Selasa, 01 November 2011

Di Palu, Sangkep Banjar pun Diisi Dharmawacana Tiga Jenis Derma yang Bisa Disumbangkan

Rapat Banjar Cempaka Sari, Kota Palu yang dilaksanakan secara rutin setiap bulan ini nampak sedikit berbeda dari waktu-waktu sebelumnya. Selain bekerja keras menata kembali validasi data base keanggotaan banjar, pengurus juga sibuk mengintensifkan berbagai format baru dalam setiap kegiatan banjar. Di antaranya meningkatkan porsi waktu untuk kegiatan spiritual, seperti Dharma Wacana.
Bertepatan dengan rapat banjar pada Minggu 28 September 2011 yang bertempat di bale gong Pura Agung Wanakertha Jagadnatha Sulawesi Tengah, ruang dharma wacana diisi oleh sekretaris Banjar cempaka sari I Nyoman Setiartawan, S.Pd yang mengangkat tema pentingnya mengembangkan sikap murah hati dan berderma.

Mengawali dharmawacananya, Setiartawan menguraikan, bahwa dalam ajaran agama Hindu tidak pernah disebutkan, bahwa Hyang Widhi membenci umatnya, tetapi ada tiga tipe orang-orang yang tidak disukai oleh Hyang Widhi. Ketiga tipe orang tersebut adalah orang yang miskin tetapi sombong, orang yang kaya tapi sombong dan orang yang kaya tetapi pelit. Agar kita menjadi orang yang disukai oleh Tuhan, maka kita harus bisa mengubah ketiga hal buruk itu. Jika belum dianugrahi kekayaan yang berlebih, maka tetaplah bersikap rendah hati. Jika kita dianugerahi materi yang berlebih, maka jadilah orang kaya yang rendah hati dan pemurah.

Dari penjelasan ini sesungguhnya kita diajarkan untuk mengembangkan sikap dermawan atau murah hati, karena mempraktikkan kedermawanan dan murah hati adalah implementasi dari ajaran dharma. Bapak dari dua orang anak yang kini menjabat sebagai Wakil Kepala SDN 15 Palu ini mengutip pernyataan Swami Vivekananda tentang tiga hal yang patut didermakan, yakni Dharma dana seperti memberikan pendidikan budi pekerti yang luhur, Vidya dana yaitu sumbangan berupa ilmu pengetahuan dan Artha dana, yaitu sumbangan berupa materi kepada orang yang yang membutuhkan. Setiap orang yang dianugerahi kemurahan rejeki maka wajiblah membaginya kepada orang-orang yang kurang beruntung sebagaimana diperintahkan oleh sastra suci kitab Atharwaveda III.24.5 yang berbunyi: wahai umat Manusia perolehlah kekayaan dengan seratus tangan dan dermakanlah itu dalam kemurahan hati dengan seribu tanganmu. Dalam RegVeda X 107.2 juga menegaskan, bahwa orang-orang yang dermawan menghuni tempat yang tinggi di alam surga. Orang-orang yang tidak picik yang mendermakan benda bertempat tinggal bersama Sanghyang Surya.

Selain derma dalam bentuk benda, Hindu juga mengajarkan berderma dengan cara mengembangkan sifat-sifat mulia dan manis dengan cara mentaati aturan-aturan dan ajaran-ajaran suci. Misalnya dengan berbicara lemah lembut karena orang yang santun dan ramah tamah akan memperoleh simpati dari pendengarnya sebagaimana ditekankan dalam Reg Veda VIII.24.20: “Wahai umat Manusia berbicaralah dengan kata-kata yang lebih manis dari pada mentega dan madu yang dijernihkan.” Demikian setiartawan menutup Dharma wacananya.
(Niwayan Pariatni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar