujur, engkau akan mengakui bahwa hampir selalu ketiga unsur itu mengikuti arah yang berbeda, tidak ada kesatuan. Kalau pikiran lain, kata-kata lain, dan perbuatan lain pula, maka engkau memiliki sifat-sifat orang jahat atau duratma, bukan sifat-sifat seorang mahatma. Ketidakserasian seperti itu akan merugikan engkau dan menjauhkan engkau dari Tuhan.

Krishna menambahkan, “Jika engkau ingin dekat Tuhan, engkau harus mengembangkan sifat suci cinta kasih ini. Hanya dengan cinta kasih engkau akan dapat menghayati Tuhan, karena Dia adalah cinta kasih itu sendiri. Karena kasucilan saddhaning rumaksa ika. Kehadiran budi baik dalam laku akan memunculkan Tuhan dengan segala manifestasinya. Bila engkau mendengarkan kata-kata yang mulia itu dan betul-betul memahaminya serta mengamalkannya, engkau akan dapat mencapai tujuanmu yang suci.” Arjuna mengangguk tanda setuju. Om Gam Ganapataye Namaha.****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar